pengkhianat

3.1K 376 23
                                    

Seulgi terbangun.

Jantungnya berpacu dengan cepat, keringat menbasahi tubuhnya kembali.
Ia menggigit bibir bawahnya, mimpi itu muncul kembali, ketakutan memenuhi hatinya. Ia benci. Sangat benci ketika perasaan itu muncul kembali.

Monolidnya melirik pada Joohyun yang terlelap dengan tenang. Mendekatkan tubuh mereka kembali, Seulgi merengkuh Joohyun erat.

Ia tak ingin Joohyun bernasib seperti 'itu'.

Seulgi takut.

Perlahan air matanya turun, menahan isakannya agar Joohyun tak terusik. Menatap Joohyun dalam-dalam, merapikan helain rambut hitam itu.

Seulgi memberi satu kecupan berarti pada kening Joohyun dengan perlahan. Perasaannya campur aduk kali ini.

Membisikkan sebuah kalimat yang mungkin tak akan Joohyun dengar saat ia terbangun.

----

Pagi datang.

Ia kembali mendapati sisi di sebelahnya kosong. Joohyun menghela nafasnya. Sebenarnya ia agak kesal karena hal ini dan ini yang kedua kalinya.
Tapi mau bagaimana lagi, Seulgi sudah memiliki anak tentu hampir semua waktunya tersita untuk buah hatinya itu.

Ia tersenyum kecil melihat gaun bersih serta handuk kimononya pada meja kayu itu, tentu saja Seulgi yang menyiapkan itu.

Ia terasa seperti bayi Seulgi saja.

Seperti Yuta yang harus disiapkan ini itu.

Joohyun iri dengan bayi itu.
Seulgi selalu bersamanya dan menomor satukannya.

Joohyun juga ingin.

Tak ingin berlama-lama dengan tubuh lengket dan perasaan konyolnya itu, Joohyun melilitkan selimut pada tubuhnya, melangkah masuk ke kamar mandi.

---

Suasana mencekam terjadi di dapur saat ini antara Seulgi dan Mbok Dewi yang sedang menyiapkan sarapan untuk Joohyun. Seulgi hanya merasa Mbok Dewi sedikit bersikap dingin padanya sekarang.

Seulgi menaruh sarapan Joohyun di nampan yang akan segera ia bawa pada Joohyun. "Seulgi."

Yang dipanggil menatap sumber suara. Mbok Dewi memberikan tatapan datar pada dirinya namun menusuk "Apa yang kau lakukan dengan Nyonya?"

Dahi Seulgi mengerut, sedikit bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan, bukan bingung karena tak mengerti, tentu ia mengerti banyak kata setelah beberapa bulan disini, "Aku tak melakukan apa-apa."

"Tadi malam. Aku mengetahuinya Seulgi." Pikiran Seulgi kosong, tak tahu harus menjawab apa.

Sial.

"Sebenarnya aku tak ingin ambil pusing tentang itu. Tapi yang perlu kau ketahui, Hiyoshi membenci seorang pengkhianat. Ia tak segan-segan untuk menghabisi nyawa pengkhianat itu, jangan tanya aku tahu dari mana." Setelahnya Mbok Dewi menjauh meninggalkan Seulgi dengan senyuman anehnya.







Seulgi membuka pintu kamarnya perlahan, bersamaan dengan pintu kamar mandi terbuka, Joohyun keluar.

Menaruh nampan itu di nakas dekat ranjang, sedangkan ia mendekati Joohyun, memeluknya dari belakang. Menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher wanita yang lebih tua.

Joohyun hanya tersenyum kecil menerima perlakuan Seulgi, "Seulgi aku ingin berpakaian."

Berlawanan dengan yang seharusnya dilakukan, Seulgi semakin mengeratkan pelukannya. Kecupan-kecupan kecil mendarat di leher Joohyun. "Sekali ya?" Lirihnya.

"Seul, masih pagi dan juga Mbok Dewi pasti tidak tidur. Jangan sekarang." Jawab Joohyun, menolak secara halus.

Tapi sayangnya Seulgi tak peduli, tangannya malah membuka pengait handuk kimono itu, merayap masuk untuk meremas salah satu payudara Joohyun, menghiraukan aksi berontak Joohyun. "S-seul..." Erangan keluar dari bibir mungil Joohyun.

Sambil tetap memeluk, Seulgi menarik tubuh Joohyun, tubuhnya duduk pada tepi ranjang dengan Joohyun di pangkuannya.

Membuka perlahan kain yang menutupi tubuh Joohyun, punggung mulus itupun tersuguh di depan mata sipit itu, mengecup dan menjilati kulit halus itu setelahnya dengan tangan yang tak bermain pada kedua buah dadanya. "Nghhh..." Joohyun ingin mendesah sepuasnya, tapi kesadarannya masih tersisa, Joohyun takut ketahuan.

Puas mencicipi punggung Joohyun, Seulgi melebarkan kakinya sedikit, yang artinya kaki Joohyun juga ikut melebar. Membawa masuk dua jarinya pada mulut Joohyun, Joohyun hanya menurut dan menghisap jari-jari itu.

"Cukup." Titah Seulgi sedikit berbisik, mengeluarkan jarinya dan memasukkannya kembali, tentu pada vaginanya.

"Eunghh... S-seul~" Menutup matanya karena sensasi nikmat itu. Keluar-masuk dengan konstan, salah satu buah dadanya juga ikut diserang, remasan lembut, puting yang dicubit, bahkan dipelintir. Kepalanya mendongak, tubuhnya bersandar ke milik Seulgi.

Ini bahkan masih terlalu pagi bagi Joohyun untuk mendesah tak karuan.
Gerakan jari itu lama-kelamaan bertambah cepat dan semakin liar diiringi erang dan desah Joohyun yang tak bisa wanita itu tahan lagi.

"Seulgi!" Joohyun sampai pada puncaknya, nafasnya tersengal-sengal, panas ia rasakan di liangnya, juga cairan itu mengucur keluar menbasahi tangan serta gaun Seulgi.

Kembali ia mendapati banyak kecupan di bahunya. Seulgi kurang ajar.
"Seulgi, aku malas mandi dua kali!" Kesalnya, memukul lengan Seulgi yang mengerat di pinggangnya.

"Kalau begitu, kita lanjutkan saja," Tawar Seulgi, ia meniup-niup belakang telinga Joohyun, Nyonya-nya itu menggemaskan jika marah begini.

"Tidak. Bawa aku ke kamar mandi sekarang!"

"Baiklah, Nyonya!"


enak ya kalian dpt asupan bulan item trs

SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang