Hakikat Doa

54 39 55
                                    

" Ketika kau merindukan seseorang yang tak bisa kau temukan lagi kehadirannya di Bumi, maka kau bisa bertemu dengannya lewat doa. Doa juga bisa menjaga sayap pelindung bagi seseorang yang kita sayangi."

~ Rohma Asti N. Z ~

Suasana di hari itu membuatku semakin sebal. Dan lagi-lagi penyebabnya masih sama, yaitu Pandu. Langkah kakiku membawaku pada ruang kelas sebelas B yang kosong. Langsung saja aku menutup pintu itu dan memilih untuk tidur di bawah bangku dengan jaketku.

"Dia kenapa si? Kok suka banget bikin orang sebel?" Tanyaku pelan pada diri sendiri.

Aku mengedarkan pandangan ke kelas yang lengang. Hanya ada beberapa deret meja dan kursi yang membisu. Entah apa yang ada di pikiranku, riba-tiba saja sebuah memori tentang Bibi Ratna membuatku menghawatirkannya.

"Bibi, apa sebenarnya yang terjadi pada Bibi?" Hati kecilku kembali bertanya.

"Brak"

"Jingga, Lo disini kan?" Tanya seseorang dari arah luar.

"Gue minta maaf Jingga, gue ga bermaksud buat ganggu lo," ucapnya dengan suara lantang.

Aku yang mendengarnya menutup kedua telingaku menggunakan jaket.

"Tu anak bisa ga si ga usah di sini?"batinku.

Di menit selanjutnya, aku bisa mendengar suara langkah yang berjarak hanya beberapa meter saja dariku.

"Ba," ucapnya dengan gaya mengejutkanku.

"Ah, apaan si," ucapku kesal.

"Ternyata Lo disini?" Tanyanya sambil tersenyum dan memperhatikanku.

"Apaan si, ngapain nyari gue. Kalo mau cari gara-gara sama gue, mending pergi aja deh," ucapku.

"Eh eh, engga kok. Gue mau minta maaf sama Lo atas yang tadi," ucapnya sembari mengulurkan tangan.

"Iya gapapa. Jan diulang lagi, Lo gatau apa. Gue ga suka digituin," ucapku kesal.

"Jadi, gue dimaafin?" Tanyanya dengan wajah bengong.

"Hmm, dengan satu syarat," ucapku sambil memetik jariku

"Aduh, berat ni pasti," ucapnya dengan wajah melas.

"Jangan nyuruh gue buat undang-undang. Itu berat, gue ga bisa titik ga pake koma," jawabku sambil berdiri.

"Lah? Udah itu doang?" Tanyanya sambil ketawa.

"Yang Lo pikir emang apaan?" Tanyaku dengan wajah kesal.

Namun, dia hanya tertawa dan mencubit kedua pipiku.

"Eh eh, hati-hati tangan Lo. Dilarang megang-megang gue ya," ucapku sambil berlalu meninggalkannya.

Aku melangkah meninggalkan kelas dan meninggalkan Pandu sendirian. Di hari itu, aku memilih untuk menyendiri. Aku segera melangkah pergi mengunjungi perpustakaan. Ku ambil 3 buku yang menarik untuk dibaca. Setelah setengah jam aku membaca. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menepuk bahuku dari belakang.

"Jingga, Lo dipanggil sama Bu Robi," ucap salah satu teman sekelasku Nia.

"Ha? Gue?" Tanyaku sekali lagi memastikan.

"Iya Jingga, udah sana samperin dulu gih Bu Robi" ucapnya.

"Oh.. yaudah kalo gitu. Makasih ya," jawabku sembari berdiri dan membawa tiga buku yang ku bawa.

"Eh, Bu Robi dimana ya?" Tanyaku sekali lagi.

"Bu Robi di ruang guru."

"Owh, oke-oke. Makasih," balasku cepat.

Literatur Bernyawa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang