Sudah hampir dua minggu keberadaan gundik tercintanya tidak ada di kediaman Joohyun dan suaminya. Seminggu ini juga Joohyun terkurung di rumah ini, suaminya tak membiarkan ia keluar jika tak bersama dengan lelaki itu.
Joohyun tak akan menampik perasaan tersiksa yang dialami hatinya sekarang, sesekali air matanya menggenang di pelupuk ketika pikirannya jauh mengenang waktu-waktu mereka berdua.
Telapak tangan Joohyun mengelus lembut pipi tembam Yuta yang agak memerah, bukan apa-apa, bayi kecil itu akhir-akhir ini lebih sering menangis, yang terkadang menyebabkan Joohyun sendiri kewalahan sedikit. Kini bayi Seulgi tersebut menikmati tidur siangnya dengan tenang setelah hampir 15 menit menangis.
Joohyun sengaja menempatkan dirinya dan Yuta di kamar Seulgi dahulu, selalu di setiap kesempatan kedua manusia itu akan selalu menghabisi waktunya di ruangan penuh dengan berbagai kenangan.
Wanita bermata bulat itu tau, mengapa Yuta menjadi lebih rewel dari sebelumnya. Karena ia juga merasakan itu, hampir di setiap harinya.
"Aku juga merindukan ibumu, Yuta."
----
Tiga hari berada di kota, setidaknya bisa mengusir rasa jenuh dan tertekan Joohyun beberapa hari belakangan karena terkurung di kediamannya sendiri.
Selama di kota juga Joohyun, sebagai ibu pengganti Yuta membelikan beberapa perlengkapan yang sekiranya diperlukan Yuta.
Di usianya yang memasuki bulan ke 5, lelaki kecil itu sesekali Joohyun lihat berusaha untuk tengkurap, Joohyun bahkan harus lebih lagi mengawasi Yuta. Ah, Yuta pun juga tertangkap beberapa kali bergumam sepatah kata walau tak jelas.
Joohyun keluar bersama dengan suaminya dari mobil yang mengantar mereka kembali ke kediamannya, penjara sementara Joohyun.
Dengan hati-hati Joohyun menggendong Yuta, agar bayi tersebut tak terbangun.
Wanita itu berjalan di belakang suaminya, dengan sengaja melambankan langkahnya. Mencuri waktu untuk memeriksa kotak surat yang akhir-akhir ini meresahkan hatinya.
Sama seperti hari-hari sebelumnya, tidak terisi apapun di dalamnya.
----
Sore menjelang malam setelah memandikan Yuta dan menyiapkan makan malam, Joohyun termenung di kamar Seulgi bersama dengan bayinya.
Menatap cincin yang melingkar di jari manisnya, bukan cincin emas dari suaminya. Tapi cincin yang Seulgi belikan di pasar malam waktu itu.
Joohyun masih menyimpannya, selalu, bahkan jika bisa ia lebih memilih memakai cincin pemberian Seulgi dibanding suaminya itu. Hanya sayangnya, wanita itu berani melingkarkan cincin dari Seulgi itu saat suaminya sedang tidak di rumah, seperti saat ini.Jarinya mengusap ukiran berbentuk huruf 'S' pada benda tersebut, mengenang kembali malam dimana Seulgi menyingkirkan cincin pernikahan miliknya dan menggantinya dengan cincin tak seberapa itu. Saat Seulgi mengecup lembut tangannya, dan berucap 'Selamat! Sekarang kau telah menjadi istri sah ku, Kang Joohyun.'
"Kang Seulgi, istrimu ini merindukanmu..."
Entah sudah keberapa kalinya kata 'rindu' itu terucap untuk Seulgi, hanya saja perasaannya tak akan pernah lelah jika itu menyangkut tentang Seulgi.
Benar, Joohyun sudah jatuh terlalu dalam untuk perempuan sipit itu.
---
Langkah kaki Joohyun bergema ketika turun dan menghampiri suami tak tercintanya itu.
Tentang suaminya, setelah kejadian kemarin, ia terus menyalahkan Seulgi, betapa menyesalnya ia membawa perempuan itu masuk ke dalam rumah tangganya. Betapa menyesalnya ia tak bisa menjaga Joohyun dari nafsu bejat gundiknya itu. Kalimat-kalimat tipuan Seulgi kemarin berhasil mengelabui lelaki Jepang itu.
"Ada surat untukmu," Hiyoshi berucap. Menunjukkan amplop berwarna coklat pada istrinya.
Joohyun mengambil langkah lebih dekat untuk menghampiri lelaki itu. Atensinya tertuju penuh pada amplop di genggaman Hiyoshi.
"Atas nama Kwon Yuri." Lanjutnya.
holla, how's your day guys? udah lama bgt ga update ini cerita wkwkw makasih yg masih baca dan vote utk cerita ini 💞
anw,
Cerita Seulgi udah end di draft gw, tinggal tunggu waktu untuk di publish aja hehe. oke, makasih guys sekali lagih-2 utbk, terpantau sptnya gw bakal nembak di semua subtest :))))) 👍👍👍👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Seulgi
FanfictionJoohyun turun dari ranjang, namun tertahan keluar atas pertanyaan Seulgi, "Joohyun, apa yang kau lakukan?" "Mencicipi manisnya dirimu lagi." Wanita itu tertawa kecil melihat reaksi terkejut Seulgi, kemudian meninggalkan gundiknya itu.