Part 7

2.9K 514 10
                                    

"Jadi, kamu beneran nggak mau dijodohin?" Arimbi bertanya pada Bagas setelah Bagas menceritakan perihal kedatangan Tiara dan keluarganya.

"Iya."

"Alasannya?" Tanya Arimbi.

Bagas menghela napas, "Aku nggak mau menjalin hubungan dengan seseorang yang masih memiliki hubungan keluarga denganku. Kebanyakan dari mereka tidak akan mau menjadi penonton dalam rumah tanggamu." Jelas Bagas.

Arimbi mengangguk, mulai mengerti alasan Bagas. "Oya, kamu kerja dimana?" Tanya Arimbi membuat Bagas sedikit terkejut, lalu tersenyum "Senja Kafe."

"Apa?" Seru Arimbi, terkejut dengan jawaban Bagas. Lalu tersadar kalau beberapa mata melihat kearahnya Arimbi segera menutup mulut dengan telapak tangannya.

Bagas tertawa kecil, "karena itu aku nggak mau kita bertemu disana, kamu pengen sekali ya kesana?" Bagas melihat Arimbi penasaran dengan kafe miliknya.

Arimbi mengangguk cepat, "pengen banget, dari kemaren pengen kesana tapi belum pas aja waktunya." Keluh Arimbi, tidak sadar ada sedikit nada manja dalam suaranya, Bagas bisa menangkap nada itu. Sepertinya, salah satu sifat Arimbi adalah manja.

"Lain kali aku akan mengajakmu ke sana." Janji Bagas.

"Benarkah?"

Bagas mengangguk.

"Aku pegang janjimu." Kata Arimbi dengan tatapan penuh ancaman yang membuat Bagas merasa lucu.

"Tentu. Oh ya gimana kalau kita cari tempat bicara yang lebih nyaman, kayaknya disini makin ramai."

Arimbi mengikuti pandangan Bagas, suasana restoran yang tadinya lengang kini makin ramai. "Iya." Jawab Arimbi.

Mereka keluar dari restoran. Di luar restoran ada taman kecil, hanya ada beberapa bangku taman, bunga-bunga dengan segala warna dan jenis membuat taman kecil itu terlihat menyenangkan di malam hari. Lampu-lampu taman menyala dengan baik di beberapa titik.

"Tadi kamu nggak sibuk kan? Aku nggak enak karena ngajak kamu keluar?" Kata Bagas menyampaikan kekhawatirannya.

"Pekerjaanku lagi nggak banyak." Jawabnya.

"Syukurlah." Balas Bagas. "Arimbi, aku ingin memperkenalkanmu pada keluargaku. Jadi, kapan kamu punya waktu?"

Ucapan Bagas membuat langkah Arimbi terhenti. Arimbi tertinggal beberapa langkah dibelakang Bagas membuat Bagas berbalik menghadap gadis itu, "kenapa?"

Arimbi menghela napas pelan lalu melanjutkan langkah hingga ia berdiri sejajar dengan laki-laki itu.
"Apa nggak terlalu cepat?"

"Langkah Eyang lebih cepat dari kita."

"Baiklah, tapi gimana kalau mereka nanya-nanya tentang hubungan kita? Seperti dimana kita bertemu pertama kali? Bagaimana kita bisa menjalin hubungan? Makanan minuman kesukaan kamu? Dan yang lainnya."

Mereka duduk di sebuah kursi yang berada tepat dibawah lampu. Berdekatan dengan Bagas membuat jantung Arimbi berdebar. Aroma parfumnya membuat Arimbi ingin berada dipelukan hangat Bagas. Astaga pikiran apa ini batin Arimbi, ia berusaha menepis pesona kekasih pura-puranya ini.

"Bagaimana kalau kita bilang kita bertemu di salah satu pusat perbelanjaan. Aku yang melihatmu pertama kali, aku tertarik, mendekatimu, kemudian mengajakmu berkenalan hingga akhirnya kita saling menyukai."

Arimbi menatap Bagas tanpa berkedip, aura laki-laki itu membuat otaknya blank hingga mengatakan hal yang tidak pernah disangkanya.

"Apa kita benar-benar menjadi pasangan pura-pura?"

Blind DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang