"Papa sangat menyesal, tolong maafin papa. Kasih papa kesempatan sekali lagi buat memperbaiki semuanya. Ayo pulang ikut Papa sayang, Celi maukan?"
"Call me Ghea not Celi." Desis Celi tajam.
Rion terpaku, dadanya sangat sesak mendengar protesan putrinya.
"Dan satu lagi." Celi menatap tajam manik abu abu milik Rion. "Ingat baik baik. Semenjak 6 tahun yang lalu, dimana kalian menghentikan pencarian atas hilangnya saya. Mulai detik itu juga kita sudah berbeda tempat untuk pulang, tempat yang kalian sebut rumah sebagai tempat kalian pulang bukan tempat saya lagi, kita sudah berbeda tujuan pulang."
"Sekarang rumah inilah yang menjadi tempat pulang saya, tempat saya melepas penat dan mengistirahatkan tubuh dari segala kekejaman hidup." Jelas Celi santai, ia terus meneguhkan hatinya agar tak goyah dan terbawa emosi.
Rion menggeleng pelan, ia hendak meraih lengan Celi tapi dengan cepat dijauhkan oleh gadis itu. "Jangan ngomong gitu sayang, sampai kapanpun itu tetap rumah kamu. Karena kamu putri Papa, tidak akan ada yang bisa menggantikan kamu di rumah itu." Ujar Rion tegas, ia tak memperdulikan Rilya yang akan sakit hati ketika mendengar kata katanya.
Celi cukup puas melihat wajah kesal dari Rilya, tapi ini belum cukup.
"No! Mulai detik dimana kalian mengangkat nona baru di keluarga Bramata, mulai saat itu juga hubungan kita lepas. Anda bukan papa saya lagi dan saya bukan putri anda lagi." Ujar Celi mantap, sedangkan Alva terlihat menguap. Sungguh bosan melihat drama keluarga yang tercipta didepan matanya.
Mereka semua tertohok mendengar penuturan Celi. Terutama wanita tua yang duduk di kursi roda.
Rion menghela nafas, ia melirik ibunya dan kembali menatap Celi. "Papa bisa jelasin sayang." Ujar Rion setengah memohon.
Celi menaikkan sebelah alisnya. "Apa yang perlu dijelasin lagi? Semuanya udah jelaskan? Tanpa Anda jelaskan pun saya sudah tahu semuanya." Balas Celi acuh.
Rion meraih kedua lengan mungil Celi, matanya tampak berkaca kaca ketika ia kembali bisa menggenggam lengan putrinya. Dirinya pikir, ia tak akan pernah lagi menggenggam lengan putrinya.
"Dengarkan Papa dulu, sayang...." Mohon Rion memelas, meskipun begitu wajahnya tetap datar.
"Udah dengerin aja dulu, dek. Siapa tahu penjelasan tuan Rion semuanya bisa terselesaikan." Alva menyela ketika melihat gelagat Celi yang hendak membalas.
Bagaimanapun juga, kejadian dimasa lalu tidak sepenuhnya kesalahan mereka, itu semua atas kendali dari sang author. Alva merasa sedikit simpati kepada orang orang didepannya ini.
"Tapi bang! Celi gak-"
"Udah! Sekali kali kamu jadi adik penurut dulu." Delik Alva memotong ucapan Celi.
"Oke! Tapi aku mau bicara empat mata."
📖
Celi menyesap tehnya dalam diam, ia memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan Rion. Mulai dari mengangkat gelas dan menyesap tehnya, ia perhatikan sangat detail.
"Sebenarnya pencarian kamu gak di hentikan." Ucap Rion memulai pembicaraan.
Celi mengerutkan alisnya tak paham, namu ia tak ingin bertanya apa apa.
"Pencarian kamu tetap berjalan, tidak ada sekalipun hal seperti itu terlintas di pikiran Papa. Saya tidak mungkin menyerah mencari keberadaan putri saya sendiri." Jeda Rion menarik nafas, ia menunggu respon putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELI [SELESAI]
FantasyMENDING GAK USAH DI BACA!! KALAU MASIH NGEYEL YAUDAH!! TANGGUNG SENDIRI RESIKONYA🐒 Cerita pertama🐵 harap maklum kalau alurnya melenceng sana sini🐖 Jan di hujat🐷 💌💌💌 "Gue bukannya gak mau berusaha. Sekuat apapun gue berusaha, semuanya percuma...