Tiara mengenakan kaos lengan pendek berwarna merah maron, dipadankan dengan celana kain panjang berwarna hitam. Rambut ikalnya dibiarkan terurai melewati bahunya.
Ia melangkah dengan angkuh, beberapa mata memandang ke arahnya, langkahnya terhenti ketika seorang satpam bertanya padanya.
"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu, Mbak." Sapa satpam itu ramah, sepertinya ia habis dari kamar mandi hingga ia tidak berjaga di depan pintu.
Tiara berdehem, "sore, saya mau bertemu dengan Arimbi, apa anda bisa memanggilnya?"
"Oh, mbak Arimbi, tentu saja. Maaf sebelumnya, anda siapa ya?" Tanya satpamnya.
"Bilang saja, Tiara." Balas Tiara.
"Baik, silahkan anda ke ruang tunggu, saya akan memanggil mbak Arimbi dulu." Ucap satpam itu dengan sopan sembari mengantar Tiara ke ruang tunggu yang dimaksud.
Tiara mengedarkan pandangan ke ruangan tunggu yang terlalu sempit menurutnya, ada sebuah televisi yang tidak menyala, dan sebuah rak bunga. "Untung ada AC_nya." Ucap Tiara.
Pintu terbuka, Tiara menoleh lalu tersenyum pada Arimbi yang terkejut melihat keberadaan Tiara dikantornya.
"Tiara?" Ucap Arimbi pelan. Tak menyangka gadis itu mendatanginya ke kantor.
"Hai," Sapa Tiara tanpa berdiri.
Arimbi menutup pintu, ia duduk di depan Tiara. "Ada apa kamu mencariku disini?" Tanya Arimbi langsung, ia bahkan tidak menjawab sapaan Tiara.
"Well, kurasa kamu tahu alasanku mencarimu, tapi biar ku pertegas. Aku mau kamu meninggalkan Bagas."
"Apa aku nggak salah denger?"
"Nggak."
"Dan apa kamu pikir aku akan melakukannya?" Tantang Arimbi.
Tiara berdehem, "dengar, aku dan Bagas akan segera bertunangan, eyang sudah menjodohkan kami. Kami sama-sama berasal dari keluarga bangsawan, sedangkan kamu? Kamu dan Bagas itu bagaikan langit dan bumi, Arimbi. Jadi, sebelum Bagas mencampakkanmu sebaiknya kamu mundur sayang." Jelas Tiara mengejek Arimbi.
Kedua tangan Arimbi mengepal diatas pangkuannya, kata-kata Tiara benar, tapi Bagas sudah mengatakan bahwa ia menolak perjodohan ini, dan Bagas tidak menyukai Tiara. Meski hubungannya dengan Bagas hanya sebuah kebohongan, kata-kata Tiara padanya terdengar menyakitkan.
"Mungkin apa yang kamu katakan benar, tapi sayangnya, Bagas menolak perjodohan kalian, Bagas lebih memilih aku menjadi kekasihnya daripada kamu, jadi kurasa, kedatanganmu kemari sia-sia. Kamu sebaiknya pergi dari sini, selamat sore." Ucap Arimbi sembari berdiri.
"Aku sudah memperingatkanmu, Arimbi." Seru Tiara, ia berdiri, raut wajahnya memerah. Ia tidak punya banyak waktu untuk menyingkirkan Arimbi.
Arimbi terkejut dengan sikap Tiara, "Aku sudah mendengarnya." Balas Arimbi.
"Dengar, aku nggak akan tinggal diam. Jadi, sebelum kamu menyesali semuanya ..." Tiara menjeda ucapannya, ia mengatur napas agar emosinya terkendali. "Tinggalkan Bagas." Lanjut Tiara.
Arimbi tidak terima dengan ancaman Tiara, "aku nggak takut ancamanmu, aku nggak akan meninggalkan Bagas. Sekarang kamu keluar sendiri atau kupanggilkan satpam, siapa tahu kamu lupa pintunya di sebelah mana." Sindir Ykara
Tiara menggeram marah, "kamu akan menyesal." Gertak Tiara sebelum akhirnya ia melangkah menuju pintu.
Arimbi membuang napas kasar, ia duduk kembali dikursinya. Jari jemarinya bertaut, dadanya berdetak kencang, ia tidak menyangka akan menghadapi kemarahan Tiara di kantornya. Perempuan itu nekat sekali, mendatanginya ke kantor dan mengancamnya.
"Bagas nggak boleh menikah dengan perempuan seperti Tiara." Kata Arimbi pada dirinya sendiri.
***
"Tiara."
Tiara menoleh begitu mendengar ada seseorang memanggilnya, selama beberapa detik ia menperhatikan wanita yang kini melangkah cepat ke arahnya.
"Kamu Tiara 'kan?" Tanyanya memastikan bahwa benar ia Tiara atau bukan.
"Iya, kamu sia ..." belum selesai bertanya Tiara langsung mengenalinya. "Nesa, kamu Nesa?" Seru Tiara.
Mereka berpelukan lalu saling menilai.
"Kamu tambah cantik saja?" Puji Nesa.
"Kamu juga sama, kamu ngapain di sini?" Tanya Tiara.
"Aku kerja di sini. Kamu ada acara lain sekarang? Kalau nggak, kita ngobrol diluar aja gimana?" Balas Nesa.
"Tentu saja." Balas Tiara.
"Kamu bawa mobil sendiri atau ..."
"Tadi aku pakai taksi online."
"Ya sudah, ayo." Nesa mengajak Tiara menuju parkiran. Mereka melaju ke sebuah angkringan yang tidak jauh dari kantor Nesa. Sesampainya di sana mereka memesan makanan dan minuman ringan.
"Jadi, kamu kerja disana?" Tiara ingin memastikan bahwa teman lamanya ini memang benar-benar kerja ditempat Arimbi juga bekerja.
"Iya. Kamu pindah dari solo? Ke Jakarta? Sejak kapan?" Tanya Nesa antusias. Ia dan Tiara dulu berada di SMA yang sama di solo, setelah lulus SMA Nesa pindah ke Jakarta bersama orang tuanya.
"Aku nggak pindah, aku ada urusan di Jakarta. Oya, kamu sudah lama kerja di sana?" Tanya Tiara.
"Sudah. Kamu ada urusan apa ke kantorku? Mungkin aku bisa bantu." Tawar Nesa.
Tiara berdehem, "kamu kenal sama yang namanya Arimbi?" Tanya Tiara hati-hati, siapa tahu Nesa dan Arimbi sahabat baik, ia tidak boleh gegabah.
"Arimbi? Ya kenallah, kami satu kantor, kenapa? Kamu ada masalah sama dia? Anak itu emang nyebelin." Cerocos Nesa.
Aha, jadi Nesa dan Arimbi memiliki hubungan yang tidak baik. Ini berita yang sangat baik.
"Oh begitu, tadi aku ngomong sama dia minta dia jauhin tunanganku, tapi dia nggak mau." Jelas Tiara dengan wajah sedih.
"Apa? Arimbi rebut tunangan kamu?" Seru Nesa.
Tiara mengangguk, ia mengambil koli lattenya lalu menyesapnya.
"Jangan-jangan, laki-laki yang datang ke pestaku kemaren itu ya? Namanya Bagas." Tebak Nesa.
"Benar, tunanganku namanya Bagas. Kamu udah ketemu dia?"
"Sudah, Arimbi mengajaknya ke pestaku. Ya ampun, tunanganmu itu cakep banget loh, idaman." Puji Nesa, wajahnya penuh kekaguman, tapi tak lama raut wajahnya berubah kesal, "nggak nyangka, Arimbi tukang rebut tunangan orang. Dia juga matre, jangan-jangan dia deketin Bagas hanya mau memanfaatkannya saja?"
Wajah antusias Tiara tidak bisa di sembunyikan, "maksud kamu?" desak Tiara. Sekecil apapun informasi yang didapatnya tentang Arimbi akan sangat berguna nantinya.
"Iya, waktu itu dia nunjukkin silver card_nya, katanya itu diberikan sama pacarnya, kamu tahu nggak? Arimbi itu suka shopping jadi sudah pasti dia menginginkan hartanya Bagas saja."
Tiara tersenyum, ia sudah memiliki satu senjata untuk menyingkirkan wanita itu.
***
Thanks vomentnya😘😘
#taatiprokes
#jagaimun
#semoga virus corona segera pergi dan bumi kembali pulih aamiin yra🤲
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date
RomanceRaden mas Bagaskara Rahagi Hammani, pemuda tampan berkulit hitam manis, tengah dipusingkan dengan permintaan sang eyang yang mendesaknya untuk segera menikah. Alasannya klise, karena usianya sudah matang untuk menikah, dan Bagas tidak merasa seperti...