;delapan

69 6 2
                                    

   Pertama kali, Hyunjin bertemu Viola itu keduanya sama-sama dalam masa orientasi.

Siang itu, waktu isoma, Hyunjin yang bukan beragama islam tentu saja duduk santai diluar masjid sekolah. Menunggu beberapa temannya yang hendak solat dulu, sebelum makan.

Cewek itu, Viola, tiba-tiba saja datang sama seorang temennya, dia menyapa Hyunjin, selagi cewek itu membuka sepatunya sebelum masuk kedalam masjid. "Lo ngapain disini? enggak solat?" tanyanya.

Hyunjin tersenyum kecil, lalu mengeluarkan kalung salib yang dipakainya di dalam seragam.

Viola senyum lagi, "oh, maaf ya." ucapnya sebelum berbalik masuk kedalam masjid. 

Mulai sejak itu, Hyunjin suka memperhatikan Viola, yang ternyata, mereka satu kelas. Tapi Hyunjin baru sadar. Maklum, dia terlalu cuek dengan keadaan sekitar. Karna terbiasa dideketi duluan dengan orang-orang.

Viola itu ramah. Juga, perhatian. Itu yang Hyunjin suka, bahkan, mungkin teman-temannya juga? Karna dia memperhatikan semua teman-temannya. Makanya, Hyunjin ingin jadi bagian dari teman Viola.

"Hyunjin."

"Hyunjin."

"Hyunjin?"

"HYUNJIN!"

Cowok itu, bangun. Bangun dari tidurnya. Akhirnya, matanya terbuka, susah payah Hangyul buat cowok itu bangun, hampir dipikir mati karna sejak kemarin malam sampai ketemu malam lagi ini anak masih tertidur.

"Kak, lo minum?"

Hyunjin mengernyit, mengenal si pemilik suara.

"Enggak, ola." jawab Hangyul, dan saat itu juga Hyunjin menengok.

Matanya mendapati cewek berhoodie oversize berwarna pink disana.

"Lo sakit?" Viola, cewek itu berada disampingnya.

Hyunjin tidak jawab. Kepalanya sangat amat pusing akibat hangover.

"Hyunjin.. ayo bangun," ujar cewek itu berusaha mengangkat tubuh Hyunjin.

"HANGYUL BANTUIN GUE!!" walaupun, Viola terbilang cukup kuat untuk ukuran cewek. Tetap saja, dia tidak sanggup mengangkat Hyunjin keluar dari kamarnya ini sendirian.

Bersama Hangyul, Viola membangkitkan manusia pemalas ini. Membawa Hyunjin masuk kedalam kamar mandi. Viola tidak sanggup melihat Hyunjin yang sangat amat berantakan.

"ANJING!" Hyunjin terkejut.

Matanya yang sayup-sayup itu mulai sadar dan memeluk dirinya sendiri yang kedinginan disiram air dingin.

Viola membasuh puncak kepala serta wajah Hyunjin dibawah shower yang dibiarin menyala.

"Ola.. "

"Apa?"

"Jangan tinggalin gue.. "

"Siapa yang ninggalin lo? Gue disini."

Bohong.

Hyunjin terbangun dari tidurnya.

Mimpinya lagi - lagi sama.

Kedua matanya menatap jam yang menunjukkan pukul 2 dini hari. Hampir seharian penuh Hyunjin tidur.

Diambil ponselnya yang tergeletak diatas nakas. Belasan pesan diterimanya dari teman-temannya yang menanyakan keberadaannya. Satu nama disana menyadarkannya, jarinya langsung bergerak memilih membukanya diantara tumpukan notifikasi itu.

👤Ola ola ୧(・⁠ω⁠・)୨

lo dimana?
21.09 seen.

dirumah

lo ngga mabok kan?

dikit

bsk masuk sekolah?

gatau

lo ngga sakit kan?
kenapa??
lo sakit??

lo beneran pacaran?

iya, makanya masuk
nanti gue cerita

bukannya lo ga tertarik pacaran?

why not?
mereka bilang ini masa sma

- -

Hyunjin meletakkan kembali ponselnya. Kepalanya masih sedikit pusing. Oh, biasanya cewek itu bisa tiba-tiba datang kalau dirinya sudah bolos lebih dari sehari.

Tapi, kali ini tidak.

Hanya dalam mimpinya.

Why not? Ck.

So, why not with me ola?!

Kenapa Jeno? Tidak lebih dari sebulan cowok itu mengenal Viola.

Memangnya orang seperti Hyunjin yang suka membual kata-kata manis tidak akan pernah dianggap serius?

Menyatakannya saat mabuk dipikir melantur.

Menyatakannya saat sadar pun Hyunjin berani bertaruh Viola akan menganggapnya bercanda. Itu kenapa dia melampiaskan pada cewek-cewek lain. Terlalu frustasi menghadapi Viola.

Apa - apaan Lee Jeno itu baru mengenal Viola dan langsung mendapatkan hatinya? Memang ada jaminan cowok yang berkata sedikit itu lebih baik darinya.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2] Pacar (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang