Arimbi mematut dirinya sekali lagi di depan cermin. Hari ini jam empat sore di taman kota. Lelaki itu, Bagas mengatakan bahwa mereka sebaiknya bertemu di taman kota. Senja kafe bisa jadi pilihan keduanya nanti jika mereka sepakat tentang hubungan mereka selanjutnya.
Taman kota juga tidak masalah buat Arimbi. Bukankah ditaman juga banyak orang, jadi lelaki itu nggak akan bisa macam-macam dengannya jika ia berniat buruk. Polesan lipstick berwarna peach menjadi sapuan terakhir di wajah.
Celana jeans dan kaos berwarna biru serta sneaker menjadi pilihan Arimbi sore ini. Ia meraih jaket yang tergantung di belakang pintu lalu mengenakannya. Tak lupa ransel kesayangannya.
"Baiklah, Mr Bagas, i'm ready." Ucapnya seraya menarik gagang pintu kamar lalu mencari kunci motornya di atas meja, disamping bunga janda bolong milik ibunya.
(yang terus Bagas pikirkan sejak semalam. Berharap, bahwa Arimbi akan menyetujui keinginannya. Dengan segala hal yang akan ditawarkannya nanti, maka tidak ada alasan gadis itu untuk menolak.Bagas melipat lengan bajunya hingga siku, dua kancing teratas terbuka memperlihatkan kaos putih di dalamnya. Terakhir Bagas memakai kaca matanya.
"Mau kemana?"
Langkah Bagas terhenti di tengah ruangan, ia menoleh dan melihat Eyang tengah membaca sebuah majalah bisnis.
Bagas tersenyum, ia berjalan menghampiri neneknya. Ia meraih tangan neneknya lalu mencium punggung tangannya.
"Bagas keluar sebentar dulu eyang."
"Kamu harus makan malam dirumah, jangan diluar." Ucap Eyang tegas.
Bagas berjongkok, ia mengusap punggung tangan eyang.
"Nanti Bagas usahakan. Eyang sudah minum teh jahenya?" Tanya Bagas. Kebiasaan eyang setiap sore."Belum, sebentar lagi juga dianterin." Jawab eyang.
"Eyang jaga kesehatan, jangan banyak pikiran."
Eyang menghela napas berat, "di pikiran eyang cuma satu. Mau nimang cicit."
Bagas tersenyum menanggapi ucapan eyang. Bagas kemudian berpamitan, ia memasuki mobilnya, bersiap bertemu dengan gadis bernama Arimbi.
Bagas tiba ditaman kota, ia melihat ke sekeliling, setelah mematikan mesin mobil. Bagas bergegas ketengah taman, ia memperhatikan orang-orang yang ada disana. Kumpulan anak-anak bermain ayunan, di sisi kiri taman berderet penjual makanan dan minuman ringan. Di sepanjang jalan taman tumbuh bunga-bunga cantik dengan aneka warna.
Bagas meraih ponselnya lalu menghubungi gadis itu.
Ya, halo.
Suara gadis itu terdengar ceria, suaranya membuat hati Bagas ikut merasakan keceriaannya.
Aku sudah ditaman kota. Kamu dimana?
Bagas masih mengedarkan pandangan, berusaha mencari keberaadaan gadis yang akan ia minta untuk jadi pasangannya.
Aku di sebelah kanan taman kota, aku mengenakan kaos nerwarna biru dan celana jeans.
Bagas mendengar arahan gadis itu dengan baik. Ia berjalan ke sisi kanan taman kota, setahunya disana ada berbagai permainan anak-anak. Beberapa meter didepannya seorang gadis dengan kaos biru dan celana jeans. Sebuah ponsel juga melekat ditelinganya.
Gadis itu tengah menaiki salah satu wahana bermain disana. Ia tertawa bersama anak-anak lainnya.
Aku dibelakang kamu.
Arimbi menoleh, kedua netra mereka bertemu. Untuk beberapa saat keduanya saling menatap, hingga akhirnya Bagas mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku, masih menatap Arimbi ia melangkah mendekati Arimbi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date
RomanceRaden mas Bagaskara Rahagi Hammani, pemuda tampan berkulit hitam manis, tengah dipusingkan dengan permintaan sang eyang yang mendesaknya untuk segera menikah. Alasannya klise, karena usianya sudah matang untuk menikah, dan Bagas tidak merasa seperti...