[DISARANKAN SAMBIL MENDENGARKAN UTA NO UTA-KANON69]
Laki-laki itu pergi meninggalkan bangunan bernama rumah sakit itu. Raut wajahnya terlihat muak dengan rumah sakit yang tidak bersalah sama sekali. Ia meneguk minumannya, berusaha menghilangkan rasa cemasnya.
Kenapa bisa-bisanya perempuan itu tenang disaat keadaan yang tidak menguntungkannya tengah melandanya? Kenapa ia malah menenangkan orang lain yang cemas ketimbang menenangkan dirinya?
Kei menata kembali perasaannya yang sempat berantakan. Sekarang ia hanya perlu berdoa pada Tuhan saja. Langkah kakinya berhenti di depan rumahnya. Begitu masuk ia disambut wangi kue yang baru diangkat dari oven. Wangi yang menggoda dan mengundang nafsu makan itu sama sekali tidak berpengaruh pada Kei.
"Kei, makan kue dulu yuk," ajak ibunya. "Tidak, nanti saja aku mau istirahat dikamar," balasnya. Akiteru menoleh, agak keheranan dengan tingkah laku adiknya. "Tumben Kei nolak makan kue." Selesai memotong kue, sang ibu menatap Akiteru. "Kei punya masalah akhir-akhir ini?" tanya sang ibu.
Akiteru berpikir sejenak kemudian menggeleng. "Rasanya mustahil Kei punya masalah pribadi yang dipendam," jawab Akiteru. Ibu separuh setuju pada jawaban yang Akiteru lontarkan.
Kei merebahkan tubuhnya dikasur yang empuk. Alunan nada mengalun diheadphone yang ia kenakan. Matanya terpejam sementara.
"Doakan saja semoga membaik."[SKIP 4 HARI KEMUDIAN]
Kembali lagi ke rutinitasnya selama liburan ini yakni, menjengguk [Name]. Hari menunjukkan sudah sore, setidaknya ia masih bisa menjengguk sebelum jam besuk habis. Kei mempercepat langkahnya menuju bangsal [Name].
[Name] yang sedang memainkan ponselnya menoleh ketika pintu bangsal dibuka Kei. "Kei-kun jadi penjenguk yang paling lama datang hari ini," kata [Name]. Kei duduk disalah satu kursi lipat yang letaknya disamping ranjang tanpa disuruh [Name]. "Ini, minum dulu pasti haus 'kan?" tanya [Name].
Tanganya menerima botol air mineral kemasan yang disodorkan [Name]. Ia meneguk beberapa kali dan menutupnya kembali. "Ada berita baik loh Kei-kun!" Kei menaikkan dagunya, meminta [Name] mengatakan berita baik itu.
"Kondisiku semakin membaik, kemungkinan besar penyakit ini bisa sembuh diwaktu dekat!"
Rasa lega mengalir halus dipunggung Kei. [Name] tersenyum tipis setelah memberitahu kabar baiknya. "Juga," ucap [Name]. Kei menatap kembali [Name]. "Nii-chan menyuruhku setidaknya jalan-jalan keluar rumah sakit, kau mau menemaniku?" tanyanya.
"Iya, aku tidak keberatan lagian ini dadakan banget," jawab Kei dengan sedikit keluhan. [Name] menggaruk tengguknya dengan canggung. "Ayo, kalau balik ke rumah sakit malam-malam repot." [Name] mengenakan jaketnya dan turun dari ranjang.
Tangan Kei menggengam lembut tangan [Name]. Sambil berjalan Kei menanyakan beberapa hal tentang apa yang dilakukan [Name] selama di rumah sakit ini, siapa yang datang menjengguk dan banyak hal lain. [Name] sama sekali tidak terusik dengan semua pertanyaan macam itu.
Sampai diluar area rumah sakit, mata [Name] menyipit. Walau sudah sore, langit masih terlihat terang. "Sekarang kita kemana?" tanya [Name]. "Bukannya kau sudah merencanakan kita pergi kemana?" Nada bicaranya agak sebal dengan pertanyaan [Name] yang blak-blakan tanpa perencanaan itu.
"Jalan tanpa arah lagi, seperti waktu itu?"
Tanpa menjawab Kei berjalan membawa [Name] berjalan, mengelilingi tempat disekitarnya. Langkah kaki mereka terlihat ringan. Keberadaan mereka berbaur dengan orang-orang disekitarnya. Percakapan satu sama lain bercampur dengan suara bising lain.
Mereka berdua berhenti disebuah toko yang terlihat kusam tapi terlihat aesthetic itu. Papan nama tokonya terlalu kecil mempersulit orang membacanya. Tampaknya seperti toko barang bekas.
"Kei-kun mau ikut masuk atau tunggu diluar?"
"Ikut kedalam," jawabnya. Pemandangan langka ketika salah satu anggota keluarga Akashi lebih memilih beli sesutu di toko barang bekas. Penjaga toko ditempat itu terlihat sama sekali tidak bertanggung jawab dengan tugasnya.
[Name] menyambar sebuah kotak berukuran sedang lalu mengecek isinya. Apa isinya? Apa yang dia beli? Pikir Kei. Begitu selesai membayar, mereka berdua keluar dari toko itu. "Apa yang kau beli?" tanya Kei sambil menatap kantung yang berisi kotak tadi.
"Ada deh," jawabnya lalu tersenyum memamerkan giginya. "Sekarang, kita kemana lagi?" [Name] tampak berpikir. "Kei mau makan makanan ringan?" Pemuda itu mengangguk kecil, memyetujui ide [Name]. Langkah mereka yang sempat berhenti kini bergerak menuju minimarket terdekat.
[SKIP]
Punggung Kei menyender pada dinding minimarket sambil mengunyah keripik yang ia beli. Uang didompetnya harus menjadi korban traktir. "[Name], kau kalau jajan tolong kondisikan," keluh Kei.
Perempuan itu menelan onigiri kemasannya lalu menbalas perkataan Kei, "toh Kei-kun tadi setuju soal kesini kan." Ia membuka tutup botol air mineral kemasan lalu meneguknya. "[Name] mau?" tawar Kei. Keripiknya tersisa separuh tak mungkin ia habiskan mengingat nafsu makannya kecil.
"Sudah pukul 5, sebaiknya kembali ke rumah sakit, kakakmu bisa ngomel kalau kau kembali kesana terlambat."
Tangan Kei merangkul [Name] yang masih sibuk dengan makanannya, menggiringnya kembali ke tempat bernama rumah sakit. Sebelum masuk [Name] membuang bungkus kripiknya, bisa gawat kalau dokter yang menanganinya melihatnya makan makanan itu.
[Name] hanya melambaikan tangannya dalam diam, tidak mengucapkan "sampai jumpa" , "sampai ketemu besok" ataupun "hati-hati dijalan" seperti biasanya. Kei berbalik arah menuju rumahnya.
Kalau dia sembuh total, semuanya akan berjalan lancar ya 'kan?
✳
•
✳
W pen baca komen kalian tentang gimana lanjutan kisah mereka, lebih kek teori kelanjutannya. Tulisnya disini dikalimat ini aja, w penasaran sama pikiran kalian tentang lanjutannya. W tunggu <3
KAMU SEDANG MEMBACA
My Melody [Tsukishima Kei X Reader]
FanficAkashi [Name] dan Tsukishima Kei membuat janji saat musim panas. "Aku janji!" Kisah [Name] dan Tsukishima Kei diiringin oleh alunan lagu yang lembut. Meski demikian, apa [Name] bisa menepati janjinya?