;duabelas

27 2 0
                                    

Viola terkejut, ketika berbalik hampir tabrakan dengan Hyunjin.

Oh, damn. Kenapa kayak awkward ginih rasanya?!?!

"Udah?" tanya Hyunjin,

Viola yang kembali sadar langsung menggeser tubuhnya memberikan Hyunjin, jalan. "udah." jawabnya, sebelum kembali melangkah ke mejanya.

Hyunjin duduk bergabung dengan teman-temannya. Menyapa Hangyul dari yang paling dekat dengannya. "bro." ujarnya dengan ber-tos ria.

Kalian pasti bingung bagaimana Hyunjin bisa berteman dengan Hangyul dan kawan-kawan sampai sedekat itu.

Awalnya sih, karna kakak kelasnya itu membujuk Hyunjin untuk masuk ke tim futsal karna dilihat Hyunjin memiliki banyak potensi. Tapi, terus terang ditolak karna cowok itu sudah memilih masuk tim basket.

Tidak menyerah Hangyul mendekati cowok itu yang semakin lama justru menjadi sahabat karibnya ketika mengetahui memiliki latar belakang yang sama, seperti orang tua mereka berpisah dan ikut dengan sang Ayah.

Hangyul, Hyunsuk dan Lucas berada dikelas yang sama. Mereka sama-sama anak futsal, jadi sudah seperti sepaket dimanapun ditemukan bersama.

Viola terbuka untuk berteman dengan siapapun, karna kedekatan Hyunjin dan Hangyul membuat cewek itu mau tidak mau juga menjadi dekat dengan mereka.

Lucas yang senang melempar jokes, Viola yang suka menanggapi. Hyunsuk yang receh. Begitulah ikatan pertemanan mereka terjalin.

Kalian tau sahabat Viola ada Sisca yang berada dikelas Mipa 1. Kelasnya sangat jauh dengannya yang berada digedung IPS. Lalu, Letta yang berada satu kelas dan menjadi teman sebangkunya itu selalu sibuk dengan urusan OSIS. Mau tidak mau Viola kemana - mana dengan Hyunjin waktu itu, karna cowok itu juga terus mendekatinya sampai menjadi teman dekatnya.

Padahal, Viola paling sering berangkat dan pulang bersama Hyunjin. Alasannya jelas, mereka dekat dan satu kelas. Tapi, sudah Viola katakan cowok itu suka tiba-tiba menghilang.

Dimana letak kesalahan Viola menerima tawaran Hangyul ataupun Lucas yang memberinya tebengan. Memang dasar orang-orang saja yang suka membicarakan yang tidak tidak tentangnya. Berteman dengan cowok - cowok. Asal mereka tau, cowok - cowok itu mama Viola beri makan sampai dirumahnya.

Melihat mereka dari meja berseberangan begini membuat Viola merasa aneh. Biasanya ia menjadi bagian dari mereka.

Hyunjin melirik Viola, diseberang sana. Begitu menyebalkan melihat cewek itu berbagi tawa dengan orang lain. Terlebih orang itu Jeno.

"Sabar, bro." ujar Lucas yang sudah merangkulnya.

"Gue saranin mending lo akur sama jeno. Win win solution. Lo masih bisa temenan sama ola."

"Kalo jeno mau," sambar Hangyul. Melihat cowok satu itu sepertinya ogah berbagi.

"Lagian, suka sama siapa jalannya sama siapa." saut Hyunsuk yang duduk di depannya.

Hangyul tertawa, "playboy nya cuma kedok. Aslinya cupu." ujarnya mengatai cowok bermata minimalis itu alias Hyunjin.

"Dia bilang ngga minat pacaran."

"Itu, buktinya jeno bisa." ujar Hangyul membuat Hyunjin menghela napas dan membuang arah pandangannya kearah lain.

Lucas tertawa bersamaan dengan Hyunsuk dan Hangyul.

"Ayo, ke kelas." ucap Jeno dengan menatap smart watch yang melingkar dilengan kirinya.

Viola ikutan menatap jam tangannya, untuk mengecek berapa menit lagi bel masuknya akan berbunyi. "ayo, deh." ucapnya seraya bangkit dari posisinya. 5 menit lagi masuk.

Gedung IPA lumayan jauh, mereka selalu istirahat dikantin gedung IPS karna Jeno yang selalu menjemput dan mengantarnya kembali ke kelas selesai istirahat.

"Lho, udah mau masuk?" tanya Letta yang kebetulan istirahat bareng kali ini.

"Iya, nanti kalo mepet jeno telat masuk kelasnya." jawab Viola,

"Gue kan juga anak ipa, la." ujar Seungmin yang juga duduk bersama mereka sejak tadi.

"Lo sih, udah biasa telat bahkan ngga ada dikelas." balas Viola pada cowok yang berstatus sebagai ketua Osis itu. Kebiasaannya sering dispen bersama Letta.

"Udah, gue duluan." ujar Viola dengan menarik Jeno untuk pergi darisana.

"Yaelah, gandengan mulu mau nyebrang lo berdua." celetuk Hanji yang lagi-lagi duduk disebelah Seungmin makan bersama mereka tadi.

"Iri aja yang gapunya gandengan." ujar Viola dengan menjulurkan lidahnya.

Jeno hanya tertawa melihatnya.

Hanji alias Han jisung sontak misuh - misuh merasa menyesal menceletuki cewek itu. Benar lagi, truk saja punya gandengan masa dirinya tidak?

"Hyunjin tadi masuk kelas?" tanya Jeno.

Viola menggeleng, "enggak, bolos." jawabnya tidak melihat kehadiran cowok itu dalam kelas.

Jeno mengangguk.

"No, kamu marah sama hyunjin?" tanya Viola mengingat Hyunjin yang pertama kali memukul wajahnya itu tanpa alasan.

Sebetulnya alasannya jelas, hanya saja Viola tidak mengerti.

"Kalo suruh pilih, kamu pilih aku atau hyunjin?" ujar Jeno yang justru memberinya pertanyaan balik bukan menjawab.

Viola meringis, baru tadi pagi ia mengatakan tidak berniat untuk memilih diantara keduanya.

"Kamu pacar aku, hyunjin temen aku."

"Jadi?"

Viola menggantung jawabannya.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2] Pacar (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang