Tangannya tak bosan membolak-balikkan surat yang dibungkus amplop itu. Dari luar tidak ada kata-kata basa basi seperti surat pada umumnya. Apa isinya? Semakin dipikirkan semakin ia penasaran.
Esok, semua pertanyaan itu terjawab dengan apa yang diberikan oleh [Name] ini. Ia meletakkan surat itu ditempat semula. Hari berangsur-angsur malam. Panggilan dari bawah oleh sang ibu membuatnya harus menemuinya dimeja makan.
Sebuah kejutan akan dipersembahkan untuk orang-orang terdekat esok hari.
[ESOK HARI]
Kei bergegas menuju rumah sakit. Langkahnya terkesan seperti orang yang dikejar anjing galak milik tetangga. Niatannya bercampur dengan rasa penasaran akan isi suratnya. Begitu sampai didepan rumah sakit ia mengatur nafasnya yang berantakan.
Dari tempat Kei berdiri, dia bisa melihat keadaan lobby rumah sakit. Tidak ada sosok Seijuro disana. Biasa dia berpas-pasan dengan Seijuro begitu memasuki lobby. Mungkin orang itu mengurus keperluan diluar rumah sakit mengingat dia orang yang cukup sibuk.
Tangannya mendorong pintu kaca dengan pelan. Matanya menangkap seluruh objek yang ada disana, juga mencari sosok orang yang tengah ia cari. Pemuda itu berjalan memasuki koridor. Lebih sepi dari waktu sebelumnya. Hanya ia seorang yang tengah menyusuri koridornya. Takut? Tentu saja tidak, dia tidak akan takut dengan liminal space semacam ini.
Sekali-kali ia menggosokkan telapak tangannya yang berkeringat, padahal ia sama sekali tidak gugup ataupun demam hari ini. Sosok Kei diam sejenak didepan pintu bangsal, lalu membuka pintunya. Tidak ada sosok [Name] yang biasanya berbaring atau duduk diranjangnya. Kosong, hanya ia sendiri dibangsal itu.
"Tuan, sedang apa disini?" tanya salah satu perawat yang kebetulan lewat disana. "Pasien dengan nama Akashi [Name], disini bukankah ada?" Perawat itu tampak bingung. "Hei, Inochi kau pernah dengar pasien dengan nama Akashi [Name] dibangsal ini?" Tampaknya ia memanggil rekan kerjanya yang lewat koridor.
Inochi, perawat yang dipanggil tadi mendekat. "Tidak, memangnya ada nama pasien seperti itu disini? Sepertinya tidak ada, barangkali Tuan salah bangsal," ucap Inochi. Kei merasa dipukul batu dengan berat berton-ton ketika mendengarnya. "Kalau begitu Tuan coba ke lobby dan tanya Sako Tanashi dibawah, dia yang biasanya yang tahu nama-nama pasien disini," tambahnya. Kei mengangguk.
Semangat hari ini hilang bersamaan dengan sosok [Name] hilang. Memangnya dia salah masuk rumah sakit? Tidak mungkin, lagian kalau iya itu memalukan! Tangannya mencari lipatan kertas bertuliskan alamat yang waktu itu diserahkan oleh Seijuro. Dia sama sekali tidak salah tempat.
Kei menatap setiap name tag perawat disekitar lobby, ia menangkap name tag bertuliskan Sako Tanashi. "Tuan, perlu bantuan?" tawar Sako. Pemuda itu menangguk. Laki-laki itu bersender pada meja keramik yang mengkilap dan dingin itu. Sako terlihat bolak-balik sambil membawa beberapa lembar kertas berisi data pasien. "Nah, Tuan mencari pasien dengan nama siapa?" tanya Sako sambil menumpuk lembaran kertas itu didekat Kei.
"Akashi [Name]."
Sako mengangguk lalu mencari nama Akashi [Name] disetiap lembaran itu dengan cermat. Matanya menatap setiap detail kalimat, memilah-milahnya. "Sayang sekali, tidak ada," ucap Sako. Dia kembali dipukul keras oleh ucapan itu.
"Apa dia tidak memberitahumu soal apa yang terjadi padamu?" Kei menggeleng. "Dia tidak bilang apa-apa soal itu," jawabnya.
"Maaf merepotkan dan terimakasih sudah mau membantu."
Sako mengangguk lalu tersenyum. Kei berbalik, keluar rumah sakit. Saat itu juga ia mengutuk rumah sakit. Dia menyalakan ponselnya, melihat apa ada pesan dari [Name]. Ini kedua kalinya [Name] menghilang tanpa jejak. Dia kemana? Kemana dia pergi?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Melody [Tsukishima Kei X Reader]
FanfictionAkashi [Name] dan Tsukishima Kei membuat janji saat musim panas. "Aku janji!" Kisah [Name] dan Tsukishima Kei diiringin oleh alunan lagu yang lembut. Meski demikian, apa [Name] bisa menepati janjinya?