Part 11

2.7K 475 27
                                    

"Pa, Arimbi tumben belum keluar kamar? Sudah jam segini, dia nggak kerja ya?" Tanya Karima.

Hanafi melihat jam tangannya. "iya, bisa terlambat dia, Ma. Papa cek dulu ya."

"Tolong ya, Pa. Mama buatkan kopi dulu."

Hanafi memundurkan kursinya, ia berjalan menuju kamar Arimbi. Suara ketukan di pintu beberapa kali tidak membuat yang punya kamar menyahut apalagi membuka pintu membuat Hanafi cemas.

"Rimbi, sayang, kamu sudah siap belum?"

Tak ada jawaban, Hanafi memegang handle pintu, ia mendorong pintu pelan hingga terbuka lebar. Dilihatnya putri kesayangan masih terbaring diatas ranjang, hanya kepala yang terlihat, seluruh tubuhnya tertutup selimut padahal AC tidak menyala. Hanafi duduk ditepi ranjang.

"Sayang, kamu sakit?" Tanyanya pelan.

"Pa, perut Rimbi kram. Rimbi lagi datang bulan, sakit banget." Kata Rimbi.

"Astaga sayang, kamu istirahat ya. Sarapan dulu baru minum obat."

"Pa, tolong beritahu Marissa ya, biar izinin aku hari ini."

"Iya, kamu butuh apa lagi sayang?"

"Pembalut Rimbi habis, Pa. Mintain di mamah ya."

"Iya. Tunggu sebentar, papa beeitahu mama dulu." Hanafi beranjak keluar, ia menghampiri istrinya di dapur.

"Gimana, Pa?"

"Rimbi kurang sehat, perutnya kram. Kamu masih punya pembalut?" Tanya Hanafi.

"Oh, astaga, punya mama habis, Pa."

"Ya udah, papa ke mini market di ujung jalan. Mama buatin Rimbi trh hangat ya." Pesan Hanafi.

"Iya, Pa. Hati-hati."

Hanafi mengangguk, ia keluar rumah dan mengambil motor Arimbi. Sedang Karima segera membuatkan Arimbi teh hangat dan roti selai coklat.

"Sayang, minum tehnya dulu."

Arimbi menurunkan selimutnya, ia duduk bersandar pada dinding ranjang. Di raihnya teh hangat dari tangan mamanya.

"Sakit banget ya?"

"Iya, Ma. Oya, mama bawa pembalut?"

Karima menggeleng, "punya mama habis, papa lagi ke mini market depan, tunggu sebentar."

Arimbi mengangguk sembari mengunyah rotinya pelan. Tidak setiap bulan Arimbi mengalami kram perut jika sedang menstruasi, hal ini terjadi biasanya jika ia terlalu banyak bekerja dan kurang olahraga apalagi ditambah beban pikiran yang bisa membuatnya stres.

"Ini sayang, cepat ganti dan mandi aor hangat biar badan kamu enakan." Hanafi muncul dari balik pintu dengan sebuah kresek ditangannya.

"Makasi, Pa." Ucap Rimbi.

"Sama-sama, Papa berangkat dulu ya sayang, kamu istirahat aja, papa sudah memberitahu Marissa. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Balas Arimbi dan Karima bersamaan.

Begitulah ayah Arimbi, sangat sayang padanya dan juga mamanya. Ia bahkan tidak malu membelikan mamanya atau dirinya pembalut. Ayahnya selalu berusaha menciptakan suasana hangat dan nyaman untuk keluarga kecil mereka.

"Mama ke dapur dulu, kamu mandi air hangat sana."

"Iya, Ma."

***

"Aku tidak tahu, kalau ada tamu sepagi ini?" Ucap Bagas ketika memasuki ruang makan.

Di sebelah eyang ada Tiara yang sedang mengoles selai strawberi di atas roti gandum untuk eyang.

Blind DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang