Hai!!..
Maaf update nya beberapa hari sekali.
.
.Haruto menatap sendu punggung istrinya, setelah insiden Yoonbin mengungkapkan kebenarannya istirnya itu terus saja menangis.
Haruto mendekat, memposisikan dirinya tepat di hadapan sang istri. Namun, Jeongwoo dengan cepat berbalik badan memunggungi dirinya.
" Sayang " panggil Haruto lirih, hatinya sakit saat mendengar suara isakan Jeongwoo yang semakin terdengar keras.
" Kenapa hiks.. kenapa Haru " Suara itu terdengar bersamaan dengan isakan.
Haruto tak mampu berkata-kata dirinya hanya mengelus punggung istrinya.
" Sudah sayang jangan menangis lagi, nanti wajahmu sembab" Ujar Haruto, dengan pelan membalik tubuh istrinya agar menghadap kearahnya. Mengusap pelan pipinya untuk menghapus air mata yang memenuhi wajah Istri manisnya.
" Haru...." Jeongwoo merengek, suaranya serak. Haruto hanya mengangguk, entah dia tidak tega rasanya jika Jeongwoo terus begini.
" Kenapa harus-
-sttt sudah sayang jangan bicara lagi. " Omongan Jeongwoo terpotong oleh Haruto
Haruto memeluk tubuh Jeongwoo yang berbaring. Mengecup Puncak kepala istrinya.
" Ini kemauan bang Jihoon kamu gak perlu merasa bersalah sayang " Ujar Haruto, menepuk pelan dada Jeongwoo saat dirasa nafas sang istri memberat. Banyak menangis membuat Jeongwoo sesak nafas.
" Ta-tapi kenapa bang Jihoon Haruto " Ujar Jeongwoo. Dia masih belum bisa menerima kenyataan jika Kakaknya yang harus mendonorkan Jantungnya untuk dirinya.
" Karena hiks bang Jihoon donorin jantungnya buat aku hiks ,bang Jihoon jadi pergi " Tangisan itu semakin keras, Jeongwoo bahkan kesulitan berbicara karena sesak di dadanya semakin menjadi.
" Sudah sayang" Haruto hanya mampir menenangkan istrinya, dia masih bingung harus apa agar istrinya berhenti menyalahkan dirinya sendiri.
Beberapa menit hening, suara isakan Jeongwoo perlahan mulai reda. Nafasnya yang memberat mulai terdengar teratur. Menunduk, dan melihat wajah Jeongwoo yang sudah terlelap damai.
Haruto mengecup pelan pipi Jeongwoo. Melepaskan pelukannya dan mulai membenarkan selimut agar Jeongwoo tidak kedinginan. Haruto bangkit dari jongkoknya. Berjalan pelan keluar kamar dan menutup pintu kamarnya .
Haruto berjalan ke arah Ruang makan, di sana ada Mama Park yang tengah menatapnya.
" Bagaimana Jeongwoo??" Tanya Mama Park saat Haruto baru tiba di depannya.
" Dia menangis tadi Ma, tapi sekarang dia sudah tertidur " Ujar Haruto, membuat Mama Park hanya mengangguk. Mempersilahkan Haruto untuk Duduk dan mereka mulai makan.
Mereka makan dengan tenang dan beberapa saat kemudian mereka terganggu saat mendengar suara gesekan antara Lantai.
" Haru " panggil Mashiho.
Haruto yang melihat kakaknya datang bersama dengan suami serta Keluarga Watanabe, langsung bangkit dan menghampiri mereka.
" Mama " Haruto berlari, memeluk Mama Watanabe. Menduselkan kepalanya di pundak sang Mama. Merasa rindu karena mereka memang jarang bertemu.
" Manja sekali, ouh iya dimana Jeongwoo??" Tanya Mama Watanabe membuat Haruto langsung melepaskan pelukannya. " Jeongwoo sedang tidur Ma, Kelelahan menangis " Jawab Haruto. Mama Park yang mendengar jawaban Haruto mengernyit bingung. " Kenapa Jeongwoo menangis ??" Tanya Mama Watanabe dengan penuh selidik, matanya menatap tajam Haruto yang gelagapan di depannya.
" Mari duduk dulu, kita selesaikan ini " Mama Park mengangkat bicara, merangkul Mama Watanabe agar duduk dan di ikuti oleh Mashiho, Junkyu, Papa Watanabe dan Haruto.
" Masalah Jantung itu-" Mama Park menggantung kan omongannya. Sedangkan semua orang di sana mengerti apa yang di maksud oleh Mama Park.
" Jadi Jeongwoo sudah tahu ?" Tanya Mama Watanabe yang di angguki oleh Mama Park dan Haruto.
Mereka semua menghela nafas, Jeongwoo sudah tahu dan pasti itu sungguh membuat Jeongwoo sedih karena Jihoon adalah Kakak Jeongwoo sendiri.
" Ekhem " suara deheman itu membuat semua orang menoleh.
Di sana - Ha Yoonbin - sedang menatap datar semua orang yang sedang berkumpul.
" Kenapa kalian disini ??, Berkumpul untuk membicarakan Istriku ??"tanya Datar Yoonbin, matanya menatap penuh kebencian.
Entah kenapa Yoonbin begitu membenci keluarga ini, padahal Yoonbin jika setuju saat itu Jika Jihoon mendonorkan jantungnya untuk Jeongwoo jika di ingat. Namun Yoonbin masih belum bisa menerima, hingga membuat dia melampiaskan dirinya pada keluarga yang jelas-jelas adalah keluarga Jihoon dan tentu lebih merasa kehilangan Jihoon.
" Kami tahu kamu bersedih Yoonbin-a " Ujar Mama Watanabe. Wanita itu berdiri dan berjalan ke arah Yoonbin. Meraih tubuh itu lalu memeluk nya. Yoonbin diam, tak berniat membalas pelukan itu. Setelah kepergian Jihoon, Yoonbin tak lagi bisa merasakan kebahagiaan.
" Ikhlas kan Jihoon ya ?, Ini sudah satu tahun " Mama Watanabe mengelus pundak Yoonbin. Yoonbin dengan kasar melepas pelukan Mama Watanabe. Membuat wanita itu terhuyung.
" Ikhlas anda bilang ??, Anda menyuruh saya mengikhlaskan seseorang yang menjadi tujuan saya hidup begitu??" Ujar Yoonbin, Nada itu terdengar meledek. Ya meledek seluruh anggota keluarga yang kini tengah menatapnya iba.
" Coba kalian bayangkan menjadi Saya, Bayangkan Anak Kalian Yang kalian Sayangi itu meninggal sama seperti Jihoon " Ujar Yoonbin.
" Tapi Yoonbin, Jihoon juga anak Mama " Jawab Mama Park, dirinya kini ikut berdiri menghampiri Yoonbin.
" Benarkah ??, Jihoon anak anda?. Ku kira selama ini anak anda hanya Jeongwoo "
Setelah berucap , Yoonbin berjalan ke arah tangga untuk menuju kamarnya. Membuahkan tatapan sendu dari semua orang yang berkumpul dan satu orang yang menatapnya dari arah lantai dua yang lain.
TBC
.
.
.
.
.Gimana ??
Makin bosan sama cerita yang makin gak jelas ??
.
.
.
.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/250331093-288-k139203.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGE LIFE || Hajeongwoo
Fiksi RemajaHaruto yang setia nunggu Jeongwoo bersama buah Hati mereka. Sedangkan Jeongwoo yang tak Ingin kembali, takut dunia tak kembali berpihak dalam hidupnya. Takut melawan kenyataan jika Dunia akan kembali mempermainkan nya. ----------------------- Tentan...