↳⑥┊ YOUTH

4.3K 693 1K
                                    

˗ˏˋ 'ˎ˗ 𝚈𝙾𝚄𝚃𝙷 ˗ˏˋ 'ˎ˗
═════ ◈ ═════
©𝓐𝓻𝓭𝓱𝓿__





































JIKA KAU BERTANYA padaku, alasan paling masuk akal untuk membenci seorang [Name] Hargreeves.

Maka akan ku beritahu satu buah rahasia.

Sebelum aku jatuh pada pesonanya, aku juga membencinya dahulu.

“Five!” panggil seorang gadis yang aku yakini itu pasti [Name]. Dengan napasnya yang memburu, kulitnya yang pucat. Dia menyusulku ke taman.

“Kenapa kau sendirian diluar? Cuaca dingin tahu,” omelnya padaku, kuakui dia menyebalkan dan cerewet.

Tukang ikut campur, dan sok.

“Apa pedulimu?” ujarku menatap tidak suka.

“Kulihat kaki Ben cidera, dan kudengar dari yang lain kau yang mendorongnya,” balas [Name].

“Pahlawan kesiangan,” sindir ku tidak suka.

Bagaimana tidak bertindak sok heroik, kalau gadis cerewet itu keluar tanpa mengeluarkan mantel. Padahal ini hari dimana salju pertama turun.

Dan dengan lagak membela Ben, anak tukang ngadu.

[Name] menghela napas pelan. “... Ceritakan padaku dari sudut pandangmu, apa yang terjadi.”

Aku menatap [Name] dengan pandangan tidak suka, lihat? Dia sedang berakting selayaknya penyelamat. “Just blame me like the others.

“Lucu Five, haha.” [Name] berkomentar. “Katakan ... bagaimana aku bisa langsung menyalahkan seseorang tanpa mendengarnya dari kedua belah pihak?”

Just be honest [Name], orang-orang lebih memilih mendengarkan pihak yang menurut mereka benar.” Aku kemudian berjalan melewatinya dan menubruknya. Kesal harus terus berbicara dengan orang munafik.

“Itu kata orang,” katanya yang membuatku menghentikan langkahku. “Bukan dari mulutmu sendiri.”

Aku berbalik, mendapati [Name] menatapku dengan wajah tanpa ekspresi.

Ada perasaan mengganjal yang sulit ku deskripsikan. Entahlah, aku muak, aku kesal, aku marah. Aku benci segala tingkah baiknya.

Namun ada satu perasaan yang lebih mendominasi daripada yang lainnya.

“Aku memang yang mendorong Ben dari tangga.” Jeda sesaat sebelum aku kembali bicara. “Puas?”

Aku memperhatikan ekspresi [Name] yang saat ini, harusnya ia sudah berlari ke dalam dan masuk dengan wajah penuh amarah.

Harusnya seperti itu.

Namun [Name] berjalan mendekatiku, lalu berujar. “Kau tidak bisa membedakan arti dari kata 'orang lain' dan 'mulutmu sendiri' ya?”

“Aku minta pendapatmu, opinimu, sudut pandangmu bukankah hal itu sudah jelas?”

“Aku lihat omong-omong, semuanya dari awal. Kalian bermain bersama, di tangga. Ben kehilangan keseimbangan dan jatuh dari tangga, kau berniat menolong. Kau bahkan bantu membopong Ben.”

“Kau khawatir Five! Jelas di wajahmu terukir kau khawatir.”

Aku terdiam. Perasaan di dadaku kian mendominasi. Semakin memperhatikan gadis itu semakin aku terhanyut akan emosi.

𝐂𝐇𝐈𝐋𝐃𝐇𝐎𝐎𝐃 || ƒ. нαяgяєєνєѕ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang