32.【Ibu dan Keluh Kesahnya】

358 36 11
                                    

Selamat Membaca!





'Ibu dan Keluh Kesahnya'


Ruangan luas dengan nuansa coklat kayu yang dipenuhi harum aromaterapi, menjadi tempat pelepas penat dari sembilan wanita yang sekarang tengah menikmati perawatan pada bagian tubuh mereka.

Sesekali terdengar gema tawa dan obrolan-obrolan ringan yang terlontar, membuat suasana tidak sepi.

“Ada telepon dari 'Sayang', Tir!”

Tiara reflek meraih ponselnya dan menempelkan ke telinga saat mendengar ucapan Janitra, mengabaikan seruan menggoda dan tatapan jahil dari tetangga- tetangganya itu.

“Iya, Pa?” suara lembut itu mendayu menyapa suaminya diseberang sana.

Wanita paling muda diantara para ibu itu mengulum senyum geli melihat tatapan ingin tahu dari tetangganya, bahkan Jiaya menggerakkan sedikit tubuhnya yang sedang dipijat demi mendengar interaksi antara Tiara dan Sagara.

“Aku nanti pulangnya sama Mbak Jani… He'em… Kamu temenin Gavin aja,” ujarnya sambil menatap kuku kakinya yang sedang diberi perawatan. “Iya… Hati-hati ya, Pa…”

“Dibalas dong Tir, i love you too gitu!” Janitra sontak bersuara saat panggilan itu sudah terputus, menahan geli mendengar percakapan di sebelahnya karena ia bisa mendengar sayup-sayup suara Sagara.

Tiara menggeleng, “Gak ah, nanti banyak yang iri,” balasnya dengan nada meledek.

“Jani nih ngeledekin orang aja, padahal kalau lagi nggak ada orang dia manggil suaminya juga pake ayang-ayang!” Suara Naira terdengar setelah ia menghirup teh hijau, tengah menikmati perawatan pada kuku jemari tangannya.

Janitra bergidik, “Gak Wildan banget manggil kayak gitu!” bantahnya. “Mbak kali yang begitu!”

“Kalau lagi berduaan bukannya wajar manggilnya kayak gitu?”

“Hah? Emang iya?” Janitra terperangah mendengar ucapan Naira, “Ini rumah tangga gua gak harmonis atau gimana dah? Lu kalau lagi berduaan manggilnya sayang, Ra?”

Maura menggeleng masih dengan mata yang tertutup, menikmati pijatan di punggungnya, “Kaku lidah gua,” ujarnya datar membuat ruangan itu berderai tawa.

“Maklumin aja lah, mungkin karena nikahan kita yang paling lama,” akhirnya Janitra menarik kesimpulan sendiri, karena usia pernikahanya dengan Maura yang paling lama diantara yang lain.

Naira mengibaskan tangan tanda tidak setuju, “Nikahan Milena juga udah lama gak sih? Tapi masih anget tuh, kemana-mana nempel terus!” ujar ibu si kembar dengan nada meledek.

“Jangan disenggol dulu, Mbak. Lagi sebel dia.”

“Lah? Kenapa?”

“Anak sama lakinya main latto latto.”

Shania sontak tertawa kencang mendengar ucapan Jiaya, pantas Milena berdecak sebal saat melihat mainan tersebut terpajang di salah satu trotoar.

“Nanti malam aku putusin talinya pas mereka tidur, lihat aja,” ucap Milena sarat akan kekesalan walau tubuhnya merasa rileks dengan pijatan. “Udah dibilang berisik, bukannya berhenti malah makin kencang suaranya!”

“Haikal nih emang anaknya Martin. Kasihan Milena gak punya bala bantuan,” ujar Janitra, “Buat satu lagi gih, Mil.”

Shania terkekeh sembari memainkan kuku jemari tangannya, “Kalau iya dapatnya duplikat Milena, kalau nggak?” tanyanya retoris.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Griya Bahana ||twice ft. boys||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang