manis

3.9K 457 39
                                    

aku ksh ini dulu. Blue-nya soon✌️





















Tangan Seulgi tak hentinya mengelus kepala Joohyun yang berada di dadanya.

Ya, Joohyun lebih memilih menyicip air susu Seulgi, karena ia lebih penasaran akan hal itu.

Joohyun menyesapnya lembut di awal, namun lama kelamaan hisapannya semakin kuat, mengakibatkan desahan keluar dari bibir tipis Seulgi.

Tangan Seulgi meremas bahu Joohyun, menyuruh wanita itu untuk mundur, menjauh.

Kepala Joohyun menjauh sebentar, tapi ia kembali mendekatkan pada payudara yang belum terjamah mulutnya. "Jo-Joohyun."

Joohyun tetap kekeuh dengan posisinya, "Cukup." Tegas Seulgi.

"Kau yang menawarinya sendiri, tapi kau juga yang menghentikan," Sebal Joohyun, mukanya cemberut.

"Kau menyesapnya terlalu kuat, bisa-bisa asi-ku habis hanya untuk menyusui-mu." Katanya sambil membenarkan gaunnya, "Aku tak ingin anak ku mati kelaparan atau berakhir meminum air tajin."

"Baiklah, asal jangan kau berikan juga itu pada suamiku. Aku tidak ikhlas berbagi dengannya." Titah Joohyun asal, seakan-akan Seulgi hak miliknya.

"Hey, pemilik utamanya adalah bayiku. Kau yang meminta padanya, memangnya kau akan terus menyusu padaku?" Kata Seulgi tak terima.

Kepala Joohyun ia anggukan cepat, "Rasanya manis." Seulgi hanya tersenyum mendengar pernyataannya.

"Sepertinya suamiku akan pulang, aku keluar dulu. Tidurlah." Joohyun mendekatkan bibirnya pada milik Seulgi. Memagutnya penuh kelembutan, walau tak ada balasan dari Seulgi yang masih setia kaget.

Joohyun turun dari ranjang, namun tertahan keluar atas pertanyaan Seulgi,
"Joohyun, apa yang kau lakukan?"

"Mencicipi manisnya dirimu lagi." Wanita itu tertawa kecil melihat reaksi terkejut Seulgi, kemudian meninggalkan gundiknya itu.

Sepulangnya sang tuan, telinganya menangkap saup-saup desahan Nyonya-nya. Sekarang perasaannya ikut bersedih karena mendengar desahan itu, bukan cemburu. Ya karena memang ia tahu, pasti Joohyun tak benar-benar mengingini pergumulan itu malam ini.

"Appa-mu, menjijikkan." Tegasnya pada bayi di sampingnya, matanya tertutup damai, wajahnya memang lebih mewarisi pihak lelaki, tapi ia lebih berharap anaknya bukan seorang lelaki berotak selangkangan.

----

Selama tuannya mendapat istirahat dari kerjanya, Joohyun jadi jarang menemaninya. Sang tuan dan nyonya beberapa kali meninggalkan kediaman hingga tengah malam, untuk menghadiri beberapa pesta.

Beruntung ia masih punya mbok Dewi, yang setia menemaninya mengurus bayi kesayangan sang tuan itu.

Seulgi menyadarinya. Seseorang mendekatinya. Namun, tatapannya hanya tetap tertuju pada pemandangan di belakang rumahnya, sebuah padang rumput yang luas, banyak kambing-kambing manusia pribumi bertebaran di situ karena cahaya mata hari di sore hari tak kalah terik saat di pagi hari.

"Seulgi." Panggilan halus Joohyun, mengakibatkan ia menoleh pada perempuan yang telah duduk di sebelahnya.

"Hai." Sapa Seulgi singkat disertai senyumnya.

"Bagaimana mengurus bayimu tanpa diriku?" Seulgi mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan tersebut. Tentu saja berjalan seperti biasa. Tak ada yang berbeda.

"Ini bayiku tentu saja aku bisa mengurusnya Joohyun, bahkan tanpa dirimu." Entah itu akan menyakiti perasaan perempuan di sebelahnya atau tidak, Seulgi tak ingin memikirkannya.

Mereka kembali terdiam kembali.

Lirikan Joohyun sesekali tertuju pada bayi yang tertidur tenang di dekapan ibunya, apa ia tak punya kegiatan lain selain tidur?

"Seulgi," Panggilnya kembali, "Aku ingin bertukar dengan Yuta." Ujarnya, ia menundukkan kepalanya.

Seulgi menoleh, "Maksudmu?"

"Lakukan padaku seperti yang kau lakukan pada Yuta sekarang." Seulgi termenuk sejenak.

Ia bangkit lebih dahulu, "Suamimu di rumah?"

Gelengan kepala Joohyun berikan sebagai tanggapan.

"Ayo ke kamarku."

SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang