2.【Pada Jumpa Pertama】(ᴘᴛ.2)

656 72 2
                                    




Selamat membaca ❤



'Pada Jumpa Pertama'





Tigabelas tahun yang lalu, Maura Handoko kerap kali kesulitan di setiap paginya. Jarak rumah dan tempat kerja suaminya itu dapat dikatakan agak jauh. Sehingga mengharuskan ia untuk bangun lebih awal.

Rentang umur ketiga anaknya hanya selisih satu tahun. Saat itu, Calista, anak sulungnya berumur 4 tahun.

Siang hari, saat suaminya bekerja, putri sulungnya pasti menangis dan memancing tangis dari adik-adiknya. Alasannya sederhana, Calista ingin memiliki teman saat di rumah.

Putri sulung Wirawan itu menolak untuk bermain dengan empat pengasuhnya. Kalaupun ia mau, Maura harus ikut bermain dengannya. Tapi keadaan tidak mendukung saat itu, anak tengah dan bungsunya sedang membutuhkan perhatian lebih.

Dan lebih tidak beruntung lagi, di lingkungan tempat tinggal Wirawan tidak ada anak seumuran Calista.

Sampai di suatu sore, Hanif mengatakan agar mereka pindah ke daerah lain. Kata Hanif, komplek itu lebih dekat dengan tempat ia mengajar dan ada beberapa anak sepantaran dengan Calista. Dan yang pasti, bisa sedikit mengurangi pekerjaan Maura.

Dan di sinilah ia sekarang, mendiami hunian di samping kediaman keluarga Widjaya.

"Bu ... ayo turun! Carisa udah siap."

Maura tersenyum samar mendengar suara anak sulungnya.

Berterima-kasih kepada Calista. Karena berkat rengekannya, Maura mendapat hunian dan teman-teman yang menyenangkan.

|
|
|
|
|


Shania Kirana lahir dalam keluarga yang berada. Berkeliling ke luar negeri setiap libur sekolah bukan hal baru lagi baginya. Dulu, Shania berpikir bahwa orang yang mampu memanjakannya dengan finansial yang mumpuni hanyalah kedua orang tuanya.

Namun semua dipatahkan saat ia menikahi Wisnu Dharma. Bagi Shania, Menikahi Wisnu saja sudah menjadi hadiah yang paling indah. Tapi Tuhan benar-benar berbaik hati padanya.

Pada Malam setelah pesta kecil untuk ulang tahunnya, ibu kandung Wisnu memeluk Shania erat sambil merapalkan banyak kalimat sayang kepada dirinya. Bagian yang mengejutkan saat wanita paruh baya itu mengangkat sebuah kunci dengan kedua jari sambil tersenyum jahil.

Katanya, ini hadiah ulang tahun untuk menantu perempuannya yang baik.

Shania kira kunci tersebut adalah kunci mobil. Sampai napasnya sedikit tercekat saat Wisnu menunjuk bangunan bertingkat dua yang telah dirancang sedemikian rupa---

Cup!

Kecupan di bahu kirinya yang terekspos membuat Shania menoleh ke belakang.

Suaminya sudah pulang ternyata!

"Aku panggil tapi kamu gak jawab. Aku kira kamu pergi," ujar Wisnu sambil memeluk erat istrinya.

Shania terkekah geli, "Emang aku mau kemana? Ada-ada aja kamu!" tutur shania.

---Tanpa sadar, ibu mertuanya bukan hanya memberikan ia sebuah bangunan. Tapi juga memberikannya sebuah keluarga baru, Griya Bahana.

|
|
|
|
|



Martin Adinata sangat mencintai dirinya. Milena rasa, semua orang yang mengenal mereka pasti mengangguk setuju. Namun, tak sedikit pula orang yang berpikiran bahwa cinta saja tak akan pernah cukup. Ternyata Tuan Hermawan, ayah Milena, memilki pola pikir demikian.

Tak sedikitpun ada rasa tersinggung atau kemarahan di dalam diri Martin saat ayahnya menyinggung secara halus kondisi finansial mereka saat satu tahun usia pernikahannya dengan lelaki itu

Martin tak menyela sedikitpun ucapan ayahnya, ia hanya meminta waktu selama satu tahun kedepan untuk memperbaiki kondisi finansialnya yang tidak semapan sekarang.

Milena bahkan mendengar bagaimana Martin menegaskan dengan tenang bahwa ia tetap manusia realistis yang tak akan kenyang hanya dengan makan cinta.

Hingga pembuktian itu tercapai, dalam bentuk sebuah rumah mewah di Griya Bahana sebagai permulaan. Membuat ayahnya menepuk bahu martin sambil tersenyum bangga.

"Buna!"

Panggilan yang hampir menyerupai jeritan milik anak semata wayangnya membuat Milena terkekeh geli, "Kenapa, Kal?" tanya perempuan itu sambil melangkah ke dapur.

Haikal tersenyum sambil memegang teflon, "Buna mau makan apa? Aku sama Yanda masakin!" tanyanya semangat.

Martin yang sudah memakai apron mengangguk dan berjalan ke arah Milena, "Sayangnya aku mau makan apa?" tanyanya sambil mengecup pipi kanan Milena dan dihadiahi wajah jijik dari Haikal.

Ibu satu anak itu tertawa.

Diam-diam mensyukuri kebahagiaan bertubi yang ia dapat setelah tinggal di hunian ini.



—————————————————————————







Jangan lupa vote dan comment ya!


Griya Bahana ||twice ft. boys||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang