rindu

1.9K 277 19
                                    

Esok paginya, Seulgi tak menemukan Nyonya rumah itu di kediaman ini.

Ah, ia lupa.

Suaminya hari ini akan pulang, tentu ia akan menjemput lelaki itu.

Dirinya mungkin akan kembali memulai kegiatan sehari-hari tanpa di temani wanita itu.

Pasangan suami istri itu baru sampai di kediaman saat hari mulai menggelap. Seulgi yang harus bersikap sopan, ikut menyambut Tuannya itu, sambil sesekali melirik pada istrinya.

Bahkan Joohyun menghindar membuat kontak mata dengannya.

Selanjutnya, mereka ya hanya makan malam. Seperti biasanya. Hening, tak ada suara selain dari dentingan sendok dengan piring.

Kali ini istri sang jenderal yang balik mencuri pandang pada perempuan yang duduk tenang di hadapannya.

Oh, sepertinya dia tampak biasa saja sejak pertengkaran mereka semalam.
Tak ada aksi membujuk dari gundiknya.

Lagipula, apa susahnya mengungkapkan bahwa Seulgi mencintainya jika memang benar mencinta, bukan?

---

Beberapa hari setelah kepulangan suami Joohyun, sebuah pesta dirayakan di rumah mereka. Tidak tau ada gerangan apa, kata suaminya hanya merayakan kemenangan yang akan terjadi sebentar lagi.

Semuanya telah dipersiapkan semenjak pagi buta, termasuk mengurung Seulgi di kamarnya. Sendirian.
Bayi gundik itu akan di kenalkan nantinya sebagai anak sah Hiyoshi dan Joohyun, dengan segala kebohongan yang sudah tersusun rapi.

Semenjak pagi juga Seulgi tak melihat Nyonya rumah ini.
Sudah berhari-hari perang dingin ini berlangsung dan Seulgi hanya bisa menatap Joohyun, tidak lagi dapat melakukan hal seperti biasa.

Mungkin, dirinya merindukan Joohyun.

Mungkin.

Rumah di malam hari mulai terdengar ramai.

Namun dirinya merasa kesepian di kamar ini, bayi kecilnya telah di bawa Mbok Dewi beberapa menit lalu.

Seulgi menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Dirinya sama sekali tak tahu harus melakukan apa di dalam ruangan ini.

Tidur? Mengantuk pun tidak.

Joohyun sebenarnya agak malas mengikuti pesta yang sudah berlangsung hampir 2 jam ini. Suasana hatinya tak baik.

Terlalu diberati dengan kerinduannya pada Kang Seulgi.

Seperti ada yang tak terlengkapi dalam dirinya sejak mereka saling tak berinteraksi. Mungkin itu juga penyebab Joohyun pergi secara diam-diam menuju kamar Seulgi dengan segelas anggur di tangannya. Meninggalkan suaminya yang sudah sibuk dengan para tamu undangan ditemani Yuta di gendongan lelaki itu.

"Seulgi?" Panggil Joohyun lembut, Seulgi yang sedang memejamkan matanya sambil berbaring langsung membuka daun pintunya.

Joohyun dengan gaun ungunya, terlihat sangat manis, sangat indah.
Gaun itu bahkan tak menutupi area bahunya.

Seulgi dibuat termenung karena pemandangan di depannya itu.

Dan, satu lagi.
Penampilan baru Joohyun dengan poninya, semakin menambah kesan manis pada perempuan itu.

Seulgi kembali sadar ketika dorongan masuk dibuat oleh Joohyun, pintu kamar itu kemudian di tutup oleh wanita itu.

"A-apa yang kau lakukan di sini, Joohyun?"

Tak langsung membalas dengan ucapan, Joohyun membalas dengan sebuah pelukan erat. "Aku merindukanmu," Ungkapnya.

Perlahan Joohyun merasakan dekapan juga di tubuhnya. Ia tersenyum senang menyadari itu.
Lebih senang lagi saat Seulgi mengelus punggungnya lembut disertai kecupan-kecupan di pucuk kepalanya.

"Suamimu tahu kau ke sini?"

"Mungkin tidak."

Joohyun memberi segelas anggur yang tadi ia bawa ke Seulgi.

"Ada apa dengan pestanya sampai kau ke sini?" Tanya Seulgi setelah meminum beberapa teguk anggur itu.

"Aku hanya bosan disana." Nyonya-nya itu melangkah ke ranjang, dan menduduki dirinya di situ.

"Aku juga kebosanan di sini, Joohyun."
Seulgi menghampiri perempuan itu dan duduk di sampingnya. "Tapi, jika kau disini, mungkin bosan itu sudah pergi entah kemana."

Joohyun menoleh dan tersenyum akan pernyataan Seulgi tadi. Tangannya bergerak mengusap bibir Seulgi yang terlihat basah.

Tiba-tiba saja, Seulgi yang menarik tengkuknya, saling berbagi ciuman rindu.
"Kau terlihat luar biasa sekali hari ini," Jujur Seulgi tentang apa yang ia rasakan sejak melihat Joohyun di ambang pintu tadi.

Kemudian melumat kembali bibir itu, semakin dalam, dan mulai terlena.
Posisi mereka bahkan telah berubah sekarang, Joohyun berada di bawah kukungan Seulgi saat ini.

Seulgi menciptakan jarak sejenak di antara wajah mereka, memandangi betapa indahnya Joohyun malam ini. Jemarinya dengan lembut menyingkirkan poni di dahi nyonya-nya itu, sebelum memberi kecupan hangat tepat di tempat itu. Kecupan-kecupan itu menyebar mulai dari kedua kelopak mata Joohyun, pipi wanita itu, hidung mancungnya, semua dijelajahinya dengan bibirnya, tanpa terkecuali.

Seulgi kembali memagut perempuan dibawahnya, merasa belum puas dengan ciuman-ciuman sebelumnya.
Joohyun membalas tak kalah bersemangat, salah satu hal yang ia rindukan dari Seulgi ialah bibir tipis Seulgi yang lembut.
Telinga keduanya menuli akan hal yang terjadi di luar kamar, telah dibutakan oleh hasrat yang menguap keluar.

















"Apa yang kalian lakukan!?"

SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang