9. 【Jemput dan Pulang】

567 57 6
                                    

Selamat membaca❤


'Jemput dan Pulang'

Focus; Fairuz, Dharma.

"Aw!"

"Aduh!"

"Sakit!"

"Pelan-pelan, Ambu!"

Dara memukul punggung telanjang suaminya, kesal sendiri mendengar rintihan ambigu dari Haris. "Kok dipukul?!" protesan ayah dari anaknya itu yang ia balas dengan decakan. "Abang berisik!"

Sejak pulang Haris sudah mengeluh kepada istrinya bahwa tubuhnya pegal-pegal dan ingin dipijat. Tadinya Dara malas menanggapi, tapi ia tak tega juga.

"Abang tuh keseringan lembur, makanya masuk angin! Sebentar, aku buatin teh dulu." Dara turun dari ranjang dan keluar dari kamar tidurnya.

Tak sampai tujuh menit, perempuan berdarah Melayu itu kembali lagi dengan secangkir teh di tangannya. Dara mendengus kesal melihat suaminya sudah berbaring telentang sambil bermain ponsel. "Nih, minum," ucapnya sambil meletakkan cangkir di atas nakah.

Haris melempar pelan ponselnya dan mendekat ke arah Dara yang duduk di pinggir ranjang dan menatapnya datar. Pemilik agensi itu melingkarkan tangan ke pinggang ramping istrinya, "Kangen," ucapnya sambil mengecup bibir sang istri.

"Aku nggak."

"Bohong!"

"Beneran!" balas Dara yang tangannya sudah melingkari leher Haris. Ibu satu anak itu tertawa pelan melihat raut wajah suaminya yang muram.

Tangan Haris yang awalnya masih bertengger di pinggang sang istri mulai naik mengelus punggung Dara yang memakai baju tidur selutut bermotif batik.

Padahal ini masih siang, pikir Haris.

Dara menjauhkan diri dari suaminya sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi. "Mending Abang jemput Handa biar pegelnya ilang," ucapnya sekaligus memerintah, "Mumpung Abang libur."

"Apa korelasinya?" Haris mengernyit. Dara bangkit dari duduknya dan mengangkat bahu, "Nggak ada sih," jawabnya santai.

Istrinya ini terkadang memang aneh.

Haris memakai kaus yang tadi ia lepas dan mulai meminum teh yang dibuat Dara. Bola matanya sedikit melebar melihat sang istri yang keluar dari ruang pakaian dengan celana jeans putih dan baju lengan pendek berwarna coklat.

"Kamu ikut?"

"Ya," jawab Dara sambil menyisir rambut hitam panjangnya. "Kenapa?"

Haris menggeleng, "Aku siap-siap dulu."

Selang beberapa menit, mereka sudah ada di luar rumah. Dara masuk ke mobil setelah memastikan pintu rumahnya terkunci, "Udah?" Haris yang duduk di kursi kemudi melempar tanya dan dibalas istrinya dengan anggukan.

Mobil milik keluarga Fairuz itu berhenti di pelantaran luas Jati Nusa. Sekolah elit itu tampaknya sudah memasuki jam pulang saat mereka sampai. Haris menyapu pandangan ke anak-anak yang sedang berjalan menuju jemputan masing-masing.

Tatapannya terpaku pada bocah jangkung yang sedang berjalan bersisian bersama seorang perempuan dengan seragam yang sama.

"Ambu, itu Handa sama siapa?" tanyanya kepada sang istri.

Ibu Handaru itu mengikuti arah pandang Haris, "Oh, Winda! Anaknya mbak Elina, kenal nggak?"

"Nggak."

Griya Bahana ||twice ft. boys||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang