1

6K 774 16
                                    

Langkah kaki Alee terhenti saat ia mendengar namanya disebutkan dalam perbincangan dua orang yang berada di dalam toilet.

"Aku sangat ingin melihat apa yang terjadi besok. Wanita angkuh seperti Alee akan tahu bagaimana rasanya dicampakan." Suara itu terdengar penuh kebencian.

Tawa jahat muncul setelahnya. "Ell, pesonanya memang luar biasa. Pria itu jelas bisa memenangkan taruhan untuk mendapatkan Alee. Aku sangat mengasihani Alee, wanita itu pasti sudah berpikir bahwa Ell benar-benar mencintainya."

Ada suara retakan patah yang hanya bisa didengar oleh Alee sendiri. Ada rasa sakit yang hanya bisa Alee rasakan sendirian.

Benarkah semua yang ia dengar ini? Ell menjadikan ia bahan taruhan?

Senyum pahit muncul di bibir Alee. Inikah alasan dari sikap Ell yang memang terkesan tidak begitu peduli terhadapnya?

"Itu salah Alee sendiri yang berpikir terlalu tinggi. Pria seperti Ell mana mungkin menyukainya. Ell sempurna dari bawah hingga atas, sedangkan Alee? Wanita itu hanya mengandalkan kecantikannya. Dia sedang mencoba untuk memasuki pergaulan kelas elit, sayangnya dia hanyalah sesuatu yang dijadikan taruhan."

Nampaknya, Alee telah menyinggung banyak orang dengan sikap tertutupnya selama ini. Alee, tidak tahu jika ada banyak orang yang sangat ingin melihat kehancurannya.

Merasa sudah cukup mendengar percakapan itu, Alee memutar tubuhnya. Niatnya untuk buang air kecil sudah lenyap.

Alee melangkah menuju ke parkiran, ia menekan kunci mobilnya lalu meninggalkan kampus. Alee hanya ingin memastikan kebenarannya. Alee tidak akan memaki atau menyumpah serapah Ell yang kejam terhadapnya, ia juga tidak ingin tahu kenapa Ell menyetujui taruhan itu.

Ia hanya ingin tahu apakah benar tidak ada cinta yang Ell rasakan untuknya? Mungkin ia terlalu bodoh karena masih ingin mempertanyakan tentang cinta, tapi ia hanya ingin membuat hatinya merasa sedikit lebih baik saja.

Mobil Alee melaju melintasi jalanan kota yang pagi ini tidak terlalu padat. Setiap detik mobilnya melaju, hatinya semakin terasa sakit.

Namun, Alee tidak berhenti atau mundur. Rasa sakit bukan hal asing baginya bahkan sebelum ia menjadi pacar Ell.

Sampai di sebuah kawasan apartemen mewah, Alee menghentikan mobilnya. Ia mengangkat wajahnya ke atas lalu melihat ke lantai apartemen Ell.

Sebuah pemandangan yang luar biasa menyapa penglihatan Alee. Sekarang semuanya sudah jelas, tidak ada cinta untuknya.

Tidak perlu bertanya lagi, Alee memutar balik mobilnya dan melaju dengan kencang. Dadanya begitu sesak, tapi air matanya tidak mengalir. Ia hancur, tapi tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya.

Alee kesakitan, tapi ia tidak menunjukannya. Ia hanya mencengkram setirnya dengan kuat hingga tangannya memutih.

Tidak apa-apa jika Ell hanya menjadikannya sebagai bahan taruhan, mungkin masih ada sedikit harapan dari sebuah taruhan menjadi benar-benar cinta. Namun, apa yang ia lihat tadi membuat Alee meyakini bahwa tidak akan ada kemungkinan Ell mencintainya.

Ell berciuman dengan wanita lain di tepi jendela apartemen mewah Ell. Wanita itu adalah Estella, primadona kampus. Anak seorang pengusaha yang menguasai pasar dunia.

Ia dikhianati entah sejak kapan. Dan untuk sebuah pengkhianatan, Alee tidak pernah bisa menerimanya. Kehidupan remajanya yang harusnya bahagia hancur karena pengkhianatan yang dilakukan oleh ayahnya.

Orang pertama yang mematahkan hati Alee adalah ayahnya sendiri yang berselingkuh dengan wanita lain, lalu kemudian ibunya yang memilih bunuh diri karena kehilangan. Dan setelah itu Alee sendirian. Hanya seorang wanita paruh baya yang sudah mengasuhnya dari kecil yang menemani dirinya.

ELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang