;enambelas

19 2 5
                                    

   "Ayo kita putus."

Kedua mata Jeno melebar dan sontak melepaskan pelukannya untuk menatap pacarnya.

"Ayo kita putus kalo kamu ngelakuin hal yang sama kayak yang kamu lakuin hari ini, cuma karna cemburu."

Jeno kembali bernapas,

"Aku ngga suka liat kamu kayak tadi." ujar Viola membuat Jeno spontan menganggukkan kepalanya mengerti.

"Maaf."

"Minta maafnya ke hyunjin."

Jeno mengangguk.

"No, aku harus gimana biar kamu percaya aku ngga mungkin macem-macem dibelakang kamu?"

"Aku harus lakuin apa supaya kamu tau kalo aku ngga bakal pergi dari sisi kamu?"

"Semua perhatian yang aku kasih buat temen-temen aku itu ngga ada apa-apanya sama yang aku kasih buat kamu."

"Kamu harus tau aku ngga masalah hyunjin yang selalu disisi aku tiba-tiba hilang. Pergi sama cewek lain. Jalan sama mereka. Tapi, masalah buat aku kalo seandainya kamu tiba-tiba ngga ada disisi aku. Kamu pergi sama cewek lain, apalagi jalan sama mereka."

"No.. aku ngga punya alesan buat pergi sama cowok lain, kalo jantung aku cuma menggila tiap didepan kamu. Pipi aku merah setiap natap kamu. Kepala ini mau meledak, karna cuma mikirin kamu, kamu, kamu."

Viola menundukkan wajahnya, air matanya yang dibendung siap jatuh.

"Kamu harus tau aku udah terbiasa sama kehadiran kamu dan takut kehilangan kamu."

"Aku ragu jawab milih kamu atau hyunjin bukan berarti kamu ngga lebih penting dari hyunjin."

"Hyunjin pernah diposisi kamu, ngisi hari-hari aku, terus berada disisi aku sampe aku ngerasa ngga pernah kesepian. Tapi, dia temen aku. Bukan pacar aku. Itu yang bedain kamu sama hyunjin."

"Harusnya kamu sadar aku lebih pilih kamu dibanding hyunjin tanpa aku jawab. Aku selalu nunggu kamu buat jemput aku ke kantin dibanding pergi sama hyunjin duluan. Aku selalu duduk disamping kamu, walaupun aku mau sehari aja duduk bareng temen-temenku."

"Aku--"

Jeno mengangkat wajah Viola untuk kembali menatapnya,

Kedua matanya sudah merah akibat menangis. Kedua pipinya sudah basah, karna air matanya.

Tidak pernah terbayang Viola yang hanya mengumbar senyum dan tawanya disekolah hari ini menangis. Disekanya air mata itu, "maaf, yah." ucap Jeno, sebelum menarik cewek itu kedalam pelukannya.

"Maaf, kalau sikap aku kelewatan."

"Aku sama sekali ngga punya niat buat kamu nangis kayak ginih."

"Kamu juga harus tau aku ngga main-main waktu bilang kamu harus jadi pacar aku."

"Aku ngga suka kamu diomongin jelek sama orang-orang cuma karna betapa ramahnya kamu."

"Aku ngga suka ketika orang-orang selalu salah paham sama apa yang kamu lakuin."

"Dan, sejujurnya aku emang ngga suka liat kamu natap cowok lain, senyum, apalagi berbagi tawa sama mereka."

"Aku udah terlalu sabar selama enam bulan liat semua orang bisa dapet senyum kamu, perhatian kamu dengan sangat mudah."

"Aku udah bilang aku ngga suka berbagi, vi."

"Tapi, kalo sikap egois aku terlalu merugikan kamu. Aku rela nurunin sedikit ego aku."

"Ucapan kamu perintah buat aku."

"Aku janji hal kayak ginih ngga akan terulang dimasa depan." ujar Jeno dengan tersenyum, sebelum melepas pelukannya.

"Tapi, kamu harus janji buat ngga sembarangan bilang kata putus setelah ini. Apalagi waktu berantem."

"Aku ngga suka. Kamu harus tau, seberapa takutnya aku juga kamu pergi tiba-tiba dan mutusin aku." ucapan Jeno membuat Viola tersenyum dan mengangguk.

Salah satu jari kelingking Jeno terangkat untuk mengikat janji yang dengan senang hati dikabulkan oleh Viola.

Keduanya melingkarkan jari kelingking mereka untuk mengikatkan janji.

"Gimana pun respon hyunjin, kamu janji harus minta maaf, yah." ucap Viola yang langsung diangguki oleh Jeno dengan mantap.

"Iya, sayang." jawabnya dengan kembali mengelus salah satu pipi Viola yang masih basah bekas air matanya.

Cewek itu sontak membuang wajahnya kearah lain, mendengar kata sayang keluar dari bibir Jeno. Jangan gila. Itu hanya satu kata, enam huruf. Tapi, reaksinya luar biasa.

"No, stop it."

"For what?"

"Teasing me."

Jeno tertawa, "Why? I enjoy to watching my girlfriend's face turned red."

•••
Lee jeno
- pacar -

[2] Pacar (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang