Call Me Akashi-San!

1.5K 209 55
                                    

"Tunggu...apa maksudmu?"

"Maksudku? Jadilah milikku, [Name]"

Gadis itu mendorong pemuda yang berada di depannya. "Permisi, aku duluan" ucap [Name]. Tubuh gadis itu berbalik. "Panggil aku Akashi-san jangan panggil aku [Name], kita baru bertemu 2 hari, jangan panggil aku seolah kita sudah lama kenal" titah [Name].

Pemuda itu terlihat tersenyum. "Baik, Nona Akashi" balas sang pemuda. [Name] buru-buru meninggalkan pemuda bersurai light-blonde itu dikoridor.

Langkah kakinya semakin cepat. Lupakan saja, ya ampun, menyebalkan sekali tiang listrik itu! Gerutu [Name]. "Oi! Akashi-san! Mau kemana?" tanya Tanaka. Gadis itu membalikkan badannya. Melihat Tanaka dari kejauhan. "Aku ingin pulang, aku duluan ya!" seru [Name].

Pemuda light-blonde itu melihat mereka dengan tatapan jengkel. Mungkin karena gadisnya itu dekat dengan kakak kelasnya. Kaki pemuda itu melangkah menuruni tangga. Meninggalkan mereka dengan perasaan panas.


([Name] pov)

Langkah kaki berhenti disebuah toko yang tak begitu jauh dari sekolah. Tanganku membuka pintu toko. Pria bersurai kuning sedang merokok sambil membaca koran menatapku. Tanpa pikir panjang, aku langsung menuju rak-rak yang menjejerkan makanan maupun kebutuhan rumah.

Mataku fokus ke rak makanan. Perutku perlu makanan sekarang! Tak butuh waktu lama, aku mengambil beberapa snack, permen karet, dan es krim. Camilan yang mengguggah selera saat lapar. Aku membawa belanjaanku ke kasir.

Pria itu kalau tak salah cucu dari pelatih Ukai yang sempat booming di klub voli putra. "93 yen" ucapnya. Aku merongoh saku bajuku, mengambil beberapa uang dan menaruhnya di kasir. Kantung plastik yang berisi belanjaanku ia taruh di depanku. Tanganku meraihnya. Lalu pergi dari toko kecil itu.

Es krim dalam perjalanan pulang memang terbaik. "Maksudku? Jadilah milikku, [Name]". Perkataannya itu masih tersimpan dipikiranku. "Beraninya dia memanggil namaku" gumamku lalu melanjutkan memakan es krim yang hampir mencair.

Angin sore hari yang kadang menyejukkan kini membuatku bergerintik ngeri. Udaranya terlalu dingin. Mungkin tak terlalu berbeda dengan udara di Kyoto.

Memangnya aku pernah melihatnya di festival saat masih SMP ya? Sepertinya sih tidak, tapi kenapa dia pernah bilang seperti itu ya.. Aneh saja manusia itu begitulah pikiranku. Rasanya seperti bernostalgia. Ah, itu terlalu norak. Mungkin lebih bisa disebut mengingatkan kembali.

Kini mulutku bekerja menggunyah permen karet. Rasa manis menyebar di mulutku sekarang. Baru beberapa hari saja di sini, rasanya berbeda.

Tasku bergetar. Mungkin itu karena panggilan masuk. Benar. Telepon masuk. Tertera nama 'Masaomi Akashi'. Rasanya aku ingin memblokir nomornya. Memang termasuk perilaku tak sopan, tapi kadang-kadang panggilan ini mengganggukku. Ibu jariku menekan tanda menerima panggilan.

"Akhirnya panggilan di jawab, [Name], ayah akan kembali ke London untuk urusan bisnis, kau dan Seijuurou akan baik-baik saja 'kan tanpa ayah?"

"Iya, kami akan baik-baik saja"

Ya! Pergi saja ke London, jangan pulang! Aku bisa tersiksa jika ayah ada di rumah batinku. Batinku dan pikiranku sama sama menjerit senang. "Baiklah, nanti akan ayah kabari lain waktu" ucapnya. Telepon terputus.

My Melody [Tsukishima Kei X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang