;tigabelas

28 2 7
                                    

   "Jen!"

Heejin yang berlari dari ujung koridor itu menghampiri Jeno dan Viola. Keduanya sontak berhenti ketika mendengar panggilan Heejin.

"Jen, ini gue mau ngasih catetan lo yang gue pinjem kemarin. Thx, ya." kata Heejin dengan menyodorkan buku catatan Jeno yang dibawanya kemarin.

Jeno mengangguk. "Oh,"

"Btw, gue denger lo jadi kandidat ketua basket yang baru yah?"

"Iya." jawab Jeno dengan tersenyum.

"Wah, keren banget."

"Belum pasti gue yang gantiin kak mark, ada jaemin juga yang jadi kandidatnya."

"Ohh. Tapi gue yakin lo yang menang sih, lo yang paling cocok buat gantiin kak mark." ujar Heejin yang tidak lelah mengumbar senyum.

Viola tidak masalah dengan Heejin dan Jeno yang mengobrol sambil mengumbar senyum, namanya juga ramah. Tapi lama-lama jengah hanya mendengar percakapan mereka berdua. Mana Heejin rasanya tidak menganggap keberadaan Viola disini.

"Nanti, lo ada latihan kan ya?" kata Heejin lagi, yang sepertinya belum puas mengobrol dengan cowoknya.

"Iya."

"Semangat, yah!"

Jeno tersenyum. "Iya, makasi."

"Kalo gituh, gue duluan. Nanti kalo gue mau minjem catetan lo lagi masih boleh kan, yah??"

"Boleh."

"Oke! Byee." kata Heejin akhirnya menyelesaikan obrolan mereka dengan melambaikan tangannya seraya melangkah pergi.

Jeno menatap Viola, "kamu--"

"Enggaklah. Aku ngga cemburu." kata Viola dengan berbalik melangkah duluan.

"Serius?"

"Seriuslah. Orang cuma ngobrol,"

"Ohh." Jeno tersenyum dengan mengangguk.

Viola yang melihat itu mengernyit, "kenapa senyum?? Masih kepikiran liat senyumnya heejin yang manis?"

Jeno tertawa, "enggaklah."

"Percuma. Aku ngga bakalan percaya kata - kata cowok juga." ujar Viola dengan mempercepat langkahnya.

"Vi!"

"Katanya ngga cemburu?" ujar Jeno yang sudah menghadang jalan Viola.

"Ya, emang enggak??"

"Kenapa mukanya gituh??" tanya Jeno yang kali ini sudah menundukkan wajahnya untuk menyetarakan wajah mereka.

Viola membuang wajahnya kearah lain, "emang muka aku kayak ginih."

Salah satu tangan Jeno bergerak mengambil wajah Viola untuk dikembalikan menatapnya.

"Gak perlu malu. Aku lebih suka kamu jujur kalo cemburu."

"Trus kalo aku bilang cemburu kamu bakalan jauhin heejin?" balas Viola seolah menantang Jeno, dan respon cowok itu ternyata diluar perkiraannya.

Jeno tersenyum, lalu mengangguk. "ucapan pacar aku perintah. Jadi harus diturutin."

Viola yang mematung membuat Jeno gemas dan bertindak tanpa berpikir mencium pipi cewek itu. Kedua matanya sontak melebar bersamaan dengan mulutnya menganga tidak percaya. Jeno melakukannya disekolah.

"No!" Viola melotot pada cowok itu yang justru cengengesan.

"Masih sepi, kok." kata Jeno melihat keadaan sekitar mereka masih sepi dan tidak ada orang.

Viola memukul dada cowok tersebut. "Tetep aja, jangan disekolah." kedua matanya melirik ke setiap sudut memastikan tidak ada yang melihat mereka tadi.

"Diluar sekolah berarti boleh?"

Kedua matanya kembali menatap Jeno, dan sontak mengulum bibirnya, malu. Sebelum pipinya yang sudah memanas itu berubah memerah Viola buru-buru melarikan diri dari hadapan Jeno.

"Vi!"

"Males, ah."

Jeno tertawa selagi mengejar cewek itu yang terus mempercepat langkahnya. Ayolah, tidak perlu ditutupi juga Jeno tau kalau pipinya itu sudah berubah menjadi merah padam.

Salah satu tangannya ditarik menyebabkan langkah Viola terpaksa berhenti dan beralih menghadap Jeno.

"Noo, udah, ah. Malu tau!"

"Kenapa malu? Aku suka liatnya."

Blush.

Viola tidak tau sekarang wajahnya sudah semerah apa yang jelas ia benar-benar malu saat ini ingin menenggelamkan dirinya didanau terdekat.

"Buset deh, sekolah ini." ujar Hendery kakak kelasnya yang datang bersama kedua temannya, yaitu Xiaojun dan Mark.

Secepat mungkin Viola melarikan diri darisana setelah berhasil melepaskan tangannya dari genggaman Jeno.

Beruntung Jeno tidak mengejar kali ini karna sudah lebih dulu dirangkul oleh Mark. "masih pagi udah bikin anak orang salting aja lo."

"Wah, jeno parah, nih. Pipinya viola kayak mau meledak tuh," sambung Xiaojun yang sempat melihat betapa merah wajah Viola tadi,

Jeno hanya tertawa, habisnya bagaimana? Dia suka melihat cewek itu hanya bersikap begitu dihadapannya.

"Gue masih ngga nyangka hoodie yang dipake viola waktu itu beneran hoodie lo." ujar Xiaojun, mengingat pertemuan singkatnya dengan Viola selesai latihan sekitar dua minggu lalu.

"Gue lebih ngga nyangka lo naksir viola beneran." sambar Mark,

"Karna ngasih makan kucing?" kata Hendery,

"Itu salah satunya." jawab Jeno dengan tersenyum. Entah apa alasan lainnya cowok itu begitu menyukai Viola sampai menembaknya, sebelum mengenal baik sifatnya seperti apa.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2] Pacar (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang