Part 15

2.5K 484 57
                                    

"Assalamualaikum, tuan putri."

Arimbi tertawa, "Waalaikumsalam, Yang Mulia Pangeran." Jawab Arimbi, senyum tidak pudar dari wajah keduanya.

"Apa itu?"

Pandangan Bagas jatuh pada tas yang terbuat dari karton berwarna coklat ditangan Arimbi.

"Aku buat brownies buat eyang dan yang lainnya." Balas Arimbi.

"Wah, pasti enak sekali, aku nggak sabar mau nyicip."

"Nanti samaan, ayo jalan." Ajak Arimbi.

Bagas tersenyum, ia membukakan Arimbi pintu mobil lalu ia duduk dikursi kemudi.

Sore ini Bagas mengajak Arimbi ke rumahnya. Sebagai buah tangan Arimbi membuat brownis untuk dibawa. Dalam perjalanan mereka mengobrol dengan santai, mereka membahas banyak hal. Sesekali wajah mereka terlihat serius dan prihatin lalu mereka tertawa bersama. Keasikan mengobrol mereka tidak menyangka akan tiba secepat ini di rumah putih.

Bagas langsung mengajak Arimbi ke taman belakang. Disana ada eyang, ibunya dan juga Tiara.

"Assalamualaikum," sapa Bagas dan Arimbi bersamaan.

"Waalaikumsalam, wah ada nak Arimbi." Seru Pramidhita senang, ia bahkan berdiri menyambut kedatangan Arimbi. "Ayo bergabung sama kami." Ajaknya.

"Terima kasih, Tante." Balas Arimbi.

Wajah Tiara ditekuk, ia terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya.

"Oh ya, ini Aku buat kue, khusus buat eyang dan ibu." Dengan bangga Arimbi menyerahkan kue ditangannya ke arah Pramidhita.

"Wah, kue brownis, Bu. Ini kue kesayangan sekeluarga loh nak, Arimbi." Seru Pramidhita begitu melihat kue buatan Arimbi.

"Wanginya aja udah enak, belum lagi lagi coklatnya shiny banget, wah, ini beneran kamu yang buat?" Pramidhita kembali menanyakan tentang kue yang dibawa Arimbi.

"Iya, Tante. Kebetulan di rumah juga semua suka makan brownis." Kata Arimbi.

"Ya sudah, ayo duduk sini dulu, Bagas, kamu duduk disebelah Arimbi. Ibu mau mengambil piring sekalian teh buat kalian."

"Terima kasih, Ibu." Balas Bagas.

Eyang melirik ke arah kue brownis buatan Arimbi. Ia sepertinya tertarik tapi merasa gengsi karena Arimbi yang membuatnya.

"Bagaimana kabar, Eyang hari ini?" Tanya Arimbi.

"Alhamdulillah baik." Jawab Eyang.

"Mas Bagas, tadi aku tunggu di kafe kenapa nggak muncul?" Tanya Tiara dengan suara lembut dan manja.

"Benar itu, Bagas?" Eyang langsung bertanya pada Bagas.

"Maaf, Eyang. Tadi Bagas ada meeting di luar. Karena ada janji dengan Arimbi Bagas ndhak balik lagi ke kafe."

"Minta maafnya sama Tiara toh, ndhak usah sama Eyang."

"Maaf tadi saya ndhak balik ke kafe, aku rasa tadi aku sudah membalas pesanmu." Kata Bagas dengan tatapan tajam ke arah Tiara, tapi dasar Tiara ia sama sekali tidak terpengaruh.

"Iya sih, tapi aku tu ndhak ngerti loh kalau dijelasin sama mas Kresna. Kalau mas Bagas yang menjelaskan itu kayak mudah dipahami." Kata Tiara.

"Bagas  memang cerdas, dia ini calon penerus bisnis keluarga. Tiara, kamu harus sering-sering sama Bagas, kamu kan ndhak lama lagi balik toh?" Tanya Eyang.

"Nggih, Eyang. Tiara sebentar lagi pulang, ndhak baik kalau saya lama-lama menginap disini." Tiara mengatakannya dengan suara sedih yang dibuat-buat.

Mendengar itu eyang menghembuskan napasnya panjang, "kalau pertunanganmu dengan Bagas bisa dilaksanakan secepatnya, kamu ndhak usah khawatir lama-lama disini."

"Eyang." Kata Bagas dengan suara ditekan. Bagas beralih menatap Arimbi yang wajahnya sedikit pucat, kedua tangannya bertaut tanda bahwa gadis itu tidak nyaman dengan percakapan ini.

"Eyang, ndhak usah membicarakan hal itu, ada Arimbi di sini." Ucap Tiara pura-pura peduli akan perasaan Arimbi.

"Letakkan di meja." Perintah Pramidhita yang datang dengan seorang pelayan disampingnya. Pelayan itu meletakkan dua cangkir teh dan kue browbis yang sudah dipotong-potong di atas piring cantik.

"Ada apa ini, tegang sekali?" Tanya Pramidhita begitu duduk ditempatnya. Ia menyadari perubahan suasananya.

"Ndhak ada apa-apa, Tante. Tadi kami hanya sedikit menyinggung rencana pertunanganku dengan Mas Bagas." Balas Tiara.

Raut wajah Pramidhita berubah, ia menggeleng, ini pasti ulah ibu mertuanya dan Tiara.

"Sudah jangan dibahas lagi, silahkan tehnya diminum."

Arimbi mengangguk, "terima kasih, Tante."

Bagas melakukan hal yang sama, ia menyeruput tehnya, tapi pandangannya tak lepas dari Arimbi. Tiara memperhatika hal itu, amarah kembali muncul dalam hatinya, 'lihat saja nanti, Arimbi. Kamu ndhak akan bisa memiliki mas Bagas.' Batinnya.

Tak lama Bagas mengajak Arimbi pulang, ia meminta maaf atas kelakuan eyang dan Tiara padanya.

Eyang yang sedari tadi tidak mau menyentuh kue brownis buatan Arimbi akhirnya menyerah juga, ia melihat ke sekeliling, ketika dirasa tidak ada orang yang melihat, eyang meraih sepotong kue itu lalu mengu yahnya, raut wajahnya berubah, ia menyukai rasa brownisnya, meburutnya rasa coklatnya, manisnya dan kacang mete diatasnya terasa pas. Lalu tanpa ragu ia mulai meraih potongan kedua, ketiga ....

###

Maaf typo n makasi vomentnya😍😘

Blind DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang