[49]. Celi.

34.6K 4.1K 203
                                    

"Bang Alva!"

Seorang gadis cantik berseragam SMP tengah berlari memasuki rumah bertingkat dua, senyuman lebar terpampang nyata di wajahnya. Di tangan mungil gadis itu terdapat sebuah map yang dengan gembira di tentengnya.

"Bang Alva!"

"Abang jelek!"

"Abang jones!!"

Di sepanjang langkahnya, gadis itu dengan semangat berteriak, kemudian terkikik geli membayangkan sudah seperti apa ekspresi pria itu.

"Abang jelek!"

Kaki jenjangnya menaiki tangga, kemudian berlari lagi setelah sampai dia atas. Pintu coklat yang sering sekali ia kunjungi sudah terlihat didepan mata, dengan cepat ia membanting pintu itu hingga bunyi bedebum yang cukup keras terdengar memekakkan telinga.

"Heh! Cebol. Rusak pintunya nanti!" Teriakan kesal langsung menyambutnya saat ia berdiri dengan bangga diambang pintu.

"Kan bisa diganti lagi." Sahut gadis itu enteng, ia melangkah masuk dan meletakkan map yang ada ditangannya di atas meja kerja pria itu.

Pria yang tak lain Alva itu memutar bola mata malas. Ia menunduk, melihat map yang baru saja diletakkan gadis itu dimejanya. Tangannya dengan lihai membuka map dan membaca kata demi kata yang tertera disana.

"Juara umum lagi dong." Ujar gadis itu sombong, senyum penuh kemenangan tercetak jelas di wajahnya.

"Aku pengen ngelanjutin Sekolah di negara itu."

Alva berdehem, ia menatap serius kepada gadis didepannya. Namun, gadis didepannya malah tersenyum penuh ejekan kepada dirinya. Ingin sekali Alva menampol kepala gadis didepannya ini kalau ia tak mengingat bahwa gadis itu adalah adiknya.

"Gak bisa." Putus Alva setelah hening beberapa saat.

Gadis itu mendelik, menatap tak terima kepada Alva yang sudah menyingkirkan map itu dari meja kerjanya. Ia sungguh tak terima diperlakukan seperti ini, sebenarnya dirinya sudah menebak ini akan terjadi. Tapi apa salahnya mencoba?

"Abang PHP tahu! Pantas aja gak ada satupun cewek yang mau dekat dekat sama Abang! Abisnya Abang sering ngasih harapan palsu. Celi juga curiga kalau Abang sering ngeghosting cewek cewek di luaran sana." Ia berujar dengan kesal, ingin sekali menjambak jambak rambut sedikit gondrong pria didepannya, namun masih bisa di tahan oleh dirinya.

Alva menghela nafas, ia harus mengelus dada sabar mendengar tuduhan tak benar yang di layangkan adiknya itu pada dirinya.

Berdiri dari kursi kerjanya, ia mendekati gadis yang tengah merajuk itu dan mengelus kepalanya. "Kamu yakin mau kesana? Ketemu sama mereka? Gak trauma? Masih pengen ketemu mereka meskipun kamu sudah dikhianati?" Alva memberikan pertanyaan beruntun dengan lembut.

Gadis itu memberenggut, ia menepis lengan Alva yang masih setia mengelus rambutnya. "Abang gak usah lebay deh! Dikhianati, dikhianati. Udah kayak korban selingkuhan aja, pokoknya Celi tetap mau kesana! Titik gak pake koma, dan juga gak ada diskon diskonan." Putus gadis cantik itu tanpa mau mendengar pendapat Alva selanjutnya ia melenggang begitu saja, meninggalkan Alva yang terlihat tengah mendesah frustasi.

Ia menggeleng pelan dan berjalan kearah kaca transparan yang menunjukkan keindahan taman belakang rumah mereka, ia masih ingat awal mula mereka bisa tinggal bersama, ia juga masih ingat keputusan gadis itu dulu yang akhirnya membuat mereka tinggal bersama dan menjadi sepasang kakak beradik.

"Kalau memang gue gak bisa kembali ke dunia nyata...." Celi memandang Ghea dan Alva bergantian dan dengan tegas melanjutkan kata katanya. "Gue punya satu permintaan sama Lo." Tangan mungil anak itu menunjuk tempat kepada Ghea.

CELI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang