;tujuhbelas

12 2 1
                                    

   Hyunjin tersenyum, melihat Viola bersama Jeno datang.

Bola basket yang berada dikedua tangannya itu segera dilempar masuk ke dalam ring, sebelum beranjak pergi darisana.

"Jin!"

Cowok itu mengangkat salah satu alisnya mendengar Viola memanggilnya. Bersama dengan Jeno, Viola menghampirinya yang sudah berada dipinggir lapangan.

"Gue udah ngga minat--"

"Gue mau minta maaf." sela Jeno,

Viola mengangguk. Membenarkan niat mereka menghampiri Hyunjin untuk meminta maaf.

Hyunjin tersenyum miring, sebelum menengguk botol minumnya.

"Lo berdua sengaja?"

Kedua alis Viola mengkerut, bingung. "sengaja maksud lo?"

"Sengaja bikin gue jadi pemeran antagonisnya disini?"

"La, alesan gue ngga pernah berani ngomong serius soal perasaan gue menurut lo kenapa?"

"Karna gue yakin lo bakal nganggep gue cuma bercanda!"

Viola mundur selangkah, ketika Hyunjin meninggikan suaranya dengan melempar botol minumnya ke sembarang arah.

Kedua tangannya mencengkram kuat Jeno berdiri ditempatnya.

Hyunjin mengadahkan kepalanya keatas dengan menyisir rambutnya frustasi. "lo bilang lo ngga mau pacaran la, bukan ngga punya perasaan lebih dari temen sama gue."

"Jin--"

"Lo berdua ngga perlu minta maaf. Dan, gue anggep ini satu sama." ucap Hyunjin dengan menunjuk bekas lukanya ketika menatap Jeno.

"Jin.. "

"Gue ngga bisa jadi temen lo lagi la, kalo lo mau temenan lagi sama gue, tinggalin dia. Begitupun sebaliknya. Kalo lo pilih dia, jangan pernah jadi temen gue lagi." ucap Hyunjin, lalu melangkah keluar lapangan indoor.

Jeno yang hendak mengejar Hyunjin itu Viola tahan. Kepalanya menggeleng, "aku yang harus selesain, no."

Kedua tangan Viola yang menahannya Jeno lepas, lalu mengangguk. "kamu kejar hyunjin."

Viola langsung berlari mengejar cowok itu sebelum menghilang dari pandangannya.

"Hyunjin!" suaranya terdengar disepanjang koridor,

Dikejar cowok itu yang mulai menjauh dengan langkah kakinya yang begitu cepat.

"Hyunjin." panggilnya dengan mencengkram salah satu lengannya menahannya untuk terus berjalan.

"Dengerin gue. Terakhir kali." ucap Viola serius dengan napasnya yang memburu akibat berlari.

Hyunjin dengan tatapan yang sudah tidak bersahabat itu membalikkan badannya untuk berhadapan dengan Viola. Setengah hati menuruti permintaan cewek tersebut untuk mendengarkannya.

Senyumnya terbit,

"Cepet." ujar Hyunjin melihat Viola tersenyum.

"Jin, gue bukan orang yang ceria dan seterbuka itu buat jalin hubungan pertemanan sama siapapun."

"Daridulu, temen gue cuma sahabat gue letta sama sisca. Ngga ada yang lain kalo lo inget. Tapi, karna lo, gue jadi orang yang lebih ceria dan terbuka untuk berteman dengan siapapun sampe banyak orang juga salah paham tentang gue yang lebih sering main sama cowok-cowok."

"Lo tau kan, gue nyerah buat cari perhatian bokap gue. Dan gue puas ketika dapet perhatian dari lo, kak hangyul. Kak lucas sama hyunsuk juga. Sangat puas. Makanya gue berfikir buat ngga pacaran, setelah kenal kalian."

[2] Pacar (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang