31.【Ibu dan Anak Laki-Lakinya】

483 56 9
                                    


Selamat membaca!


'Ibu dan Anak Laki-Lakinya'

Bungsu Wirawan itu tersenyum puas melihat tunas yang tumbuh dari bawang bombay itu, sebentar lagi pasti menjadi daun bawang. Jika bawang ini berhasil, ia akan menambah satu bawang lagi.

“Udah mulai tumbuh ya, Dek?”

Maura bertanya seraya mengiris wortel untuk menu sarapan mereka. Ibu beranak tiga itu tersenyum kecil melihat senyum riang anaknya, “Belum bisa ibu pakai buat masak,” ujar Maura berlagak sedih.

“Sebentar lagi bisa kok, Bu! Nanti Kai tambahin dua bawang lagi biar Ibu nggak perlu beli daun bawang,” balas anak itu dengan sungguh-sungguh.

Semuanya berawal saat ia ingin telur dadar buatan ibunya. Saat itu rasanya agak berbeda karena tidak ada daun bawang. Kebetulan Ibunya sedang kurang sehat, tidak memungkinkan untuk keluar pada malam hari.

Karena itu ia bertekad untuk membudidayakan daun bawang di rumah. Agar Ibunya tetap bisa memasakkan telur dadar yang femiliar di lidahnya, kapanpun itu.

“Ibu masaknya masih lama, mending Adek main game aja di kamar,” saran Maura mengingat waktu masih cukup pagi.

Kairav menggeleng, “Di sini aja, mau nemenin Ibu,” balas anak itu sambil menyentuh pelan bawang kesayangannya.

Maura terdiam dengan percikan haru. Dua anaknya yang lain mana mau seperti ini. Calista pasti hanya melihat dirinya sekilas lalu kembali masuk ke dalam kamar. Dan Carisa pasti lebih memilih menonton televisi di ruang tengah daripada melihat ibunya berkutat di dapur.

Harus Maura akui, anak bungsunya ini memang lebih pintar menyenangkan hati dibandingkan dua anaknya yang lain.

“Nanti Adek sekolahnya jangan jauh-jauh ya?  Nanti Ibu nggak punya temen…” pesan wanita itu dengan senyum simpul.

Kairav menatap ibunya sekilas lalu mengangguk tanpa pikir panjang. “Nanti Kakak mau beli alat sekolah sama temennya, Adek mau ikut atau sama Ibu aja?” tanya Maura sambil menghidupkan kompor.

“Sama Ibu ajalah, Kakak banyak maunya,” keluh anak itu.

Maura mengangguk setuju, “Dia milih pena udah kayak milih jodoh, lama banget mikirnya!” ujarnya teringat tingkah anaknya beberapa waktu lalu.

Anak itu tertawa lalu perlahan ia teringat dengan sesuatu, “Ibu…” panggilnya tampak ragu.

“Iya?”

“Adek ikut kelas piano lagi boleh nggak?” tanyanya.

Maura berhenti sebentar dari kegiatan mengaduk masakannya, “Boleh-boleh aja… tapi kenapa? Kemaren 'kan kamu yang mau keluar?” tanya wanita itu tidak mengerti.

“Bukan yang di sekolah,” Kairav menggeleng, “Aku mau di tempat anaknya Tante Nia.”

Ibu tiga anak itu tertegun sejenak sebelum mulutnya menahan senyum geli. Ada niat terselubung ternyata. “Anaknya Mbak Nia ya…” gumam wanita itu menggoda.

“Ibuu!”

Sontak suara tawa itu terdengar, “Siapa sih nama anak Mbak Nia? Ibu lupa,” tanyanya menggoda.

Griya Bahana ||twice ft. boys||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang