Enam tahun kemudian...
Seorang wanita di dalam mobil menurunkan kaca matanya, ia melihat ke rumah megah yang saat ini terlihat jelas di matanya.
Mobil yang wanita itu tumpangi memasuki gerbang rumah mewah itu, setelah seratus meter, mobil berhenti tepat di depan teras rumah yang di bagian sisinya terdapat dua pilar besar yang terlihat kokoh.
Kaki jenjang wanita yang mengenakan stiletto berwarna merah keluar dari mobil saat pintu mobil telah dibuka oleh sopir.
Pelayan laki-laki paruh baya menyambut kedatangannya. "Nyonya Alee, Tuan sudah menunggu Anda di dalam." Pelayan itu memberi tahu sang wanita yang berusia jauh lebih muda darinya.
Wanita yang tidak lain adalah Alee itu melangkah masuk melewati dua daun pintu raksasa yang terbuat dari kayu terbaik di dunia itu. Benturan hak sepatu Alee dan lantai marmer mengkilat terdengar di dalam ruangan besar yang dilalui Alee.
Beberapa pelayan yang dilewati oleh Alee menundukan kepala mereka memberi hormat pada Alee. Para pelayan ini belum pernah bertemu Alee sebelumnya, tapi mereka sudah diberitahukan oleh kepala pelayan yang sekarang menunjukan jalan pada Alee bahwa nyonya muda mereka akan segera datang hari ini.
Setelah melewati beberapa ruangan dan koridor yang cukup panjang, Alee sampai ke sebuah ruangan yang tampak hangat. Di dinding ruangan itu terdapat banyak foto yang Alee tidak mungkin tidak kenali. Alee tidak begitu mempedulikan foto-foto itu, ia hanya terus berjalan menuju ke seorang pria dengan pakaian santai yang saat ini tengah berdiri menghadap ke luar jendela.
Pria itu membalik tubuhnya lalu tersenyum pada Alee. "Selamat datang kembali di kota ini, Alee." Pria itu membuka kedua tangannya.
Alee membalas senyuman itu, ia kemudian masuk ke dalam pelukan pria yang berumur hampir 50 tahun, tapi masih terlihat seperti berada di penghujung 30an tahun. Pria ini masih tampak muda dengan wajahnya yang aristokrat ditambah tubuhnya yang masih terlihat bugar.
"Bagaimana perjalanan panjangmu? Melelahkan?" tanya pria itu setelah pelukannya dan Alee terlepas.
"Aku hanya mengalami sedikit sakit kepala. Rasanya sangat jenuh berada di dalam pesawat selama berjam-jam." Alee menjawab seadanya.
"Kalau begitu istirahatlah. Pelayan akan membangunkanmu saat makan malam siap."
"Anda benar-benar pengertian. Kalau begitu saya akan ke kamar."
"Ya."
Alee membalik tubuhnya, sapaan singkatnya terhadap pria pemilik rumah sudah cukup untuk saat ini.
"Ah, Alee." Pria itu bersuara lagi. Ia menatap Alee yang kini membalik tubuh. "Kau tidak akan menyesali keputusanmu ini, bukan?"
Alee menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan ada di sini untuk sebuah penyesalan, Tuan Ingelbert."
"Aku senang mendengarnya kalau begitu. Silahkan beristirahat."
"Terima kasih." Alee kemudian membalik tubuhnya lagi dan pergi. Kepala pelayan melangkah di depannya, menunjukan di mana kamarnya berada.
Untuk sampai ke kamarnya, Alee harus menaiki tangga. Ia melewati beberapa ruangan lainnya lalu sampai di depan sebuah pintu.
"Ini adalah kamar Anda, Nyonya Alee. Jika Anda membutuhkan sesuatu, Anda bisa menghubungi saya. Tekan tombol satu pada intercom untuk terhubung dengan saya." Marcus, pelayan utama Tuan Ingelbert memberitahu Alee.
"Baiklah, terima kasih." Alee lalu masuk ke dalam kamarnya.
Saat pintu terbuka, nuansa putih dan cokelat menyapa Alee. Perabotan di dalam kamar itu jelas bukan barang-barang yang murah. Tentu saja, akan memalukan bagi Tuan Ingelbert jika perabotan di dalam rumah mewahnya adalah barang-barang murah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLE
RomanceOpen po 24 januari - 6 Februari 2020 Dijadikan bahan taruhan, Alee bisa menerimanya, tapi ketika ia tahu bahwa kekasihnya memiliki wanita lain, Alee memilih untuk meninggalkan Ell tanpa mengatakan apapun. Dua tahun berlalu, dan Alee kembali diperte...