38

3.8K 712 25
                                    

Sebuah kecupan lembut didaratkan oleh Ell pada pipi Alee. Pria itu baru saja kembali ke apartemennya yang kini terasa hidup lagi karena kehadiran Alee di sana.

"Apakah aku membuatmu menunggu terlalu lama?" Ell memeluk pinggang Alee. Ia menghirup aroma rambut Alee yang sama dengan aroma rambutnya. Tentu saja, mereka berbagi shampoo yang sama.

"Tidak. Aku juga baru selesai menghidangkan makan malam ini. Ayo kita makan selagi masih hangat," ajak Alee.

"Ayo, aku sudah tidak sabar ingin menyantap makan malamku." Ell berbisik pelan di telinga Alee.

Alee mencubit perut Ell pelan. "Jangan berpikiran macam-macam."

Ell terkekeh geli. Ia menarik sebuah kursi dan duduk di sana. Melihat ke arah hidangan yang sudah tertata rapi di meja. Di sana juga ada sebotol wine dan dua buah gelas.

Kemampuan Alee dalam memasak sepertinya meningkat pesat. Ell menyukai makanan laut, jadi Alee menghidangkan berbagai hidangan laut di makan malam itu. Dari baunya, Ell tahu rasanya pasti sangat lezat.

Dahulu Alee sering memasak untuknya, dan ia beruntung karena ia bisa merasakan masakan Alee lagi.

"Selamat makan, Alee." Ell meraih sendok dan garpunya.

"Selamat makan, Ell."

Ell mulai memakan hidangan lobster yang ada di depannya. Pria itu mengunyahnya perlahan, rasanya seperti yang ia bayangkan. Sangat lezat.

"Bagaimana?" tanya Alee.

"Masakanmu tidak pernah mengecewakan Alee. Kau yang terbaik."

"Baiklah, kalau begitu habiskan."

"Tentu saja." Ell melanjutkan kembali makannya. Selera makannya sedang sangat baik malam ini. Mungkin karena ia kembali memakan masakan Alee dan ditemani oleh Alee.

Alee ikut makan, tapi ia lebih banyak memperhatikan Ell. Pria itu terlihat baik-baik saja saat ini, tapi siapa yang tahu di dalam hati Ell seperti apa. Alee pernah merasakan jadi Ell sebelumnya, berpura-pura baik-baik saja cukup sulit untuk dilakukan saat hati tergores penuh luka.

Namun, Ell melakukannya dengan baik. Pria itu tidak larut dalam kesedihan. Ell menerima kenyataan meski itu pahit.

"Kenapa kau melihatku seperti itu? Apakah aku sangat tampan?" Ell tersenyum manis pada Alee.

"Benar, kau sangat tampan. Entah sudah berapa banyak hati yang kau patahkan dengan ketampananmu itu."

Ell terkekeh kecil. "Terima kasih untuk pujianmu, Alee."

"Sama-sama, Ell." Alee menjawab manis.

Sekali lagi Ell tertawa. Beruntung saat ini ia memiliki Alee, wanita itu membuat suasana hatinya lebih baik. Mengalihkan ia dari memikirkan tentang yang terjadi kemarin, sehingga ia tidak berlarut-larut dalam luka.

Selalu ada pelangi setelah hujan, dan Alee adalah pelanginya. Warna terindah yang pernah ia miliki dalam hidupnya.

Keduanya melanjutkan makan malam mereka dalam suasana romantis yang meskipun tanpa lilin dan bunga mawar di meja.

Usai makan malam, mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu di balkon. Memandangi langit malam bertabur bintang.

Ell memeluk Alee dari belakang, menyelimuti Alee dengan kehangatan. Keduanya tak saling bicara, tapi mereka menikmati keintiman mereka saat ini.

Suara bel terdengar, mengusik keheningan apartemen Ell. Tidak hanya satu kali, tapi berkali-kali.

"Tunggu di sini, aku akan melihat siapa yang datang." Ell melepaskan pelukannya dari tubuh Alee. Ia mengecup puncak kepala Alee lalu melangkah pergi.

ELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang