" SAMPAI KAPANPUN, HARU NGGAK BAKAL BIARIN KALIAN CABUT ALAT ITU"
Suara berat milik Haruto menggema di seluruh ruangan. Buat yang di dalam ruangan hanya diam. Menatap sendu ke arah Haruto yang kini tengah kacau, dengan mata yang memerah menahan tangis serta wajahnya yang menegang.
" Haru, dengerin Mama. Ini udah satu tahun sayang, dan Jeongwoo sama sekali gak nunjukin tanda-tanda dia mau bangun "
Mamanya Haruto coba beri pengertian pada anaknya.
Haruto menatap tajam sang mama, rahangnya mengeras dengan air mata yang mengalir deras.
" Nggak , kalo Haruto bilang nggak ya berarti nggak Ma"
Haruto menatap ke sekeliling, menatap satu persatu anggota keluarganya dan keluarga Jeongwoo.
" Lo harus lepasin Jeongwoo To "
Suara dingin itu buat semua menoleh. Ha Yoonbin. Pria dengan wajah datar itu berjalan santai ke arah mereka semua.
" Nggak bang, sampai kapanpun haru gak bakal lepasin Jeongwoo. Jeongwoo bakal bangun bang, bakal bangun buat Haru sama Ruwoo "
Haruto menjatuhkan tubuhnya di lantai dengan lutut sebagai penopang tubuhnya.
" Lo harus lepasin Jeongwoo Haruto "
Yoonbin mencengkram erat pundak Haruto. Rahangnya mengeras.
Yoonbin ikut tersulut emosi.
" Udah Ben "
Mashiho coba menengahi.
" Bang, kasihan bang Jihoon, buat apa bang Jihoon harus donor in jantung buat Jeongwoo kalo akhirnya Haru harus lepas Jeongwoo "
Yoonbin terdiam, mengingat istrinya. Istrinya yang harus merenggut nyawa karena penyakit yang di deritanya dan akhirnya mendonor kan jantungnya untuk Jeongwoo.
" Bang Jihoon udah berkorban, demi Jeongwoo. Nggak mungkin kita semua harus relain Jeongwoo gitu aja bang "
Haruto menangis. Meraung di lantai dingin rumah milik keluarga Watanabe .
Ruwoo yang sedari tadi tidur di gendongan sang kakek harus terbangun ketika mendengar suara berisik.
Bayi itu langsung bergerak gelisah saat melihat sang papa menangis. Berontak dari gendongan sang kakek bermaksud ingin bersama papanya
Sang kakek yang mengerti menyerahkan Ruwoo pada Haruto yang masih menangis.
Bayi itu memeluk erat leher papanya, ikut menangis keras. Suara nya memenuhi ruangan buat yang memandang tak tega.
Bayi yang malang, dari sejak pertama kali lahir sang mama sudah tidak bisa menggendongnya.
" Ssst sayang jangan nangis "
Haruto tangkap wajah kecil sang anak, berikan kecupan ringan di wajah sang anak yang sudah penuh air mata.
" Papa nggak bakal biarin Mama pergi, Mama bakalan tetep sama kita. Nanti kita main bareng ya nak "
Haruto bangkit, dia akan membawa Ruwoo ke rumah sakit. Selama ini Haruto selalu dilarang mengajak anaknya untuk ke Rumah sakit. Padahal anak itu hanya di ajak untuk menemui Sang Mama.
" Mau kemana Haru??"
Mashiho bertanya begitu melihat Haruto jalan ke arah pintu Keluar.
" Haru mau bawa Ruwoo ke rumah sakit"
Ucapnya final sebelum menghilang dari pandangan semua orang.
Ruangan itu hening. Hanya nafas masing-masing yang terdengar.
***
Haruto tersenyum begitu sudah sampai di rumah sakit. Ruwoo, bayi itu juga tersenyum. Entah mengapa bayi itu juga akan ikut tersenyum jika Haruto tersenyum.
" Ruwoo udah nggak sabar ya ketemu sama Mama"
Haruto menduselkan wajahnya ke perut sang anak lalu menggesek pelan kepalanya buat Ruwoo kegelian dan memekik .
Saat sudah di depan Kamar Jeongwoo Haruto diam sebentar. Matanya melirik sang anak yang masih sibuk menghisap Jari-jarinya.
" Ma ma Ma "
Ruwoo menunjuk Ruangan di depannya sambil memanggil Mama.
Ah sepertinya Ruwoo tahu jika di dalam ada sang Mama yang sangat di rindukannya.
Cklek
Haruto membuka pintu itu, masih sama Jeongwoo masih menutup matanya.
" Sayang "
Panggil Haruto pada Jeongwoo lirih. Ruwoo yang berada di gendongan Haruto memekik girang saat bisa melihat wajah Jeongwoo. Tangan nya terulur, mungkin dia ingin di gendong oleh sang Mama
" Bentar ya anak papa yang Ganteng, Mama masih belum bisa gendong dedek "
Itu kata Haruto, Ruwoo yang mendengar kata sang papa seakan mengerti langsung mengubah ekspresi wajahnya. Wajah yang awalnya ceria itu berubah sedih. Dengan bibir yang melengkung ke bawah.
" Hikss "
Oke bahkan Ruwoo menangis.
" Heh jagoan siapa yang menyuruhmu menangis em??, Lihat Ma Jagoanmu menangis "
Adu Haruto pada Jeongwoo yang tentu saja tak ada balasan dari sang empu.
Ruwoo terus menangis, bahkan wajah itu sudah memerah karena saking lamanya dia menangis dan tak kunjung diam.
Haruto yang tak tega pin mendudukkan Ruwoo di kasur yang sama dengan Mama nya. Bisa Haruto lihat tangan mungil Ruwoo raih tangan sang Mama, menggenggam tangan lemah itu.
Haruto tersenyum, manis sekali.
" Senang Hem bisa pegang-pegang Mama iya ??"
Haruto terkekeh begitu sang anak memukul wajahnya karena menganggu acara perpegangan tangan miliknya dengan sang Mama.
Haruto melirik jam di tangannya, ah sudah 20 menit dia di dalam ruangan ini.
" Udah ya sayang ketemu Mamanya. Sekarang waktunya kita pulang. Biarin Mama istirahat terus cepet sembuh dan bisa main sama Papa dan Ruwoo "
Haruto lepaskan pelan genggaman tangan itu.
Ruwoo menolak tentu saja, anak itu bahkan menangis histeris. Namun Haruto harus memisahkan sang anak dari Mamanya. Tak bisa berlama-lama disini karena Rumah sakit tidak cocok untuk Ruwoo.
TBC
.
.
.
.
.
Gak tau, buntu..Tapi pengen Up, jadi ya dengan segenap pikiran yang masih ada akhirnya chapter yang membosankan bisa tercipta.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGE LIFE || Hajeongwoo
Novela JuvenilHaruto yang setia nunggu Jeongwoo bersama buah Hati mereka. Sedangkan Jeongwoo yang tak Ingin kembali, takut dunia tak kembali berpihak dalam hidupnya. Takut melawan kenyataan jika Dunia akan kembali mempermainkan nya. ----------------------- Tentan...