3.【Pada Jumpa Pertama】(ᴘᴛ.3)

522 70 3
                                    



Selamat membaca





'Pada Jumpa Pertama'


"Udah lama juga ya, kita tinggal di sini."

Tutur Dara Adelia kepada suaminya saat bersantai di halaman belakang rumah. Perempuan itu memeluk erat pinggang Haris dengan tangan kirinya. Menyandarkan kepala ke bahu tegap itu.

Haris bergumam. "Iya, dari sebelum Handa lahir," ujarnya.

Pekerjaan sang suami mengharuskan mereka memiliki hunian dengan tingkat keamanan yang tinggi. Saat Dara menghitung, sekitar tiga kawasan sudah mereka tempati sebelum menetap di Griya Bahana.

Alasannya sama, beberapa oknum dapat masuk ke kawasan pribadi mereka.

Sampai salah satu teman SMA Dara, Sinta,menceritakan kejadian kurang menyenangkan yang baru saja keluarga sepupunya alami.

Sepupu Sinta mengalami kebangkrutan, sehingga mengharuskan ia dan suaminya menjual tempat tinggal mereka. Tapi masih belum laku karena harga jual yang terlalu tinggi.

Hingga Sore itu, Dara meminta Sinta mengantarnya ke hunian yang dimaksud dengan dalih hanya ingin melihat. Dara melihat ada 6 laki-laki berseragam hitam yang menjaga di gerbang pertama.Salah satu dari mereka menanyakan kepada Sinta siapa yang akan ia temui.

Dara kira hanya sebatas itu saja, tapi saat berbelok untuk masuk ke blok perumahan yang dituju, ternyata ada satu pos satpam lagi dan diisi 3 laki-laki dengan seragam yang sama.

Niat hati Dara awalnya hanya ingin melihat saja. Namun besoknya, ia datang bersama Haris sambil membawa cek dengan nominal yang ditawarkan sang pemilik rumah.

Ternyata, Griya Bahana bukan hanya memberikan rasa aman, namun juga rasa nyaman.

|
|
|
|
|


Citra Sandhya dalam lingkaran pertemanannya dikenal sebagai manusia paling santai dan tidak memikirkan penilaian orang-orang kecuali dalam aspek pekerjaan.

Namun, orang tua Citra tidak bersifat sama dengan anak sulung mereka. Bagi kedua manusia paruh baya itu, Citra terlalu masa bodoh, termasuk dalam hal pasangan hidup. 

Hingga pada saat usia Citra menginjak angka 25 tahun, orang tuanya mengenalkan ia pada anak bungsu sahabat ayahnya, Wafa Dhananjaya.

Citra menerimanya tanpa berpikir panjang. Bagi perempuan itu, menjabarkan jutaan alasan logis pada orang tuanya jauh lebih sulit dibanding menerima perjodohan ini.

Dengan alasan ingin mempererat hubungan dengan suaminya, Citra memutuskan untuk keluar dari rumah orang tua maupun mertuanya. Padahal, alasan utama ia ingin pindah, karena ia tak nyaman berbagi ruang pribadi dengan Wafa--


Ting!

Suara dentingan sendok dan piring memecahkan fokus Citra. Membuatnya menatap Wafa dengan penuh tanya.

"Makan. Saya luangin waktu kerja bukan buat liat kamu bengong," tutur Wafa sambil menatap dalam istrinya.

--Lihat, awalnya ia menjadikan Griya Bahana sebagai pelarian. Tapi sekarang, bagi Citra, tempat inilah yang benar-benar pantas disebut hunian.


|
|
|
|
|



Sulit bagi Tiara Indira menutupi kabar pernikahannya dengan putra pemilik stasiun televisi swasta itu. 5 tahun ia mampu menutupi kehidupan pribadinya dari media, tapi entah siapa yang berani membocorkan hal ini ke permukaan publik.

Rumah orang tuanya bahkan tidak aman lagi bagi mereka. Beruntung kakak sepupunya, Shania Kirana, berbaik hati menawarkan tempat tinggalnya sebagai tempat sementara untuk Tiara dan keluarganya tempati. Hingga keadaan sedikit mereda.

Awalnya, Tiara hanya berniat menumpang dan mencari hunian lain. Sampai akhirnya, ia merasa terbiasa dengan 7 keluarga lain yang mengisi hunian di blok mewah ini.

Mereka semua ramah, mampu mengajak Tiara berbincang dengan mereka selama berjam-jam tanpa membuat ia merasa risih.

Gerutuan lucu Naira dan Jiaya saat menceritakan kelakuan menyebalkan lingkaran pertemanan mereka, balasan pedas Janitra dan Citra dalam setiap cerita, Maura dan Shania yang memberi bumbu untuk menambah suasana panas, rentetan tawa geli serta kalimat penenang dan ejekan dari Milena dan Dara menjadi hal yang menyenangkan di hari-hari Tiara.

Beruntungnya Tiara, Karena masih ada 2 rumah kosong di ujung perumahan. Seakan memberi izin bagi dirinya untuk menempati hunian itu.

Ceklek!

Pintu coklat itu terbuka dan terlihat Sagara yang menatap istrinya sekilas, lalu berlanjut untuk masuk ke toilet di kamarnya.

Ck, tampaknya Tiara tak bisa bercerita lebih banyak. Sekarang ia harus membujuk suaminya yang terlihat kesal itu.

Mari biarkan cerita ini berlanjut ke lembar berikutnya.

Sampai jumpa!



—————————————————————————







Jangan lupa vote dan commentnya!

Jika ada yang mau memberi kritik dan saran, saya persilahkan. Terima kasih!




Griya Bahana ||twice ft. boys||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang