5

4.6K 756 18
                                    

"Enam tahun berlalu dan dia tidak berubah sama sekali. Benar-benar Ellijah Brengsek Ingelbert." Alee mencibir Ell yang sudah meninggalkan ruangan itu.

Damian terkekeh pelan mendengar nama tengah yang disematkan oleh Alee untuk putranya. "Kau mencintai pria brengsek itu, Alee."

"Benar, dan itu salahku." Alee menghela napas pelan ia mengakui kesalahannya.

"Jadi, apa yang Ell katakan padamu? Dia mungkin akan sangat membencimu."

"Tidak masalah. Dia tidak mencintaiku, dibenci olehnya akan membuat Ell selalu mengingatku dalam setiap tarikan napasnya."

"Ah, kau sedang balas dendam pada Ell."

Alee menggelengkan kepalanya. "Aku tidak memiliki dendam apapun pada Ell. Mencintainya adalah pilihanku sendiri. Jika aku tidak tergoda oleh Ell aku pasti tidak akan mempersulit diriku sendiri."

Damian tahu Alee memang tidak akan pernah menyalahkan Ell karena Ell yang sudah mempermainkan perasaannya. "Sedikit lebih berhati-hati mulai dari sekarang. Aku rasa kau mungkin akan mengalami gangguan dari Ell."

"Tidak perlu khawatir, Tuan Ingelbert. Semuanya akan baik-baik saja."

"Baiklah. Kalau begitu aku akan pergi ke kamarku sekarang. Setengah jam lagi datanglah ke ruang kerjaku. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku bahas denganmu."

"Ya."

Setelah Damian pergi, Alee melangkah menuju ke dapur. Tadinya ia ingin membuat secangkir teh hangat untuknya, dan kebetulan ia mendapatkan Ell berada di kediaman itu.

Alee duduk di kursi yang ada di mini bar kediaman itu. Ia menyesap teh hangatnya. Jari telunjuknya bermain di bibir cangkir. Pikirannya melayang terbang, melihat Ell hari ini membuat ia mengingat hari di mana hatinya hancur berantakan.

Rasa sakitnya masih Alee rasakan sampai saat ini. Bertahun-tahun terlewati, tapi perasaan Alee untuk Ell tidak pernah berubah. Alee merasa ia benar-benar bodoh. Ia dikhianati, tapi ia masih mencintai. Mungkin seperti itulah yang dirasakan oleh ibunya.

Terlalu sulit bagi Alee untuk menghapuskan rasa cinta yang ada di hatinya. Ell, pria itu adalah pria pertama yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Dan menjadi pria terakhir yang membuka hatinya.

Alee sadar ia menyakiti dirinya sendiri dengan terus menyimpan perasaan terhadap Ell. Saat ini Ell sendiri sudah bertunangan dengan Estella, wanita yang sama dengan enam tahun lalu. Dan dari yang ia dengar, tahun depan Ell akan menikah dengan Estella.

Menghela napas, Alee kembali menyesap minumannya. Ia yakin suatu hari nanti cinta itu akan mati dengan sendirinya.

Sudah setengah jam Alee berada di mini bar, ia akhirnya beranjak dan pergi ke ruang kerja Damian.

Alee mengetuk pintu terlebih dahulu lalu kemudian masuk ke dalam ruangan di depannya. Di belakang meja kerja sudah ada Damian dengan pakaian yang telah berganti.

"Duduklah." Damian mempersilahkan Alee untuk duduk di depannya. "Jadi, bagaimana dengan perangkat lunak yang sudah kau periksa?"

Seharian ini Alee disibukan dengan memeriksa perangkat lunak yang akan diluncurkan oleh Ingelbert Corporation. Damian merasa perangkat lunak itu belum sempurna, jadi pria itu meminta pendapatnya.

Meskipun Alee baru terjun ke dunia binsis milik Damian dua tahun belakangan ini, tapi Alee sudah mempelajari banyak tentang komputer dan perangkat lunak selama ia kuliah di salah satu universitas terbaik di negara yang ia tinggali.

"Instalasi perangkat ini cukup mudah, cara pengoperasiannya juga mudah untuk dipahami oleh berbagai kalangan, kaya akan fitur dan aplikasi yang akan memenuhi kebutuhan pengguna, mudah diperbaiki dan dikembangkan, mendukung banyak sistem partisi, kinerja yang ringan dan terakhir memiliki keamanan yang sangat baik. Dan kekurangan produk ini adalah ukurannya yang cukup besar sehingga mengharuskan menyediakan RAM yang cukup besar untuk menggunakannya. Aku rasa jika ukurannya lebih diperkecil maka itu tidak akan memiliki kekurangan. Perangkat lunak ini akan menjadi yang terbaik." Alee menjelaskan secara ringkas hasil pengamatannya.

ELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang