Tok tok tok.
"Boleh mama masuk?"
Karima melangkah masuk ke dalam kamar Arimbi. Ia duduk disisi ranjang, memegang bahu Arimbi pelan. "Apa ... kamu mau bercerita sesuatu?" Tanya Karima,.ia membelai lembut rambut Arimbi.
Arimbi yang tadinya berbaring bangun lalu memeluk mamanya, ia menangis dipelukan mamanya.
"Menangislah, itu akan membuat perasaanmu lebih baik." Ucap Karima.
Arimbi mempererat pelukannya, "dia ninggalin Rimbi, Ma." Isak Rimbi.
"Kenapa?"
Arimbi melepaskan pelukannya, ia menatap mamanya, "hubungan kami rumit, Ma." Kata Arimbi.
"Rumit?"
"Iya, awal hubungan ini juga bisa dikatakan ... nggak baik, tapi setelah kami menjalaninya semua berubah, Ma. Aku mulai menyukainya, Bagas juga. Tapi eyangnya Bagas ..."
"Eyangnya Bagas kenapa?" Tanya Karima penuh perhatian.
Arimbi mendesah, "eyang menjodohkan Bagas dengan saudara sepupunya, dan eyang Muti sakit jantung. Beberapa waktu lalu jantung beliau sakit lagi dan sempat dirawat di rumah sakit." Jelas Arimbi.
"Jadi seperti itu, Bagas pasti nggak mau sesuatu hal yang buruk terjadi lagi sama eyangnya."
"Bagas mengorbankan hubungan kami, Ma. Dia mengabaikan perasaanku, aku sakit, aku terluka, Ma. Apalagi setelah itu, papa ... papa ninggalin Rimbi, selamanya." Isak Arimbi.
"Putriku yang cantik, jangan bersedih lagi." Karima memeluk Arimbi.
"Kadang hidup berjalan tidak seperti yang kita inginkan. Kebahagiaan, kesedihan datang silih berganti, seperti siang dan malam, seberapa terang dan gelapnya semua pasti berlalu. Mama yakin kamu gadis yang kuat." Ucap Karima.
Karima tidak tahu apakah Arimbi mengetahui acara pertunangan Bagas yang akan diadakan akhir pekan nanti. Arimbi pasti sangat terluka, 'Arimbi sayangku, semoga kamu menjadi gadis yang tegar ya sayang, kita berjuang bersama-sama, kita jalani hidup meski tanpa papa, mama yakin papa pasti akan sangat sedih kalau kita larut dalam kesedihan.' Batin Karima.
"Ma,"
Panggilan Arimbi membuyarkan lamunan Karima, ia menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya.
"Rimbi kangen papa, Ma. Mama pasti kesepian." Ucap Arimbi.
Karima tersenyum, "sangat. Mama sangat merindukan papa, mama juga sangat kesepian sayang." Lalu mereka berpelukan, mereka menangis bersama sama seperti saat itu.
***
Keesokan paginya, Arimbi bangun kesiangan. Hari ini ia cuti jadi ia ingin memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya.
"Mama belum ke toko?" Tanya Arimbi.
"Belum, hari ini ada pengantaran beberapa bunga ke rumah para pelanggan."
"Nasi gorengnya sebentar lagi siap, kamu minum susu hangatnya aja dulu." Kata Karima.
"Ma,"
"Ya ..."
"Apa ... seorang bangsawan itu harus menikah dengan sesama bangsawannya?" Tanya Arimbi.
"Harusnya seperti itu?"
"Harusnya?" Ulang Arimbi.
"Ya. Kalau orangnya mau dan keluarganya tidak mempermasalahkan hal itu, sah-sah saja." Jawab Karima sambil memasukkan nasi ke dalam wajan.
"Kalau orangnya nggak mau tapi terus saja dipaksa bagaimana?"
Karima menghentikan gerakan tangannya yang mengaduk nasi goreng. "Berarti dia memilih keluarganya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date
RomanceRaden mas Bagaskara Rahagi Hammani, pemuda tampan berkulit hitam manis, tengah dipusingkan dengan permintaan sang eyang yang mendesaknya untuk segera menikah. Alasannya klise, karena usianya sudah matang untuk menikah, dan Bagas tidak merasa seperti...