Part 3

3.6K 595 9
                                    

Arimbi tengah kebingungan oleh dirinya yang terdaftar dalam aplikasi pencari jodoh online dibuat tambah bingung oleh ucapan Marissa. Memang Arimbi juga tidak menyukai sikap Nesa yang sombong dan suka merendahkan orang lain. Ia juga tertantang untuk memberi pelajaran pada Nesa, tapi apa iya? Ia harus mengiyakan rencana Marissa. Ia kan nggak punya pacar.

Tapi hei ... bukankah kemarin ada seorang lelaki yang menghubunginya? Lelaki dari sebuah aplikasi perjodohan online. Ah, sudahlah Arimbi mengabaikan sementara urusan aplikasi Madame rose itu dan juga ajakan Marissa.

Arimbi mencari Jaka, salah satu rekan kerjanya. Sepertinya ia lupa menyerahkan laporan penjualannya.

"Jaka, kamu udah serahin laporan penjualanmu belum?" Tanya Arimbi begitu sampai dikubikel Jaka.

Lelaki berwajah putih bersih dan mulus itu mendongak, melihat kedatangan Arimbi.

"Sudah aku kirim ke email kamu kemarin sore." Jawabnya.

"Tolong dicek lagi, di emailku belum masuk." Balas Arimbi.

Jaka mengangguk, tangannya mulai mengecek emailnya. Ternyata benar, emailnya belum terkirim ke Arimbi.

"Belum terkirim, aku kirim ulang ya."

"Oke, aku tunggu."

Arimbi berbalik hendak kembali ke mejanya, baru beberapa langkah ia berpapasan dengan Nesa. Perempuan itu mengenakan pakaian yang sangat bagus hari ini, Nesa mengenakan kemeja putih dengan leher sedikit rendah, ujung lengannya di gulung hingga di bawah siku. Ia memadankannya dengan celana panjang berwarna hitam. Jelas sekali pakaiannya keluaran sebuah butik terkenal dikotanya.

Matanya yang bulat memandang rendah Arimbi.

"Wah, wah Arimbi, selamat pagi." Sapanya dengan wajah tersenyum tapi kelihatan nggak tulusnya.

"Pagi." Jawab Arimbi malas dan melewati Nesa.

"Kamu datang kan, ke acaraku nanti?"

Langkah Arimbi terhenti. Ia menghela napas pelan, perlahan ia membalikkan tubuhnyap9. Senyum manis mengembang di wajahnya.

"Tentu saja." Balas Arimbi.

Nesa ikut tersenyum,"senengnya kamu bisa hadir, aku sempat khawatir lo. Masa iya, dari seluruh teman kantor kamu sendiri yang nggak datang." Ucap Nesa sambil tertawa kecil, mengejek. Setelah tawanya reda Nesa berkata lagi. "Aku kerja dulu ya."

Kedua tangan Arimbi mengepal, ia tidak terima Nesa menghinanya seperti itu. Memangnya ada apa dengan status jomblo? Dalam hidup Arimbi, seorang lelaki yang berstatus pasangan tidaklah penting. Ia menikmati pekerjaannya, ia menikmati hidupnya. Bukankah setiap orang punya pilihan hidup masing-masing, kita tidak perlu mencemoohnya.

"Lihat saja nanti." Ucapnya. Di sepanjang jalan menuju mejanya Arimbi memikirkan kembali undangan Nesa. Memikirkan tentang lelaki dari aplikasi perjodohan online Mamade rose. Selama ini Arimbi hidup biasa-biasa saja. Ia menikmati hidupnya tanpa harus memikirkan si dia yang nggak nelpon, si dia yang nggak ngajak ngedate atau hal-hal dramatis yang dialami dalam sebuah hubungan percintaan. Lebih baik ia menghabiskan waktu untuk melakukan hobinya membuat kue-kue dan belanja pakaian.  Ia memang nggak suka melakukan hal-hal aneh, dan mencari jodoh melalui aplikasi online bukan salah satunya.

Arimbi sendiri belum berniat mencari jodoh. Terakhir berpacaran waktu kuliah. Lumayan lama, tapi hubungan mereka kandas karena pacarnya waktu itu posesif banget dan nggak tahan dengan hobi belanjanya, padahal kan Arimbi nggak pernah minta dibelikan ini itu, dia saja yang sok terlihat tajir.

Arimbi duduk dikursi empuk berwarna merah abu. Ia meraih benda pipih berwarna putih miliknya. Tangannya mencari kontak lelaki misterius itu di media berwarna hijau miliknya. Nggak apa-apa kan sekali-kali For having fun. Buat membungkam mulut licin Nesa. Ular kecil itu sekali-kali harus di hempaskan.

Blind DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang