TitTit
Suara mesin jantung itu, buat Haruto geram. Jujur ia benci. Benci harus di ruangan bau obat dan dengan jas yang menutupi tubuhnya jika ingin bertemu dengan cintanya.
" Sayang, udah lama kamu nutup mata . Kamu gak mau bangun??, Nggak mau ketemu sama anak kita yang udah besar. Kamu tahu Dia bahkan sudah tidak nangis jika terjatuh saat dia berjalan "
Haruto menceritakan nya. Menceritakan semua perkembangan anaknya kepada istrinya. Istrinya tak boleh melewatkan detik-detik berharga yang tak bisa dilihatnya.
Haruto mengambil tangan Jeongwoo yang sudah mengurus, lalu di genggam erat. Tangan Jeongwoo semakin kurus, bahkan tangan itu terasa dingin.
" Kamu bangun dong. Kamu gak kangen apa sama aku, gak kangen apa sama ketampanan aku "
Haruto terkekeh, tapi air mata juga ikut turun di pipinya.
" Kamu tau gak sih hmm, aku cuma mau berubah buat kamu. Tapi kenapa jadi kayak gini sih. Aku mau berubah, tapi kenapa kamu malah tidur. Kamu kayak gak ngasih kesempatan buat aku bahagiain kamu. Kamu kayak gak mau kalo aku Nebus kesalahan aku ke kamu "
Haruto sudah menenggelamkan wajahnya di lengan sang istri. Dia sungguh lelah, membuatnya berbicara melantur.
Haruto mengangkat kepalanya, melihat lebih dekat wajah sang istri yang tirus.
Tangannya terulur mengelus pipi sang istri.
" Kenapa kamu gak bangun ?? Dokter bilang setelah kamu operasi transplantasi jantung kamu bakal bangun, tapi udah satu tahun kamu bahkan gak bangun-bangun"
Bruk
Haruto Terduduk di ruangan itu, terduduk di lantai karena sudah tak sanggup untuk berdiri.
" Hikss"
Menangis keras, mengapresiasi kan perasaannya di depan orang yang dicintai. Memberi tahu pada kekasih hatinya bahwa dirinya hancur. Ya Haruto hanya akan menunjukkan sisi lemahnya jika di depan anak dan Istrinya.
" Aku minta maaf, maaf kalo aku jahat sama kamu. Tapi bukannya waktu itu kamu bilang kamu udah maafin aku. Tapi kenapa sekarang kamu se akan-akan mau balas dendam ke aku dengan cara kayak gini Jeongwoo "
Haruto menatap lurus ke arah Jeongwoo yang hanya diam, masih asik dengan dunia mimpinya yang mungkin indah. Yang mungkin lebih indah dari pada di dunia yang hanya akan ada Haruto yang dilihatnya.
" Aku mohon sama kamu, kamu bangun "
Haruto menghapus air matanya, lalu berusaha tersenyum . Bangkit lalu pergi dari sana tanpa tau jika Jeongwoo yang sedang menutup mata ikut meneteskan air matanya karena mendengar curhatan hatinya.
***
Haruto keluar ruangan, melihat sang kakak yang menunggu di ruang tunggu.
" Kak, masih disini??"
Mashiho menoleh, lalu mengangguk.
" Kenapa sih gak pulang aja, gak usah khawatir sama Jeongwoo. Haru yang bakal jaga dia "
Ujar Haruto, duduk di samping sang kakak lalu menyederkan kepalanya di pundak sang Kakak.
Mashiho menghela nafas, mengelus pelan surai sang adik.
" Kakak justru lebih khawatir sama kamu Haru "
Ujarnya, terdengar nada sendu dari bibir Kakak mungil Haruto itu.
" Kakak justru khawatir sama kesehatan kamu. Kamu liat, pipi kamu makin tirus, mata kamu bahkan hitam Haruto. Kakak tau kamu gak bisa tidur. Kamu terlalu takut jika kamu tidur akan terjadi sesuatu pada istri kamu, Kakak juga. Tapi bukan berarti kamu harus kayak gini, kamu lupain kesehatan kamu, kamu lupa kalo kamu punya Ruwoo yang harus kamu jaga "
Mashiho berujar, air mata ikut menetes di setiap kata yang dia lontarkan.
Mashiho tahu bagaimana derita sang adik.
" Jangan gini Haru, Jeongwoo pasti juga gak bakalan suka."
Haruto yang menangis langsung memeluk sang kakak. Biar, biarkan sekarang dia menunjukkan sisi lemahnya pada sang kakak. Dia sudah tidak kuat.
" Kak, haru cuma takut. Takut Jeongwoo bakal ninggalin haru. Kenapa kak kenapa kayak gini. Jeongwoo katanya dia udah maafin haru, tapi kenapa Jeongwoo harus lakuin ini semua ke haru kak "
Haruto terisak di balik punggung sang kakak. Air matanya tumpah begitu aja.
" Kamu percaya sama Jeongwoo, dia pasti bertahan. Bertahan buat kamu, dan bertahan untuk anaknya Ruwoo"
Mashiho menarik wajah Haruto agar melihat dirinya. Mengusap pelan air mata yang bahkan masih mengalir deras. Lalu beralih mengecup kelopak mata sang adik.
" Kakak tau ini berat buat kamu, tapi jangan putus asa. Harunya kakak pasti kuat jalanin ini semua "
Mashiho memberi gestur tangan pada Haruto sambil tersenyum, membuat Haruto juga ikut tersenyum.
" Makasih kak "
Haruto kembali memeluk sang Kakak
"Heh Adik ipar, kamu tak berniat ambil istriku kan "
Suara lain terdengar.
" Apasih dasar Junkyu "
Haruto berbicara sinis. Meskipun suara itu masih terdengar serak paling tidak dirinya bisa menggoda Kakak iparnya.
" YAK DASAR ADIK IPAR KURANG AJ-AWWW"
Junkyu bahkan belum bisa melanjutkan kata-katanya saat kakinya tiba-tiba di tendang.
Ya siapa lagi kalo bukan istri Kesayangan nya.
" Sayang, kok kakak ditendang "
Junkyu menatap melas.
" Mangkanya jangan berisik ini di rumah sakit "
Junkyu membola. Aduh dia lupa jika di rumah sakit.
" Hehe iya maaf "
Junkyu lalu duduk di samping istrinya dan langsung memeluk tubuh mungil itu.
Haruto tersenyum. Melihat interaksi antara kakaknya dengan kakak iparnya membuat dirinya membayangkan dirinya bersama Jeongwoo nanti.
Namun, entah kapan itu akan terjadi.
TBC
.
.
.
.
.Woy sumpah sambil nangis, nulis di dampingi ingus yang meluber..
Hehehe
Lebih dikit sih up nya karena emh ya gitu deh..
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGE LIFE || Hajeongwoo
Novela JuvenilHaruto yang setia nunggu Jeongwoo bersama buah Hati mereka. Sedangkan Jeongwoo yang tak Ingin kembali, takut dunia tak kembali berpihak dalam hidupnya. Takut melawan kenyataan jika Dunia akan kembali mempermainkan nya. ----------------------- Tentan...