04

2.7K 371 3
                                    

Flashback on

" Hikss Bang Jihoon "

Jeongwoo menangis..menangis erat di pelukan sang kakak. Mereka ada di rumah sakit ngomong-ngomong. Yoonbin yang menemukan Jeongwoo pingsan di depan gedung pernikahan. Dan karena Yoonbin tidak begitu peduli dengan sekitar hanya khawatir pada Jeongwoo yang pingsan akhirnya langsung membawa Pemuda itu ke Rumah sakit.

" Hustt sudah jangan menangis."

Jihoon elus pelan punggung lebar adiknya. Ya Jeongwoo adalah adik kandung dari Park Jihoon ah atau Ha Jihoon.

" Kenapa rasanya sakit sekali"

Jeongwoo meremat kaos bagian depannya. Memukul nya keras untuk menghilangkan sesak yang menghampirinya.

Jihoon menatap ke arah Yoonbin yang masih menatap dirinya dan Jeongwoo yang berpelukan. Jihoon mengisyaratkan matanya kepada Yoonbin. Berharap Yoonbin membantu dirinya Untuk menenangkan adiknya yang sedang menangis karena Si Brengsek Haruto.

Yoonbin menggeleng, membuahkan dengusan dari Jihoon.

" Biar aku yang bicara sama dia, kamu diem jangan nangis terus oke "

Yoonbin angkat bicara.

Lama kelamaan Jeongwoo diam dan tertidur. Jihoon dan Yoonbin menghela nafas lega.

Yoonbin bantu istrinya merebahkan Jeongwoo . Mereka masih belum pulang . Dokter bilang ada hal yang perlu di bahas .

Cklek

Mereka menoleh saat suara pintu terbuka. Ada dokter yang memasang wajah masam. Dokter itu tampak menghela nafas sebelum mendekati Jihoon, Yoonbin dan Jeongwoo yang sudah tertidur itu.

" Ada yang harus saya sampai kan. Saat saya memeriksanya, saya merasa janggal. Jadi saya putuskan untuk memeriksanya dan dugaan saya benar. Saudara Jeongwoo terkena penyakit Jantung lemah. Dan itu sudah ada sejak lama. Saya juga tidak tahu kenapa gejalanya baru muncul sekarang . "

( Sumpah aku ngarang, karena aku gak tau tentang medis sama sekali. Yang jurusan kedokteran jangan hujat ya. Karena aku ini anak akuntansi mana ngerti beginian:v )

Ucapan sang dokter cukup buat terkejut Yoonbin dan Jihoon. Jihoon bahkan sudah meneteskan air matanya.

" Nggak, dokter bohong kan??"

Dokter menggeleng lalu membungkukkan badan dan pergi dari sana.

" Ben??"
Jihoon menatap ragu ke arah suaminya.

" Ben hikss, nggak mungkin kan Jeongwoo , ughh "

Yoonbin langsung dekap Jihoon ke pelukannya. Membawa badan kurus istrinya itu lebih dalam ke dekapannya.

Mencoba menenangkan sang istri agar tidak semakin menangis. Namun, bukannya Berhenti Jihoon semakin mengeraskan Tangisnya.

" Hustt sudah sayang, jangan nangis "

" Hikss gimana aku, bilang pada Jeongwoo?? Bagaimana aku harus mengatakannya "

Jihoon mendongak menatap sang Suami yang menatap lembut dirinya. Yoonbin menghapus pelan air mata yang mengaliri pipi sang istri.

" Udah, nanti biar aku bantu "

Yoonbin kembali merengkuh erat Jihoon ke dalam pelukannya. Mencoba menguatkan sang istri yang masih sesenggukan di balik dada bidangnya.

Flashback off

Yoonbin menatap kosong makam di depannya. Tangan sebelah kanan memegang bunga Lili kesukaan sang istri dan tangan Kiri nya menggantung bebas.

" Hai sayang "

Yoonbin berbicara dengan suara lirih itu, sangking lirihnya hanya dia yang dapat mendengarnya.

" Aku rindu sama kamu, kamu gak rindu sama aku??"

Tak sadar air mata Yoonbin menetes. Yoonbin rindu pada istrinya. Sudah satu tahun dia hidup tanpa sang istri.

" Kamu itu baik, kamu baik banget. Kasih kesempatan buat pria brengsek kayak Haruto "

Yoonbin jongkok, meletakkan Bunga itu di makam sang istri. Tersenyum sambil mengelus pelan Nisan yang bertuliskan nama sang Istri.

Ingatan Yoonbin teringat pada kejadian Malam itu saat sang adik iparnya itu melahirkan , di rumah sakit. Dimana dirinya harus kehilangan sang Istri.

" JIHOON"

Yoonbin berteriak, buat atensi jatuh pada dirinya dan Jihoon yang sudah terkulai lemas di pelukannya

" Sayang Jihoon, denger aku. Kamu jangan tutup mata kita ke UGD ya "

Yoonbin hendak gendong Jihoon ke ruang UGD namun Jihoon menahannya.

" Nggak usah Ben , aku mau nunggu Jeongwoo "

Yoonbin menggeleng keras.

Jihoon masih belum stabil , lelaki manis itu bahkan baru melewati masa kritis nya dan baru saja sadar. Namun saat Haruto mengabarinya tentang Jeongwoo , membuat Jihoon membujuk Yoonbin agar bisa menemui sang adik

" Kamu itu lagi sakit Jihoon "

Yoonbin menangis melihat Jihoon yang sudah kesulitan bernafas.

" Kita membutuhkan donor jantung untuk pasien Jeongwoo secepatnya. Keadaanya semakin kritis "

Sang dokter keluar dari ruangan dengan tergesa. Menggumakan berita buruk itu.

Jihoon menatap Yoonbin, tersenyum tipis dengan bibir pucatnya.

" Ben "

Yoonbin menggeleng saat mengerti maksud sang istri.

" Nggak, aku nggak Ijinin "

Jihoon genggam tangan Yoonbin, Tangan itu terasa dingin tidak hangat lagi seperti yang Yoonbin rasakan biasanya.

" Aku mohon Ben, paling nggak sebelum aku pergi aku bisa bikin orang lain bahagia "

Mohon Jihoon , mata itu menatap sayu Yoonbin yang menangis keras.

" Tapi, gimana sama aku?? Kamu mau buat mereka bahagia. Tapi aku gak bisa bahagia tanpa kamu Ji "

" Kamu bisa bahagia meski tanpa aku Ben "

Dan itu adalah percakapan terakhir Yoonbin dan Jihoon sebelum mereka berpisah untuk selamnya.

Hatinya kembali sesak. Mengingat bagaimana keras kepalanya sang Istri yang nekat mendonorkan Jantungnya untuk sang adik.

" Kamu bilang, aku pasti bisa bahagia tanpa kamu. Namun, nyatanya meskipun udah satu tahun aku tetep ngerasa sakit saat ingat kamu. Aku nggak bisa bahagia Ji. Kamu bohong sama aku "

Yoonbin berdiri mengusap pelan air matanya lalu pergi dari sana. Sampai kapanpun Yoonbin tidak akan kuat .

TBC
.
.
.
.
.

Hehehe spesial Binhoon...karena aku lagi gak ada ide buat Hajeongwoo..tapi adalah dikit Jeongwoo nya penting
.
.
.
.
.

MARRIAGE LIFE || HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang