Happy reading!
📓
Seorang gadis mungil tengah berdiri di depan cermin besar, menatap pantulan dirinya dalam diam, lalu memajamkan mata. Menghela nafas kasar, dia keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga dengan hati hati. Kaki kecilnya melangkah malas menuju ruang makan.
menghitung dalam hati.
Satu
Dua
Tiga
"Sayang. Ayo sini duduk di sebelah nenek." Gadis kecil itu menurut, dia mendudukkan dirinya di sebelah sang Nenek. Mengedarkan pandangan, mencari sang Papa.
Seperkian detik, dia menatap serius Neneknya "Papa dimana Nek?"
"Papa kamu sudah berangkat ke Sekolah. Katanya ada urusan mendadak." Riana mengalihkan pandangannya dari wajah mungil sang cucu, tidak tahan melihat wajah kecewa yang kerap sekali terlihat jika cucunya tidak melihat keberadaan putranya di meja makan.
Gadis itu mendesah kecewa "Pasti Papa gak mau ketemu sama Celi karena Celi di lahirkan dari rahim perempuan yang enggak baik." Dia sudah mengetahuinya, kecerdesannya di kehidupan lalu serta ingatannya di masalalu yang terbawa sampai sekarang membuatnya mudah mengerti, setiap kali Nenek dan Papanya bertengkar diam diam, Nana selalu mengikuti mereka dan mendengar semua perkataan Papanya yang mengatakan bahwa Papanya tidak menginginkan kehadiran dirinya.
Dia ada karena ulah wanita itu, wanita itu memberikan obat perangsang kepada Papanya. Berharap dirinya hamil, dan bisa menjadi bagian dari keluarga Bramata. Tapi naas, keinginannya tidak terkabulkan. Makanya saat itu dia dilahirkan di umur kandungan delapan bulan, wanita itu yang hendak menggugurkannya dan terpaksa harus menjalani operasi.
"Celi jangan bilang kayak gitu. Nenek gak suka lho." Riana menegur, dia merasa sedikit kecewa karena sang cucu sangat berbeda dari anak anak pada umumnya yang gemar bermain.
Cucunya. Liana Celiyara, anak perempuan berusia tiga tahun yang kini bersikap seperti orang dewasa. Jika pada umumnya anak anak seumurannya sangat suka bermain bersama teman temannya, berbeda dengan Celi yang justru sangat gemar membaca. Selalu menolak jika dia di suruh bermain bersama teman sebayanya, dan dalam umurnya yang baru menginjak usia tiga tahun, cucunya itu sudah sangat mahir melukis, bermain piano, dan jangan lupa. Membaca! Apa kalian bisa memikirkan itu dengan nalar jika melihat anak berusia tiga tahun sepertinya sangat fasih membaca? Dia juga sangat fasih berbahasa inggris. Riana sendiri hampir pingsan di tempat saat mendapati cucunya itu sangat mahir membaca padahal tidak ada yang mengajarkannya. Mulai dari situ, keahlian cucunya yang lain mulai ia ketahui. Hampir saja Riana terkena serangan jantung.
Satu yang tidak bisa dia sangkal. Riana sangat bangga, ya! Sangat bangga.
"Nanti Celi mau kemana?" Riana bertanya, dia sudah hapal luar kepala kegiatan cucu kesangannya ini.
Biasanya Celi akan mengajak Neneknya ke perpustakaan kota. Membaca novel mulai dari pagi sampai makan siang, lalu membeli beberapa novel dari tokoh buku. Bahkan Celi sudah memiliki perpustakaan sendiri di Rumah bertingkat tiga ini.
"Celi ke perpustakaan..." Dia menjeda menatap serius Neneknya. "Nenek tahu jam istirahat Sekolah Papa?" Celi bertanya hati hati, takut Neneknya tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELI [SELESAI]
FantasyMENDING GAK USAH DI BACA!! KALAU MASIH NGEYEL YAUDAH!! TANGGUNG SENDIRI RESIKONYA🐒 Cerita pertama🐵 harap maklum kalau alurnya melenceng sana sini🐖 Jan di hujat🐷 💌💌💌 "Gue bukannya gak mau berusaha. Sekuat apapun gue berusaha, semuanya percuma...