24. Sudut Pandang

2 1 2
                                    

Alam semesta yang tidak memberinya jeda atas semua kejadian yang terjadi dalam waktu yang sangat dekat. Dengan perasaan khawatir, Sera berlari tanpa memikirkan apapun, pikirannya semakin kacau saat menerima telepon bahwa terjadi sesuatu dengan Taeyong.

Saat sampai dirumah sakit, Sera segera melihat arah panah yang menunjukkan kesebuah ruangan yang sudah diberitahukan sebelumnya.

"Saya keluarganya Taeyong," ujar Sera seraya menarik nafasnya karena ia kehabisan nafas saat berlari kesini. Seorang laki-laki yang berada diluar ruangan langsung masuk untuk memanggil seseorang, tak lama ia keluar bersama dengan seseorang yang tak Sera kenali.

"Saya manager Taeyong, Hyun jin." Laki-laki yang ada dihadapannya menyodorkan tangannya untuk mengajak berjabat tangan dengan Sera.

Sera menerima jabatan tangannya dengan sopan. "Saya saudaranya Taeyong, Ahn Se-Ra," ujar Sera seraya tersenyum.

"Sebelumnya maaf jika menyinggung, saya menelepon kakaknya Taeyong, saya tidak mengenal anda sebelumnya, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, boleh beri tahu semacam bukti jika anda adalah saudaranya?" Ujar Hyun-jin yang diangguki oleh Sera.

Sera mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan riwayat panggilan dan pesan yang dititipkan oleh kakaknya Taeyong, Lee Sae-Yeon. Hyun-jin mengangguk saat melihat deretan nomor yang sama dengan nomor Lee Sae-Yeon yang ada diponselnya.

"Silahkan masuk, saya akan jelaskan didalam," ajak Hyun-jin seraya membuka ruangan yang didalamnya sudah ada Taeyong yang terbaring diatas brankar.

Hyun-jin menjelaskan apa yang terjadi saat itu, dimana Taeyong mengalami cedera didekat punggung, dan membuat Taeyong tidak bisa beraktivitas seperti biasa, maka dari itu agensi akan mengistirahatkan Taeyong untuk sementara waktu, bisa dibilang vakum dengan waktu yang tidak dapat ditentukan, sesuai dengan kesehatan Taeyong. "Kalau begitu, saya permisi, masih ada yang harus saya urus." Sera mengangguk seraya berdiri dan membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat.

Sera terduduk diatas sofa, ia tidak menghampiri Taeyong yang tak sadarkan diri. Tangisannya tiba-tiba pecah begitu saja, ia memeluk dirinya sendiri dengan air mata yang terus mengalir dan suara tangisnya mengisi keheningan. "Kenapa semuanya terjadi dalam waktu dekat? Tak bisa kah memberikan rasa tenang sebentar saja, tak bisa kah dunia ini berpihak padaku?" Sera terus merancau dengan perasaan yang tidak jelas. Entah mengapa ia merasa putus asa dengan hidupnya.

"Ahn Se-Ra......." Sera mendongakkan wajahnya terkejut seraya melihat kearah Taeyong. Sera langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Taeyong dan menghapus cepat air matanya, ia tidak tahu sejak kapan Taeyong sadar.

Sera menghampiri Taeyong dengan senyum yang mengembang meski mata merahnya tidak dapat ditutupi. "Dibilangin hati-hati, bandel sih jadi kan—

"Sini," potong Taeyong seraya menyuruh Sera untuk mendekat kearahnya. Sera hanya menurut, ia mendekatkan dirinya pada Taeyong.

Taeyong menarik Sera kedalam pelukannya. "Maaf." Hanya satu kata yang diucapkan oleh Taeyong, namun mempu menarik kembali tangis Sera yang terhenti sebelumnya.

Sebenarnya Taeyong tidak pingsan, hanya saja tadi ia pura-pura tidur saat Sera datang, dan pada akhirnya mendengar semua keluh kesah Sera. "Dunia ini menyayangimu, hanya saja ia perlu bukti, maka dari itu ia memberikan banyak kesedihan dan kekecewaan. Akankah kamu bertahan untuk menyanyanginya, atau pergi untuk meninggalkannya," ujar Taeyong mencoba kuat dengan semua yang menimpa dirinya dan juga orang-orang terdekatnya.

Sera tidak bersuara, ia melepaskan pelukannya. "Terimakasih," ujar Sera yang merasa sedikit tenang sengan ucapan Taeyong yang tidak panjang namun membuat Sera terdiam.

District TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang