Brak!
Suara benturan keras terdengar sangat nyaring. Celi tersenyum sinis, ia tak perlu repot repot untuk melihat apa yang tengah terjadi di belakang sana.
"Ngeri banget cuy! Itu bener bener ulah si Rilya?" Alva yang menyetir menggeleng takjub melihat banyaknya orang orang berbaju hitam yang tengah mengepung mobil sedan hitam yang awalnya akan di pakai Celi untuk menghadiri acara pertunangannya.
Celi mengangkat bahu cuek. "Jangan menilai seseorang dari cover nya doang."
"Untung aja bodyguard yang Abang sewa banyak." Ujar Alva masih syok.
Gadis itu memutar bola mata sebal. "Gak usah lebay deh bang!" Ketusnya dan menatap serius Alva. "Semuanya sudah siapkan bang?"
Alva menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya kamu mau acara pertunangan kamu kacau hanya karena satu cewek aja?"
"Aku mau dia tuh pergi jauh jauh deh dari lingkup kehidupan aku! Dari awal aku udah gak suka sama dia, mukanya kentara banget munafik."
Alva menggeleng. "Kalau sedari awal kamu bilang mau nyingkirin dia mah gampang. Kamunya aja yang ngeyel sok soan mau ngatasi sendiri, kan gini jadinya. Dia makin ngelunjak."
"Aku tuh mau mandiri bang. Ngerti gak sih?"
"Anak yang selalu dimanja dari kecil susah mandirinya." Cibir Alva tanpa menatap lawan bicaranya.
"Bang!!"
"Hehe... Jangan marah marah lho, bentar lagi nyampe. Tolong jaga imagenya." Cengir Alva memasuki kawasan restoran bintang lima milik keluarga Algres yang di desain sesuai tema yang dinginkan Celi.
Alva memberhentikan mobilnya didepan pintu utama. "Turun." Titahnya, lelaki itu harus memarkirkan mobilnya dulu baru ia akan menyusul Celi masuk kedalam.
Celi yang tadinya terlihat santai langsung menegang, jantungnya berdegup kencang ketika melihat banyaknya orang yang menatap penasaran kearah mobilnya. Celi juga bisa melihat Papa dan keluarganya yang lain sedang menunggu didepan pintu masuk.
"Kok gue jadi gugup ya, bang?" Gadis itu memegangi dadanya yang terasa berdebar sangat kencang. "Putar balik deh bang." Pintanya konyol.
"Gak ada, gak ada! Turun Abang bilang!" Sentak Alva galak. "Kalau gak mau turun juga Abang paksa nih, ya?"
"Iss..." Celi mendesis sinis. Kemudian turun setelah mencubit gemas lengan berotot abangnya.
Alva tak bereaksi sama sekali. Itu dikarenakan cubitna Celi tak berasa apa apa baginya. Laki laki itu malah tersenyum lebar, ia menatap bangga punggung Celi yang melangkah menjauhi mobilnya.
"Akhirnya."
🍒
Celi memasuki pintu utama restoran dengan menggandeng lengan sang Papa. Sontak saja seluruh atensi tertuju pada mereka.
Tuan Algres dan nyonya Algres datang menyambut mereka. Rion langsung saja menatap sinis pasangan suami istri itu. Sementara Celi masih terpaku pada banyaknya pria berbadan kekar menjaga gedung ini, baik diluar maupun didalam.
"Selamat datang calon besan." Sapa pria paruh baya itu mengejek, bagaimanapun. Umurnya dan umur Rion berbeda sangat jauh, sementara umur anaknya Rion masih dua tahun di bawah umur anaknya.
"Saya tidak tahu bahwa orang berpendidikan akan menyapa calon besannya sendiri dengan nada ejekan." Sindir Rion dengan nada penuh penekanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELI [SELESAI]
FantasyMENDING GAK USAH DI BACA!! KALAU MASIH NGEYEL YAUDAH!! TANGGUNG SENDIRI RESIKONYA🐒 Cerita pertama🐵 harap maklum kalau alurnya melenceng sana sini🐖 Jan di hujat🐷 💌💌💌 "Gue bukannya gak mau berusaha. Sekuat apapun gue berusaha, semuanya percuma...