6.【Sewaktu Sore】

506 60 2
                                    

Selamat membaca❤

'Sewaktu Sore'

Focus; Widiyanto, Dhananjaya

Gavin menunduk takut. Menghindari mata sang ibu yang sedang menatapnya dengan berkaca-kaca. Ah, tepatnya bukan menatap Gavin. Tapi menatap pecahan guci yang sudah tersebar di lantai ruang tamu.

Salahkan Kairav yang mengajaknya bermain futsal secara mendadak. Membuat Gavin berlari dengan penuh semangat hingga tidak sengaja menyenggol guci kesayangan ibunya dengan lengan tangan.

“Gavin,” panggil ibunya dengan suara rendah.

Anak bungsu Sagara itu menatap ibunya, “Iya, Ma?”

Tiara memejamkan matanya lalu mengembuskan napas kasar, “Beresin!” perintahnya sambil berlalu dari hadapan Gavin.

“Kok pecah?”

Gavin menoleh ke belakang dengan wajah terkejut. Sejak kapan ayahnya pulang?

“Ngangetin!” sungutnya sambil menyalami tangan Sagara.

Saga tertawa kecil, “Kok gucinya pecah?” tanyanya lagi karena sebelumnya tak mendapat jawaban apapun.

“Aku yang pecahin,” jawabnya dengan jujur,  “Kayaknya Mama Marah, gimana dong, Pa?!”

Suami Tiara Atmadja itu menepuk bahu anaknya menenangkan. “Nggak apa-apa, nanti Papa yang bujuk. Beresin dulu pecahannya,” ucap Ayah dua anak itu dengan tenang.

Sagara melangkah ke dalam rumahnya dan berhenti di dapur saat melihat sang istri sedang memasang apron di tubuh. Niat hatinya ingin memeluk Tiara, tapi suara ibu dua anak itu lebih dulu menghentikannya.

“Mandi sana. Bajunya udah aku siapin,” perintah istrinya tanpa melihat ke arah Sagara.

Memahami suasana hati Tiara yang kurang baik, Saga tak ingin mencari masalah. Lelaki itu segera membersihkan diri dan menyusul istrinya lagi dengan celana selutut dan kaos putih serta rambut sedikit basah.

“Udah Gavin beresin?” tanya Saga sambil memeluk tubuh ramping istrinya dari belakang. Tiara mengangguk dan membalikkan tubuh untuk menatap suaminya yang masih tampan di usia kepala empat.

Saga menangkup wajah istrinya lalu mendaratkan kecupan di kening dan kedua pipi Tiara, “Jangan marah, Sayang,” bujuk Saga sebelum mencium sekilas bibir manis kekasih hatinya itu.

Tangan laki-laki itu mengusap lembut punggung Tiara, “Aku gak marah, Kak. Cuma kesel!” sungut perempuan cantik yang ia persunting 17 tahun lalu.

“Sama aja,” balas saga sambil memeluk erat Tiara.

“Beda!”

“Sama.”

Tiara berdecak dan mendorong pelan tubuh suaminya. Ibu Yiska Elena itu melangkah ke arah kompor dan mengaduk pelan masakannya. Membiarkan Saga duduk di kursi makan sambil bermain ponsel.

“Yiska mana?” Saga bertanya dengan mata tertuju pada layar persegi panjang.

Tiara berjalan ke arah kulkas dan mengeluarkan sepiring puding berwarna kuning, “Dikamar, mau aku panggilin?”

Griya Bahana ||twice ft. boys||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang