hanya untukmu, duniaku

1.6K 159 7
                                    

"Joohyun, waktu kita singkat. Ayo segera ambil barang-barangmu." Suara itu, suara Seulgi terdengar sangat jernih di pendengarannya, seolah-olah indra pendengarannya hanya mampu menangkap gelombang bunyi yang dikeluarkan oleh wanita di hadapannya. Lengan Joohyun bahkan disentuh dengan cengkraman yang halus, ini nyata, Seulgi-nya berada di sini. "Bawahan suamimu sudah tak banyak di bawah, serangannya semakin menjadi-jadi. Kita harus segera keluar dari sini, Joohyun!"

Seulgi menjauh darinya, berpindah menuju Yuta, ia mendekap bayi mungil itu dengan kasih sayang juga rindu, menciumi dahi kecilnya. Joohyun mengambil tas yang berisi perlengkapnnya dan Yuta disiapkan sebelumnya, ia tergesa mengobrak-abrik lemari pakaiannya mengambil seluruh barang berharga miliknya.

"Kemari, tolong bawa dia. Kau tetap di sampingku." Joohyun mengambil alih Yuta. Tapi sebelum melewati pintu untuk keuar, keduanya dapat mendengar derap kaki yang begitu keras, seperti berlari menuju tempat ini. Ancang-ancang Seulgi siapkan, Joohyun ia titahkan untuk menjauh.

"Ck, sialan!" desis Seulgi kesal. Hiyoshi datang.

"Apa yang kau lakukan di sini, Pengkhianat?" Murkanya datang bagi Seulgi, yang diajukkan pertanyaan tak menanggapi apapun. Seulgi diam seribu kata namun matanya berbicara tiada henti, ada amarah, kebencian, dan juga jijik akan orang yang baru saja datang ini. "Jangan coba-coba kau membawa istri dan anakku pergi."

Istri dan anakknya? Kebenarannya yang ia dengar malah menjadi semacam lelucon, dalam hati Seulgi tertawa. "Yuta anakku, dan Joohyun memang istrimu," ucap Seulgi, ia melirik sekilas pada kedua orang yang sedang menjadi pembahasan sebelum kembali berucap "tapi kurasa Joohyun sudah tak sudi lagi menyandang status itu. Ia tak pantas bersama dirimu. Kau itu sengsaranya, Hiyoshi."

Seisi ruangan itu dibuat terkejut akan Hiyoshi bergerak maju mencekik Seulgi, berharap perempuan dicengkramannya itu merenggang nyawa. Hiyoshi terlihat seperti kerasukan saat ini, bahkan tiba-tiba tertawa. Yuta pun turut mengambil andil, menangis dengan kencang, terkejut dengan suara begitu bising diciptakan oleh orang-orang disekitarnya. "Selanjutnya giliranmu, Joohyun!"

Di bawah siksaan, Seulgi menggeram, berusaha mengumpulkan seluruh tenaganya, mencengkram kuat-kuat pisau sedaritadi ia bawa. Ini kesempatannya, menghabisi satu-satunya penghalang hubungannya dan Joohyun. Lelaki yang juga membuatnya berjumpa dengan Joohyun, tak ada terima kasih untuk itu, Seulgi sudah kepalang benci pada Hiyoshi.

Satu tusukan.

Dua tusukan.

Tangannya bergerak liar menikam pisau itu ke bagian belakang tubuh Hiyoshi, semua energi di dalam tubuhnya ia kerahkan di lengan sedang bekerja keras. Ia tak ingin tahu ada berapa luka tusuk ditorehkan di badan kokoh Hiyoshi, ia hanya membutuhkan Hiyoshi mati.

"Bajingan!" rintih Hiyoshi, cengkraman tangannya di leher Seulgi mulai melemah, kehabisan tenaga. Fokusnya tertuju pada segala rasa sakit ia terima sekarang, sakit bertubi-tubi. Penglihatannya mengabur, namun dengan yakin ia menyaksikan seringaian Seulgi di bawahnya.

Dibutuhkan pengorbanan untuk sebuah permulaan baru, maka Hiyoshi lah pilihan tepat. Ia pantas mendapatkannya. Selamat pergi ke neraka, Hiyoshi.

SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang