Menjadi Berbeda

85 61 96
                                    

Di hari itu, aku mengenang semua hal buruk yang pernah ku alami bersama Ibu. Sampai rasanya, aku depresi. Seringkali aku menangis di kamarku, tak jarang pula aku ingin bunuh diri. Bagaimanapun, semua hal yang ku tahu di sini. Semua hanyalah kebahagiaan semu. Karena pada dasarnya, lagi-lagi mereka semua hanyalah orang asing yang tiba-tiba bertemu denganku. Aku bahkan tak memiliki hal yang nyata untuk membuatku bahagia. Tapi bagaimanapun, aku melawan rasa sesakku. Dan setelah seminggu merenung, aku memutuskan untuk menjadi orang yang bahagia ketika bersama orang lain. Tapi tidak ketika aku sendiri.

********

Sebatang cahaya diam-diam mengendap melalui jendela kamarku. Membuatku yang tidur terlelap terbangun hanya karena suara alarm yang terus saja berdering di telingaku. Dengan sigap aku meraihnya dengan sebelah tanganku. Detik selanjutnya, aku mengucek kedua mataku. Dan aku sontak kaget karena ku lihat jam menunjukkan pukul 06.30.

"What? Aduh, abis dibawa kemana aku sama mimi peri buset dah. Telat nih gue, mampus."

Aku bergegas mandi, ganti baju dan meminjam sepeda pancal kak Hanin. Aku lupa, bahwa hari itu adalah hari penting bagiku. Karena hari ini adalah hari dimana aku mengetahui apakah aku akan diterima menjadi anggota AJAI atau tidak. Dan akhirnya, setelah 15 menit mengendarai sepeda pancal, aku berdiri di sebuah pagar bercat hitam panjang, ujungnya berbentuk runcing. Aku mengamatinya, lantas aku segera mondar-mandir ke kanan kiri sambil berkata "permisi".

Namun, nihil. Rumah itu tetap lengang. Hingga dari kejauhan, berdirilah seorang wanita berkacamata dengan rok hitam yang menjuntai melambaikan tangan ke arahku.

"Di sini!" Seru gadis itu dengan lantang.

Aku yang mendengar suara itu, segera berlari menghampiri perempuan itu. Perempuan berkerudung cokelat itu tersenyum lebar sambil menjulurkan tangannya ke arahku.

"Aku kak Bunga, lo siapa? Anak baru?" Tanyanya kemudian.

"Saya Jingga kak, yang kemarin daftar. Katanya, pengumumannya hari ini ya?."

"Owh, gitu. Bentar-bentar."

Gadis itu melangkah ke sebuah papan yang menunjukkan deretan nama.

"Kamu, Jingga Claviana Devi?"

"Iya bener kak," aku menoleh ke arahnya dengan semangat.

"Selamat ya, lo diterima gabung di perkumpulan kita."

Kak Bunga memberi selamat ke arahku sembari tersenyum ke arahku.

"Iya kak hehe. Seneng banget rasanya," jawabku sambil tersenyum lebar ke arahnya.

"Yaudah, sekarang lo ikut gue dulu ya. Gue tunjukin apa aja yang bakal kita lakukan di sini."

"Di sini kita bakal ngelakuin banyak hal dek. Kita bisa mengajar, membantu, dan berbagi kebahagiaan bersama anak-anak jalanan. Dan kita juga punya program-program.."

Kak Bunga menjelaskan banyak hal padaku hingga membuatku tak henti-hentinya kagum. Hingga kami sampai di sebuah taman. Aku mengedarkan pandangan ke arah kursi panjang yang ada di tengah taman. Melihat berbagai macam bunga yang tertanam dan mekar di sudut taman itu. Hingga kedua netraku menatap kepada sekumpulan anak kecil yang mengelilingi seorang gadis berkerudung hijau tosca. Aku bisa melihat bagaimana gadis itu mengajar mereka.

"Itu namanya kak Gafriela, biasanya anak-anak sini manggilnya kak Ela."

"Wah, keliatannya seru kak. Boleh ngga kalo aku ikutan?"

"Boleh banget, yaudah yuk kita ke sana."

"Eh, sebelumnya kak. Mohon maaf ya, saya telat tadi."

"Owalah ngga papa. Ada beberapa juga yang telat karena mereka mungkin masih asing sama tempat ini. Santai aja," ucap kak Bunga.

Literatur Bernyawa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang