Part 37

1.6K 353 43
                                    

"Selamat ya, pertunangan cucu anda berjalan lancar."

Senyum eyang Muti merekah, "terima kasih banyak, ini juga berkat dekorasi dari toko bungamu lo nak Karima. Aku sangat berterima kasih sekali." Ucap eyang Muti tulus. Wajahnya tersenyum, kilat matamya bercahaya. Dia benar-benar sangat bahagia.

Hari ini Karima menerima undangan minum teh dari nyonya Muti mengingat beliau adalah pelanggan tetapnya ia tidak enak untuk menolak.  Pertama kali ke rumah putih ia sangat terkejut mengetahui bahwa nyonya Muti adalah eyangnya Bagas, terlebih hari itu adalah hari pertunangannya. Karima tidak tenang, ia berpikir apakah hubungan Arimbi dan Bagas sudah berakhir?tapi kapan? Apa itu sebabnya Bagas tidak pernah datang lagi, apalagi di waktu kepergian Ayahnya Arimbi, Bagas sama sekali tidak pernah muncul?

"Nak Karima." Tegur eyang Muti melihat Karima yang tidak fokus padanya, seperti sedang memikirkan sesuatu yang lain.

Karima sadar dari lamunanannya lalu dengan cepat menjawab, "sama-sama, Bu." Jawab Karima singkat.

"Oh iya, kemarin aku sempat mendengarmu sedang berbicara dengan seseorang di telpon." Kata eyang Muti.

Karima mengerutkan kening, "iya?" Ucapnya bingung.

"Maaf, maaf bukannya aku sengaja menguping. Aku ndhak sengaja mendengarnya, dan kamu menyebut nama seseorang yang sepertinya aku kenal." Jawab eyang Muti, rait wajahnya penasaran.

"Oh ndhak apa-apa, memangnya nama siapa yang ibu dengar?" Tanya Karima sopan.

"Kalau ndhak salah dengar, kamu menyebut nama bapak Raden - Cokro - diaksa." Ucap eyang sembari mengingat kembali apa yang di dengarnya waktu itu.

Wajah Karima berubah pias, terkejut setelah mendengar nama yang disebut eyang Muti. Ia berdehem lalu tersenyum, "oh itu, beliau juga salah satu langganan toko bungaku, sama seperti anda, Bu." Ucap Karima. Ia lalu meraih cangkir tehnya dengan lembut dan meminumnya. Bukan karena haus tapi untuk menghilangkan kegugupannya.

"Wah hebat, toko bungamu memang sudah ndhak ada bandingannya." Puji eyang lagi.

"Alhamdulillah, oya apa anda kenal dengan Raden Cokrodiaksa?" Tanya Karima penasaran.

Tak disangka eyang muti ternyata kenal dengan orang yang disebut Karima. Beliau menceritakan bahwa keluarga Raden Cokrodiaksa merupakan salah satu bangsawan yang sangat dihormati, bukan hanya karena keluarga itu memiliki garis kebangsawanan yang tinggi tapi juga terkenal lihai dalam berbisnis. Asetnya tidak bisa dihitung lagi.

"Wah sepertinya anda mengenal baik keluarga beliau." Ucap Karima. Tidak heran, keluarga Raden Cokrodiaksa memang terkenal disemua kalangan.

"Ya ndhak terlalu baik juga kenalnya, tapi keluarga kami dulu pernah bekerjasama." Ucap eyang Muti.

"Mohon maaf sebelumnya, kalau boleh tahu kapan acara pernikahannya nak Bagas, Bu?"

"Oh itu, rencananya dalam waktu tiga bukan kedepan. Dan saya harap toko bunga nak Karima bersedia untuk menjadi satu-satunya penyuplai bunga diacara pernikahan nanti." Ucap eyang.

Karima tersenyum, "wah tentu saja saya bersedia, apa Ibu sudah punya WO untuk acara itu?" Tanya Karima.

"Duh sayang sekali belum, kami belum sempat membahasnya, gimana nak, apa kamu ada rekomendasi?" Tanya eyang antusias.

"Kalau ibu mau, ibu bisa menggunakan jasa WO kami. Kami akan mengirimkan majalah tentang aneka dekorasi yang bisa kami rekomendasikan."

"Wah, nak Karima juga ada WO sendiri? Masya Allah, iya silahkan dikirimkan ya, nanti saya sampaikan ke Bagas dan Tiara. Pengantin harus memilih sendiri 'kan dekorasi yang diinginkan." Ucap eyang Muti.

Blind DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang