Live And Melody

764 58 8
                                    

[DISARANKAN SAMBIL MENDENGARKAN I AM LOVE - TEARLINER]

Seharusnya dia tidak mengatakannya. [Name] mengusap kasar wajahnya. Ia sedang berada di kamar penginapan. Hanya dia sendiri. Seijuro tidak ikut, dia bukan tipe orang yang ikut campur urusan pribadi orang lain. [Name] mendesah kesal.

Kalau dia tidak memberitahu tentang janji musim panas itu pada Kise sepertinya dia tidak akan mengambil kesempatan disaat seperti ini. Menyebalkan. Perempuan itu berjalan keluar kamar, hendak mencari udara segar. [Name] menggiring sepeda yang ia pinjam dari pemilik penginapan. Tidak mungkin perempuan keluar ditengah gelapnya malam dengan berjalan kaki sendirian.

Dia mengayuh sepedanya mengelilingi tempat sekitar. Rasanya sama seperti dulu, [Name] kangen suasana yang dulu. Ponsel yang ia taruh dikantung celananya bergetar, sebuah panggilan telepon muncul dilayar ponselnya. Bertuliskan Momoi Satsuki. [Name] segera menghentikan kayuhannya.

"Moshi-moshi?"

"[Name], bagaimana jalan-jalannya tadi? [Name] sedang ada di Miyagi 'kan?"

"Kami belum jalan-jalan, iya aku sedang di Miyagi."

"Hubungan kalian masih lanjutkan?"

[Name] mengigit bibir bawahnya. "Tidak, dia bilang dia sudah punya tunangan," ucap [Name]. Suaranya terdengar bergetar. Dari sebrang Momoi tidak menjawab. [Name] menjepit ponselnya dengan pundak, lalu kembali mengayuh. "Momoi? Masih ada disana Momoi?" tanya [Name].

"Iya, masih ada, soal Tsukishima-san punya tunangan itu benar adanya?"

"Katanya iya, dia menyematkan cincin disalah satu jarinya, saat ku tanya Kei sudah punya tunangan atau belum Kei jawab iya."

Hatinya tersayat setelah mengucapkan itu. "Mungkin ini salahku, iya, separuh dari jawabannya itu salahku," bisik [Name]. [Name] memberhentikan laju sepedanya begitu sampai ditanjakkan yang biasa menjadi rute latihan klub voli putra. "Sudah tidak ada yang ingin Momoi tanyakan lagi? Soalnya aku mau tutup teleponnya."

"Ah, iya, maaf malah bertanya hal sensitif seperti itu."

"Tidak apa-apa."

Telepon ditutup. [Name] mematikan ponselnya dan menlanjutkan perjalanannya.

[ESOK HARI]

Kei tengah menunggu kehadiran [Name] didepan gerbang rumahnya. Sesekali mengipasi dirinya yang kegerahan. Dari tempatnya berdiri dia bisa mendengar bunyi kayuhan sepeda. "Maaf terlambat!" serunya lalu mengerem tepat di depan Kei. "Lambat, kau telat," keluh Kei.

"Setidaknya aku sudah mengatakan maaf loh! Sekarang naiklah," ucap [Name]. "Memangnya kau kuat memboncengku?" [Name] mengangguk mantap. "Waktu itu aku kuat memboncengmu 'kan?" Kei menggeleng. "Beratku sekarang dan dulu beda, sekarang biarku bonceng kau," balasnya.

Kaki Kei mulai mengayuh sepedanya. "Sekarang kita mau kemana?" tanya Kei. [Name] mengambil secarik kertas yang bertuliskan tempat-tempat yang dijadikannya rute perjalanan ini. "Kuil Atago, sekarang waktu yang tepat untuk berdoa pada para dewa," jelas [Name]. Kei mengangguk kemudian mengayuh menuju Kuil Atago.

"Nee, Kei-kun pernah ke Kuil Atago?"

"Pernah, satu kali entah kapan itu sudah lama."

Angin sepoi-sepoi berhembus, terasa menyegarkan ditengah siang hari yang panas ini. Dalam perjalanan, tidak ada yang berbicara. Mata [Name] memandang sisi kanannya, menangkap pemandangan Miyagi yang lumayan berubah dari sebelumnya. Selama 4 tahun Miyagi mengalami banyak perubahan.

Pemandangan menyejukkan berganti ketika mendekati area Kuil Atago. Pepohonan rimbun berwarna hijau cerah menggantikan pemandangan perkotaan tadi. Semakin mendekati Kuil, suara tonggerek terdengar jelas. Khas musim panas. Cahaya yang masuk terhalang oleh dedaunan membuat area Kuil tampak sunyi dan sepi.

My Melody [Tsukishima Kei X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang