Hari luang dimanfaatkan untuk membersihkan rumahnya yang sudah berbulan-bulan tidak di bersihkan. Apa kata Taeyong jika mengetahui bahwa rumahnya banyak kuman-kuman yang tidak terlihat.
Ahn Se-ra kembali kekamarnya saat sudah selesai membersihkan dirinya, alias mandi. Tak lama ia keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah tas kecil menuju meja yang ia sebut meja kerja nya yang berada dipojok ruang utama. Rumahnya memang tidak tergolong besar, saat pintu masuk, akan terlihat 2 pintu yang ada disebelah kiri, pintu satu adalah dapur beserta kamar mandi dan pintu kedua adalah kamarnya, lurus dari pintu masuk adalah ruang utama, entah itu ia jadikan ruang tamu, ruang televisi, ruang kerja, semuanya menyatu.
Sera duduk dikursi seraya mengeluarkan semua isi yang ada didalam tas.
"Simpanan gue udah menipis lagi," ujar Sera seraya mengecek saldo dibank melalu ponselnya dan hanya berisikan digit yang kecil.
"Kalau gue gak menang lomba ini, ahh mau kemana gue pergi," keluh Sera, ia bingung harus bagaimana karena penjualan bukunya sudah tidak menghasilkan royalti akibat tidak laku.
Tiba-tiba seseorang mengambil ponsel Sera dan melihat saldo yang ada didalamnya.
"Ish, Taeyong! Sini ah!" Dengan segera Sera merebut kembali ponselnya.
"Mau ngapain lo kesini?" Tanya Sera saat sudah mendapatkan ponselnya kembali.
Taeyong memegang kedua pipinya Sera dan memeriksa keadaannya. "Lo beneran gak diajak berantem sama Ye-Jun?" Tanya Taeyong.
"Lo denger rekaman yang gue kirim ke email SM? Apa katanya? Mau ditindak lanjuti?" Tanya Sera seraya duduk dan membuka laptopnya.
"Pipi lo ditampar?" Tanya Taeyong tidak memperdulikan pertanyaan Sera.
"Udah gak kenapa-kenapa, tuh." Sera menepuk-nepuk sendiri pipi nya bahwa ia sudah baik-baik saja.
"Lain kali jangan gegabah," perintah Taeyong yang diangguki oleh Sera.
Taeyong menarik kursi lain untuk duduk disamping Sera. "Ahn Se-ra," panggil Taeyong.
"Hmm?"
"Sini, lihat gue," titah Taeyong namun tidak dipedulikan oleh Sera, ia fokus menulis.
Taeyong memutar kursi Sera dan alhasil Sera mau tidak mau menatap Taeyong. "Apa sih?" Tanya Sera.
Taeyong menarik nafasnya perlahan lalu menatap Sera lekat. Ia sangat berusaha untuk mengatakan ini, karena jika salah bicara, maka Sera akan marah padanya. "Lo gak mau coba mencari pekerjaan sesuai jurusan lo?" Tanya Taeyong.
Saat tahu pertanyaan Taeyong, Sera langsung sebal, ia segera melepas tangan Taeyong yang memegang kursinya namun Taeyong semakin mempererat. "Lepasin!" Ujar Sera seraya mengalihkan tatapannya dari Taeyong.
"Lihat mata gue, Ahn Se-ra," ujar Taeyong lembut seraya mengarahkan wajahnya kearah Sera agar ia melihat tatapannya.
Sera pun menatap Taeyong kembali, meski sesekali tatapan matanya entah kemana. "Coba untuk tidak keras kepala, ini hidup tidak selalu berjalan sesuai keinginan kita, dan kita tidak bisa memprediksi masa depan," ujar Taeyong lembut.
Sera menatap Taeyong tajam. "Itu tandanya lo masih belum bisa percaya dengan apa yang gue kerjakan! Kenapa sih, lo dari dulu kayaknya gak ngedukung keinginan gue!" Marah Sera tanpa disuruh, air matanya mengalir. Ia mengalihkan tatapannya dari Taeyong karena malu telah menangis dihadapannya. "Masalah tadi yang lo lihat di hp gue, gak usah lo peduliin, gue bisa ngatasinnya."
Taeyong menggelengkan kepalanya, tanda ia tidak setuju dengan apa yang dibicarakan oleh Sera. Taeyong mendekat dan menghapus air matanya Sera, "gue sama sekali gak ada niatan untuk gak dukung apa keinginan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
District T
Fanfiction[Lee Tae-Yong] ------ Ahn Se-Ra, perempuan yang sudah menjadi temannya Lee Tae-Yong sejak kecil namun saat SMA mereka berbeda sekolah, meski begitu mereka tetap bersama. Ahn Se-Ra selalu menemani Lee Tae-Yong bahkan sampai ia debut sebagai idol. Seb...