Are You Jealous?

1.9K 260 50
                                    

"Ayo cepat!"

"Ha'i nii-chan!"

[Name] langsung mengambil tas sekolahnya dan beberapa kertas. Langkah kaki gadis itu membawanya ke mobil berwarna hitam legam. Tubuh mungilnya masuk ke dalam mobil dan memposisikan tubuhnya untuk duduk senyaman mungkin. "Ingat, jangan melakukan hal bar bar disekolah, nanti kau bisa dimarahi ayah"

"Iya, aku mengerti, jangan ingatkan aku soal itu, sudah cukup diingatkan oleh orangtua itu, nii-chan"

Hening menyergap. Menyatu dengan atmosfer dimobil. "Hari ini aku akan pulang malam karena latihan, jadi kau akan pulang sendiri dengan kereta, tak apa-apa 'kan, [Name]?" tanya Seijuurou. [Name] mengangguk saja. Setidaknya bisa pulang agak lebih lama kalau tak dijemput oleh nii-chan pikir [Name].

Otak [Name] sudah penuh dengan pikirannnya sendiri. Gadis itu sudah lupa darat. Bunyi klakson mobil terdengar dimana-mana. Bising. Mengganggu pikiran [Name]. "Oh, nii-chan, bagaimana dengan pertunangan nii-chan? Nii-chan akan menerimanya bukan?" tanya [Name]. "Entahlah, soal itu, aku juga tak tahu, meski dulu dia menjadi manager basketku, aku juga tak ada rasa kepadanya tuh" jawab Seijuurou. "Jadi?" ucap [Name]. "Masih kupikirkan" balas Seijuurou.

Mobil berhenti disebuah gedung sekolah bernama SMA Rakuzan. "Aku duluan, [Name]" kata Seijuurou. "Iya nii-chan" ucap [Name]. Pemuda bersurai crimson itu membuka pintu mobil dan beranjak keluar dari mobil da menutup pintu kembali.

Butuh waktu yang cukup lama untuk sampai disekolah [Name]. "Sebastian- san, nanti tak perlu jemput aku, aku akan pulang dengan kereta sore ini" kata [Name]. Sang sopir mengangguk, berkata, "baik Nona." [Name] keluar dari mobil dan menutup pintu mobil. Jangan ada kejadian buruk lagi seperti kemarin, ku mohon, kami-sama! Batin [Name].

"Akashi- san!"

[Name] menoleh. Mendapati kakak kelasnya yang botak itu menyapanya. "Tanaka- san, ada apa?" tanya [Name]. "Kau sudah membaca pesanku semalam?" tanya balik Tanaka. "Ya, sudah" jawab [Name].

"Jangan lupa lho, ini pertama kalinya kau melihatku bermain voli saat SMA"

"Iya, hari Sabtu 'kan?"

"Hari Sabtu"

"Aku duluan, Tanaka- san"

[Name] melangkah ke arah kelasnya. Menempatkan tasnya ditempat yang kemarin ia tempati. Lalu, mengeluarkan buku tebal yang selalu ia bawa saat tidak ada kerjaan. Novel kesukaannya. Setidaknya bukunya lebih berbobot daripada buku ekonomi milik sang emperor.

"Akashi- san!"

Panggil seseorang. [Name] langsung menoleh, lalu bagun dari duduknya. Menghampiri sang empu. "Begini, Akashi-san apa kau bersedia mengikuti lomba, untuk mewakili sekolah?" tanya ketua. "Boleh saja, apa hanya aku saja yang ikut, tak ada anggota lain yang ikut" kata [Name]. "Ada, Misaki dari kelas 2-3, Akashi-san lalu aku dan Makoto dari kelas 3-1" jawab ketua.

"Hari ini, kita ada latihan ekstra menjelang lomba"

"Baik"

Skip time

"Oi, Akashi-san" panggil Tsukishima. "Apa?" tanya [Name] dengan nada malas. Kenapa harus berhadapan dengan orang macam dia? Pikir [Name]. "Kau dipanggil Tanaka- senpai tuh" ucapnya. "Oh.. Trims"

Tsukishima memandang [Name] dengan pandangan biasa. Lalu membuang pandangannya dari gadis itu. Berharap agar tak ada orang lain yang menyadari bahwa ia memandang [Name] dengan durasi waktu cukup lama.

"Nah, sudah bunyi bel, sebaiknya Tanaka- san kembali ke kelas"

"Kalau disekolah cukup panggil aku dengan embel-embel 'senpai', Akashi-san"

"Iya, baiklah"

[Name] berbalik. "Oh, Akashi- san, terima kasih atas bantuannya kemarin" ucap pemuda dengan surai orange. "Sama sama" kata [Name]. Lalu berbalik dan menuju tampat duduknya. Mendaratkan bokongnya dikursinya. Dan menyimak pelajaran yang sedang dilontarkan oleh senseinya.

Mendengarkan penjelasan itu membosankan. [Name] sepenuhnya setuju. "Baiklah, sampai disini saja pelajarannya" ucap sang guru. Semua murid yang ada dikelas dengan sepenuh hati membereskan buku-buku yang berada di atas meja mereka.

[Name] langsung membereskan buku-buku miliknya dan berjalan dengan cepat menuju ruang klub musik. Dan buru-buru membuku pintu klub. "Lagi-lagi kau terlambat, Akashi-san" ucap ketua. "Kelasku cukup lama" ucap [Name].

"Lombanya berkelompok"

"Lalu?" tanya Misaki- san.

"Berarti harus kompak dong"

"Nah, latihannya harus serius, lho"

[Name] hanya mengangguk-angguk saja. Malas berkomentar. "Akashi-san, kau mendengarkan bukan?" tanya ketua. "Iya, aku mendengarkan" jawab [Name] dengan pelan. "Baiklah, kita mulai, lagu "The air of the G string", ya" ucap ketua.

Semua langsung mmpersiapkan alat musik yang akan dimainkan. Nada pertama dimulai. Masih mengalun dengan kompak dan halus. Pertengahan, melodi hancur. "Makoto- senpai terlalu cepat" komentar Misaki.

Hingga latihan selesai.

"Lomba masih ada 2 pekan lagi, kalian berlatihlah dirumah"

"Baik"

Semua membereskan alat musik dan bubar. [Name] keluar klub paling terakhir, akhirnya harus mengunci pintu klub. Gadis itu berbalik dan melangkah pergi menuju gerbang sekolah. "Oi, Akashi-san" panggil Tsukishima. [Name] menoleh. "Kenapa kau lagi?" tanya [Name]. "Jangan berbicara lagi dengan si cebol itu atau dengan Sang Raja lagi" ucap Tsukishima. "Memangnya kenapa? Apa jangan-jangan kau cemburu?" tanya [Name].

"Cemburu? Memalukan, sudah turuti saja"

"Menurut? Aku bukan orang yang suka diperintah"

"Kubilang turuti saja, atau kau bisa menyesal, Nona"

Ish! Menjijikkan, kami-sama, tolong aku! Jerit [Name] dalam hati. Kaki panjang Tsukishima melangkah mendekati gadis itu. Berlawanan dengan sang gadis, gadis itu melangkah mundur. "Kau menghalangi jalanku, cepat minggir!" bentak [Name].

Tsukishima menyeringai. "Kau tahu.. Sejak dulu, mungkin saat SMP, kita pernah bertemu saat festival lalu sejak saat itu aku tertarik untuk menemuimu, aku sadar kau ternyata termasuk keluarga Akashi, lalu-" ucapannya terpotong. Kini, mereka saling berhadapan. Jaraknya semakin menyempit. Wajah Tsukishima berada di samping telinga [Name].

Helaan nafas pemuda tersebut terdengar jelas ditelinga [Name]. Pemuda itu melanjutkan ucapannya yang terpotong tadi. "Lalu, entah mengapa, rasanya aku jatuh cinta, jatuh cinta... kepadamu, Akashi [Name]"

BERSAMBUNG.

Entah mengapa, jantungku jadi doki-doki saat bikin ini. Ya ampun... Rasanya kayak bukan Tsukishima Kei aja. Hah.. Sudahlah.

My Melody [Tsukishima Kei X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang