saranghae?

3K 376 35
                                    

maap kelamaan 🙏🙏




















"Surat dari siapa?" Tanya Joohyun yang baru saja turun dari lantai atas, menghampiri Seulgi di ruang tengah.

"Suamimu."

"Bisa bacakan untukku? Aku agak malas membacanya." Seulgi mengangguk patuh, merobek amplopnya pertama kemudian membaca itu dalam hati.

Beberapa kali Joohyun menangkap perubahan wajah Seulgi saat membaca kalimat-kalimat yang tertera di secarik kertas itu. "Ada apa?" Tanya Joohyun saat Seulgi selesai membaca itu.

"Hanya menanya kabar," Seulgi mendekati Joohyun yang sedang duduk di salah satu kursi di sana, "Dan... ia menyuruhmu untuk tak lupa akan kepulangannya."

Joohyun mengangguk namun sedikit bingung dengan wajah Seulgi yang terlihat tak suka ketika melihat tulisan di surat itu lagi, "Lalu, ada apa dengan mukamu?"

Tangan Seulgi reflek menyentuh wajahnya, "Tidak ada apa-apa." Jawab Seulgi dengan lugunya.

"Maksudku, ekspresimu. Apa kata-kata yang ditulis begitu menyebalkan?" Joohyun menarik kertas itu dari Seulgi. Dan membacanya, tapi ia tak menemukan mengapa Seulgi seperti tadi.

"A-aku hanya sedikit tak suka dengan kata 'sayang' di situ, agak menggelikan bagiku membayangkan ia bicara seperti itu padamu," Ujar Seulgi, menundukkan kepalanya malu.

Joohyun terkekeh kecil mendengar alasan itu, "Bukankah untuk sekarang aku istrimu, Seulgi?" Joohyun sedikit berbisik ketika menanyakan itu.

Seulgi mengangguk ragu, "Tenang saja. Sekarang anggap bahwa lelaki itu hanya orang ketiga di antara kita, mengerti?" Tangan Joohyun menarik milik Seulgi, kemudian mengecupnya lembut beberapa kali.

Seulgi mengangguk kembali disertai senyuman kecilnya.

Hah... Joohyun sudah jatuh terlalu dalam untuknya.

----

Tak banyak yang Seulgi dan Joohyun lakukan sepanjang hari ini, Joohyun hanya menemani dan mengamati bagaimana 'istri sementaranya' merawat buah hatinya.

Seulgi terlihat sangat keibuan dengan tatapan hangat yang selalu ia berikan pada bayi kecil itu.

Tangan kecil Yuta terus menggegam salah satu jari Joohyun, ketika Joohyun mencoba untuk bermain dengan bayi yang sedang duduk di pangkuan ibunya.
Sore ini mereka bersantai di teras belakang rumah sambil menikmati secangkir teh hangat.

"Joohyun, kau harus mulai belajar merawat lelaki kecil ini." Ucap Seulgi tiba-tiba, mata bulat Joohyun menatap Seulgi bingung. "Hanya persiapan saja Joohyun. Merawat bayi tak semudah yang kau lihat."

"Kenapa? Setelah Yuta menjadi anakku pun kau akan tetap bersamaku."

"Karena itu, karena kau akan menjadi ibunya, harusnya sudah ada persiapan."

"Kalau begitu, aku akan membawa pengasuh ke rumah ini."

Seulgi menolak cepat. Terlihat sedikit marah, ia berbicara dengan nada yang terdengar tegas, "Tidak. Jadilah ibu anakku. Aku mempercayaimu. Aku akan mengajarimu kalau begitu."

Kepala Joohyun mengangguk, "Baiklah."

Kecupan kecil mendarat pada salah satu pipi Joohyun, Joohyun melirik Seulgi dengan pipi yang memerah.
"Jadilah ibu yang baik." Ucap Seulgi.

----

Tak ada pergulatan panas malam ini.
Keduanya tidur seperti biasa, kecuali Seulgi yang terbangun di tengah malam karena bayinya yang rewel.

Seulgi mengangkat tubuh Yuta dari ranjang bayinya dan menggendongnya, berusaha menenangkan anaknya.

Penghuni kamar lainnya juga ternyata telah membuka matanya, mengamati interaksi ibu dan anak itu, sampai suara tangis Yuta meredam lalu kembali terlelap.

"Seulgi." Yang dipanggil sedikit terkejut.

"Ah kau terbangun. Mian." Wanita sipit itu masuk kembali ke dalam selimut yang sama, mendekat pada tubuh Nyonya-nya. "Ayo tidur lagi."

Lengan kecil Joohyun melingkari pinggang Seulgi, "Kupikir aku belum siap menjadi ibu." Lirih Joohyun pelan.

Tangan Seulgi yang balas mendekap Joohyun semakin menyempitkan jarak diantar kedua tubuh mereka. "Tak apa. Awalnya aku berpikir juga aku tak bisa, tapi setelah aku melakukannya, aku mulai belajar dan bisa melewati ini. Tenanglah, ada aku." Seulgi mengelus surai hitam itu lembut.

Kepala Joohyun yang semula bersembunyi di ceruk leher Seulgi terangkat dan mengecup bibir tipis gundiknya itu. "Seulgi, saranghae..."

Keduanya tersenyum dan Joohyun kembali terlelap.

Sedangkan wanita yang satu lagi masih terjaga, kedua monolidnya menatap langit-langit kamar itu.



























Saranghae?

Terdengar menggelikan.

SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang