17. 【Drama, Adik, dan Sayang】

532 53 9
                                    

Selamat membaca❤

'Drama, Adik, dan Sayang'

“Lama lo!”

Haikal tak menanggapi hardikan Hamish dan tetap mendudukkan dirinya ke atas sofa di kamar Jibran. Sang pemilik rumah masih fokus pada ponselnya, sedangkan Naufal tengah membaca-baca judul buku yang tersusun rapi di rak kayu itu.

“Gua pinjam ya?” Naufal meminta izin seraya menunjukkan buku bersampul merah itu kepada Jibran.

Yang ditanya menoleh sebentar lalu menganguk tak ambil pusing. Senyum di wajah Naufal mengembang.

Hamish naik ke ranjang Jibran dan membaringkan diri di samping laki-laki itu, “Sepi banget, Bunda lo kemana?” tanyanya.

“Pilates sama Buna gue.”

Bukan Jibran yang menjawab melainkan Haikal, “Sok kaya banget kegiatan ibu-ibu ini,” lanjutnya.

“Ya emang kaya!” sahut Hamish.

Naufal berbaring di karpet coklat tak jauh dari ranjang Jibran, “Kemaren Mamah gue yoga sama tante Maura,” ucapnya seraya memejamkan mata.

Hamish memandang Naufal dengan seksama, “Bagus itu buat mempererat hubungan antar keluarga,” ujarnya setengah menggoda.

“Mami gue semenjak nggak ada kegiatan jadi makin meresahkan,” lanjutnya sambil menggerutu.

“Lo lebih meresahkan.”

Sahutan santai dari Naufal membuat Jibran tertawa.

Berkumpul seperti ini seakan menjadi kegiatan rutin, biasanya ada Yessi, Raisha, Calista, dan Yiska. Tapi perempuan-perempuan itu sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

“Yessi mana, Ham?” Haikal penasaran dengan keberadaan rekan bertengkarnya –selain Raisha– itu berada.

Hamish mendudukkan diri, “Jalan sama tunangannya,” ujar laki-laki itu tenang, “Semoga tu cowok bisa pulang dengan selamat. Lo pada tau sendiri, Yessi kalo lagi resek kayak apa.”

Anak semata wayang Milena dan Martin itu bergidik, kasihan sekali laki-laki yang dijodohkan dengan Yessica.

“Yessi gak bakal tinggal di rumah nenek lo 'kan?” Jibran bertanya. Hamish menggeleng kuat, “Gak bakal! Mami nggak bakal ikhlas!” ujarnya dengan tidak santai.

Haikal melempar bantal sofa milik Jibran hingga mengenai kepala Hamish, “Santai njir!” sungutnya.

“Lo juga sama aja!”

“Berisik kalian!”

Di antara kerusuhan itu, ada Naufal yang menikmatinya. Bocah itu terkenal sebagai pengamat yang baik. Terkadang, orang menilai Naufal sebagai manusia yang kekurangan ambisi. Padahal dalam diamnya, bocah itu sedang menyusun strategi.

Haikal menatap Naufal sengit, “Enak ye nonton keributan?” pertanyaan Haikal dibalas anak sulung Shania dan Wisnu itu dengan anggukan.

“Maklumin kal, di rumahnya jarang ribut,” timpal Hamish seakan tidak ada kejadian.

Tunggal Adinata itu manggut-manggut, “Mau gue saranin gak biar dunia lo lebih ramai dan berwarna?” tawar Haikal.

“Nggak.”

Respon cepat laki-laki yang sedang berbaring itu membuat Jibran tertawa. Haikal berdecih, “Gue serius nih, Fal. Jarang-jarang 'kan lo liat gue serius?” ujarnya seraya memasang wajah datar.

“Apaan?” Naufal menanggapi dengan malas.

“Jadi menantunya tante Maura. Dijamin selama 24 jam hidup lo bakal lebih berwarna.”

Griya Bahana ||twice ft. boys||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang