12

1.5K 230 35
                                    

Helo...

Kangen gak Weh ??

Udah lama nih hampir satu Minggu gak Up . Ya maap.

.

Haruto menatap sendu punggung Jeongwoo yang masih bergetar karena menangis. Sudah lama Jeongwoo menangis tersedu hingga membuatnya sulit untuk sekedar bernafas. Jeongwoo kembali menangis saat Haruto sudah kembali ke kamar. Sudah bisa Haruto simpulkan jika istrinya itu mendengar pembicaraan anggota keluarganya dengan Yoonbin .

" Sudah sayang jangan menangis " Haruto melangkah mendekati Jeongwoo, mengusap pelan Bahu Istrinya.

Tapi tak lama Jeongwoo menyingkirkan tangan Haruto kasar.

" Diam, Ka- kamu kenapa gak bilang sama aku haru hiks " Ujarnya di selingi Isak tangis yang semakin jadi.

Haruto Gagap, bingung ingin menjawab apa. Terdiam, hanya suara isakan Jeongwoo dan dentingan detik jam yang terdengar di ruangan itu.

" Maaf Woo " Ujar Haruto akhirnya. Menarik tubuh bergetar itu untuk masuk ke pelukannya.

Haruto merasa bagian dadanya basah, tentu saja basah karena air mata milik istrinya.

Memeluk tubuh yang terlihat ringkih itu cukup lama untuk menenangkan nya. Setelah dirasa agak tenang, Haruto menarik pelan Tubuh Jeongwoo. Tangannya berada di kedua sisi pipi Jeongwoo. Ibu jarinya bergerak untuk menghapus jejak air mata yang masih kentara.

" Udah sayang jangan nangis " Ujar Haruto, lalu mengecup kedua mata Milik Jeongwoo. Jeongwoo mengangguk, tapi masih terisak.

" Haru " Panggil Jeongwoo dengan suara serak .

" Ya sayang ??"

" Besok bawa aku ke makam Bang Jihoon " Ujar Jeongwoo.

Haruto terdiam tak lama kemudian dirinya mengangguk.

" Baiklah besok aku akan membawamu ke Makam bang Jihoon " Kata Haruto

" Dan sekarang waktunya untukmu tidur "

Haruto menarik tubuh Jeongwoo agar berbaring, merapikan Selimut Untuk menutupi tubuh Jeongwoo. Memeluk posesif pinggang ramping milik Istrinya.

" Selamat tidur " Ujar Haruto, mengecup sekilas kening Jeongwoo. Jeongwoo menyamankan Dirinya lalu segera pergi ke alam Mimpi.

Haruto melihat Jeongwoo, ketika di rasa Jeongwoo sudah tidur Haruto bangkit dan keluar kamar mereka pelan. Karena tak ingin membuat keributan yang bisa saja membuat istirahat Jeongwoo terganggu.

Haruto berjalan ke arah kamar satunya. Kamar yang tidak jauh dari kamar yang di tempatinya bersama Jeongwoo.

" Tuan " Ujar wanita dengan Rambut yang di ikat kepang dua .

Haruto hanya tersenyum, berjalan melewati Suster yang menjaga anaknya menuju Kasur bayi milik sang putra.

" Tadi aku mendengarnya menangis " Ujar Haruto, Dari ujung matanya Haruto bisa melihat jika sang suster nampak Kikuk.

" Iya tuan, Tadi Tuan Muda sempat menangis karena terkejut saat tidur " Jelas Sang Suster. Haruto mengangguk , merendahkan tubuhnya lalu mengecup kening Anaknya yang sedang tertidur pulas.

" Jaga Ruwoo ya, saya mau keluar " tanpa menunggu Jawaban dari perawat Haruto sudah lebih dulu keluar dari kamar anaknya .

***

Haruto menatap pemandangan Langit dari lantai Atas rumahnya. Setalah dari kamar sang anak Haruto berjalan ke lantai atas untuk mencari udara segar.

Menghela nafas lelah, kenapa masalah selalu datang pada keluarganya.

Siapakah yang sepatutnya di salahkan atas semua masalah ini??.

Apakah Dirinya ??

" Apa ini salahku??" ujar Haruto sambil menunjuk dirinya sendiri. Meneguk susah payah ludahnya. Haruto rasa pertanyaan ini sudah ada jawabannya.

" Jadi ini salahku??" Tanya Haruto pada angin.

Haruto merasa ini memang salahnya, andai saja dirinya tidak pernah kasar pada Jeongwoo dulu. Menghargai keputusan Orang tuanya yang telah menjodohkannya dengan Jeongwoo.

Tapi Haruto malah bersikap kasar pada Jeongwoo. Membuat air mata selalu mengotori pipi milik Jeongwoo.

Andai waktu bisa di ulang, mungkin Haruto ingin memperbaiki nya. Ingin mencoba menerima Jeongwoo seperti sekarang.

Haruto terkekeh miris saat matanya menatap setetes air jatuh ke lantai. Ah ini pasti Air matanya.

Haruto dengan cepat menghapus air matanya, menatap ke depan. Sedikit memajukan tubuhnya pada pembatas.

" AAAAAAAAAAA "

dan selanjutnya terdengar suara teriakan Haruto yang terdengar serak.  Air mata juga ikut turun saat dirinya berteriak.

" Ini salah Lo Haruto " ujar Haruto sambil memukul dadanya kasar.

" Ini salah Lo, semua masalah yang menimpa keluarga ini awal mulanya karena Lo Haruto. BANGSAAT "

Haruto berbalik, menghempas barang-barang yang ada di dekatnya menimbulkan suara berisik karena pecahan. Tak cukup di situ, Haruto yang sudah kalang kabut bahkan langsung memukul dinding dengan keras hingga Dinding berwarna putih itu timbul beberapa percikan berwarna merah. Darah Haruto yang berasal dari tangannya.

Setelah merasa lelah, tubuh Haruto ambruk ke lantai. Membenturkan kepalanya ke dinding di belakangnya.

" Ini salah Lo " Lirih Haruto.

Lalu setelahnya Kegelapan menyapanya. Entah Haruto pingsan atau sekedar tidur karena dirinya merasa lelah.

Jangan menyalahkan seseorang atas segala sesuatu, Jika memang sudah takdir. Mau bagaimanapun semuanya akan terjadi, cepat atau lambat. Karena garis takdir sudah di takdirkan . — Watanabe Jeongwoo, Park.

TBC
.
.
.
.
.

Mau ending kapan nih??

Tim sad ending

Tim Happy ending

.
.
.
.
.

MARRIAGE LIFE || HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang