"Sekarang jelaskan, apa yang terjadi?" Tanya Eyang.
Setelah Tiara mendapat sedikit perawatan, Eyang mengumpulkan mereka di ruang tamu. Tiara dengan cepat menceritakan kejadiannya, versi dirinya. Ia mengatakan Arimbi menyerangnya karena tidak suka melihat ia berada di dekat Bagas.
"Bohong, Eyang. Aku nggak nyerang dia duluan, Tiara berusaha melukaiku aku hanya membela diri." Kata Arimbi. Ia menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
"Ndhak begitu, Eyang." Bantah Tiara. "Yang terjadi adalah seperti yang Tiara jelaskan tadi. Bukankah tadi kalian sempat melihatnya juga." Kata Tiara, matanya mulai berair. Ia berkata sembari terisak, "aku ndhak mungkin melakukan hal itu, itu sangat memalukan." Bela Tiara.
"Arimbi ndhak mungkin melakukan hal itu." Bela Bagas.
"Nyatanya dia melakukannya tho? Aku aja sampe jatuh tadi." Tiara terus saja menyerang Arimbi dengan tuduhan-tuduhannya.
"Eyang ndhak tahu siapa yang berkata benar atau bohong." Kata Eyang dengan suara yang cukup lantang, bagi eyang, seorang perempuan itu tidak boleh melakukan perbuatan kasar seperti itu. Seorang perempuan yang baik harus pandai menjaga ucapan dan perbuatannya. Seorang perempuan itu memang harus kuat tapi bukan berarti kuat dengan melakukan kekerasan. "Di sekitar taman kita ada cctv,"
Ucapan eyang membuat Tiara terperanjat, sial ia tidak memperhitungkan adanya cctv di taman itu. Tak sadar ia meremas ujung bajunya, Bagas dan Arimbi melihatnya. Sadar diperhatikan Tiara berdehem lalu berkata, "benarkah, Eyang?" Tanyanya.
"Bagas, periksa cctv di sekitar taman, eyang mau melihat hasilnya nanti malam. Tiara,"
"Nggih, Eyang." Balas Tiara.
"Sekarang kamu ke kamar, ndhak usah kemana-mana." Perintah eyang.
"Nggih, Eyang."
"Bagas, sekarang kamu antar Arimbi pulang, setelah itu kamu kembali dan periksa cctvnya." Perintah eyang pada Bagas.
"Arimbi,"
"Iya, Eyang." Balas Arimbi.
"Kejadian ini sangat tidak mengenakkan untuk kita semua. Sekarang, Bagas akan mengantarkanmu pulang. Kalau hasil cctvnya sudah ada kami akan memberitahumu." Ujar Eyang.
"Nggih, Eyang." Ucap Arimbi.
"Kami pamit dulu, Eyang." Bagas dan Arimbi menyalami punggung tangan eyang sebelum keluar dari rumah putih.
Eyang menghela napas, "Dasar bocah-bocah jaman saiki, ono-ono wae kelakuane."
Dasar anak-anak zaman sekarang, nggak enak, Yah." Ucap Arimbi sambil tangannya terus memainkan remote tv. Ia mengganti chanel tv bergantian.
Melihat sikap Arimbi, ayah mengambil remote tv dari tangan Arimbi, lalu duduk disampingnya. "Ngapain mainin remote tv, mending ayah nonton berita." Seru sang Ayah.
"Ayah," panggil Arimbi.
"Hmm," ayah hanya berdehem, matanya fokus pada berita yang disampaikan pembawa acara di tv.
"Kayaknya eyangnya Bagas nggak suka sama Rimbi." Ucap Rimbi lirih.
"Kenapa bilang begitu?"
Arimbi berdehem, "sebenarnya Bagas mau ditunangkan, Yah."
"Lalu,"
"Bagas nggak mau."
"Terus?"
"Tiara ini usaha banget mau tunangan sama Bagas."
"Terus?"
"Tadi dia sengaja ngejatuhin dirinya sendiri, saat Eyang dan Bagas mendekat. Dia bilang aku sengaja dorong dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date
RomanceRaden mas Bagaskara Rahagi Hammani, pemuda tampan berkulit hitam manis, tengah dipusingkan dengan permintaan sang eyang yang mendesaknya untuk segera menikah. Alasannya klise, karena usianya sudah matang untuk menikah, dan Bagas tidak merasa seperti...